Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN ZINK TERHADAP STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR Faris Muhammad; Siti Nurhajjah; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.814

Abstract

Penanganan gizi buruk selalu dikaitkan dengan makronutrisi padahal mikronutrisi juga penting. Zink merupakan mikronutrisi yang penting untuk sintesis protein, diferensiasi sel dan pertumbuhan. Kurangnya asupan zink dapat menganggu pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian suplemen zink terhadap status gizi anak sekolah dasar. Studi ini adalah true experimental dengan rancangan pre test-post test grup design yang dilakukan selama 3 bulan. Subjek penelitian sebanyak 33 orang dengan usia 7 – 9 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 (teratur) 14 orang dan kelompok 2 (tidak teratur) 19 orang. Hasil uji t berpasangan terhadap pengukuran rerata Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Indek Massa Tubuh (IMT). Pre test dan post test untuk kelompok 1 dan kelompok 2 didapatkan nilai p=0,000 , p=0,000 , p=0,000 , p=0,000, dan p=0,051 , p=0,682. Hasil uji Anova one way terhadap pengukuran BB, TB dan IMT post test diantara kedua kelompok didapatkan nilai p=0,053, p=0,117 dan p=0,211. Simpulan studi ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna BB dan TB pre-test dan post-test kedua kelompok namun IMT menunjukan hasil tidak bermakna pada pre-test dan post-test kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna BB,TB, dan IMT antara kelompok 1 dan kelompok 2
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang Pipit Amelia Burhani; Fadil Oenzil; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.569

Abstract

AbstrakStatus gizi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan individu, sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Status gizi balita tergantung pada asupan gizi, tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga, pendidikan ibu, pola asuh dan ketahanan pangan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga nelayan dengan status gizi balita. Penelitian ini dilakukan dari  Juli 2014 sampai Januari 2015. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan jumlah subjek  21 orang ibu balita. Data dianalisis secara univariat dengan tabel frekuensi dan analisa bivariat dengan tabel silang lalu diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian ialah balita yang memiliki gizi kurus sebanyak 9,5% dan yang memiliki gizi normal sebanyak 90,5%. Pengetahuan ibu rendah sebanyak 52,3% dan pengetahuan ibu tinggi sebanyak 47,6%.  Tingkat ekonomi keluarga didapatkan keluarga miskin sebanyak 95,2% dan keluarga tidak miskin sebanyak 4,8%. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita.Kata kunci: status gizi, balita, tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga AbstractNutritional status has a profound influence in individual’s health that affecting the quality of human resources in the future. Nutritional status depends on food intake, mother’s knowledge, family economics, mother’s education, nurturing pattern and food availability. The objective of this study was to determine the relationship level of mother’s knowledge and fishermen’s family economic with nutritional status of toddler. This research was conducted between July 2014 and January 2015 to 21 mothers with toddler. Cross sectional study was used as study design. Data were analyzed by univariate analysis with frequency tables and bivariate analysis with cross table using Rank Spearman. Result showed that 9.5% of the toddlers are under nutrition and 90.5% are normal. 52.3% of the mothers have low knowledge level whereas 47.6% are higher. 95.2% of the families are in the poverty line and 4.8% are not. It can be concluded that there is no relationship between level of mother’s knowledge and fishermen economic with nutritional status of toddler.Keywords: nutritional status, toddler, level of mother’s knowledge, family economic
Pengaruh Papain Getah Pepaya Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Penyembuhan Luka Bakar Tikus Percobaan Meishinta Fitria; Deddy Saputra; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i1.30

Abstract

AbstrakLuka bakar merupakan masalah yang serius dalam kesehatan dunia, khususnya di negara berkembang. Di Indonesia belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010 ditemukan 84 kasus luka bakar dengan penyebab sengatan listrik, siraman air panas, kompor, dan minyak panas. Sejumlah studi menunjukkan bahwa tanaman tradisional potensial sebagai agen penyembuhan luka, salah satunya papain getah pepaya (Carica papaya). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan posttest only control group design. Subjek penelitian adalah 10 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P). Masing-masing kelompok terdiri dari lima (5) ekor tikus. Plat logam (1,5 cm x 1,5 cm) yang dipanaskan digunakan untuk menghasilkan luka bakar full thickness pada bagian dorsal tikus. Papain getah pepaya diberikan pada kelompok P selama 7 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian papain getah pepaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p > 0,05) terhadap pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaan. Pada kelompok P didapatkan hasil pembuluh darah 29,26 ± 12,34, fibroblas 26,40 ± 21,94, neutrofil 1,4 ± 0,44, limfosit 1,06 ± 0,13, dan makrofag 1,00 ± 0,00. Kesimpulan penelitian ini adalah papain getah pepaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaanKata kunci: papain, jaringan granulasi, luka bakar, penyembuhan lukaAbstractBurn wounds is the serious problem in world health specifically for developing contries. In Indonesia, there is no written report about burn wounds patient and mortality account yet. In 2010, M. Djamil Padang Government Public Hospital found 84 cases of burn wounds with some causes as burn effect from sting of electric, hot water, stove flame and hot oil. Some researches indicate that traditional plant able to be wound healing agent as papaya sap. The purposed of this studi was to find out the effect of papain from papaya sap to granulation tissue formation on burn wounds healing in rat models. This was experimental research with posttest only control group design. The subjects were ten male Wistar rats divided in to two group (control group K and experimental group P). Every group consist of five rats. Heated metal plat (1,5 cm x 1,5 cm) used to get full thickness burn wound on dorsal rat part. Then, papain of papaya sap was given to group P for seven days. The results showed that papain of papaya sap didn’t have significant effect (p > 0,05) to granulation tissue formation in burn wound healing of rat models. In group P, the research found the vascular 29,26 ± 12,24, fibroblast 26,40 ± 21,94, neutrophil 1,4 ± 0,44, lymphocyte 1,06 ± 0,13, and macrophag 1,00 ± 0,00. The conclusion of this research is that papain of papaya sap didn’t have the significant effect to granulation tissue formation in burn wound healing of rat models.Keywords:papain, granulation tissue, burn, wound healing
Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro Abdul Razak; Aziz Djamal; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i1.54

Abstract

AbstrakJeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang banyak terdapat ditengah masyarkat dan banyak digunakan sebagai ramuan tradisional. Bagian yang sering digunakan adalah air perasannya, dengan salah satu manfaat dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat serta penyembuhan luka agar tidak terjadi abses. Jerawat dan abses pada luka merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro. Penelitian dilakukan dengan metoda eksperimental laboratorium dengan desain postest only control group design yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Hasil penelitian menunjukan bahwa air perasan buah jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% dan terdapat pengaruh lama kontak terhadap pertumbuhan bakteri dimana bakteri tidak tumbuh seteleh kontak 5 menit pertama dan diikuti menit-menit berikutnya dengan air perasan buah jeruk nipis konsentrasi 100%. Jadi, semakin tinggi konsentrasi air perasan buah jeruk nipis dan semakin lama kontak dengan bakteri Staphylococcus aureus maka daya hambatnya semakin baik.Kata kunci: Uji Daya Hambat, Air Perasan Buah Jeruk Nipis, Staphylococcus aureus.Abstract Lime (Citrus aurantifolia S.) is kind of family’s herbal medicine, most using in the community is widely used as a traditional herb. The most common used part is the lime fruit squeeze with one of the function is used for removing acne and wound healing to prevent the form of abscess. Pimples and abscesses of the wound is one of the infections caused by the bacterium Staphylococcus aureus.The purpose of this study was to determine the inhibition of lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze towards the growth of the bacteria Staphylococcus aureus in vitro condition. The study was conducted with laboratory experimental methods to the design of control group design postest only performed at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine, University of Andalas.The results showed that the lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze has the ability to inhibite the bacterial growth of Staphylococcus aureus with various concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% and there is the effect of contact time on the growth of bacteria which the bacteria do not grow after contact the first 5 minutes and the next minute followed by lime fruit squeeze with 100% concentration lime fruit squeeze. Thus, the higher the concentration of lime fruit squeeze and the longer the contact with the bacteria Staphylococcus aureus is the better towards.Keywords:Inhibition test, The Lime Fruit Squeeze, Staphylococcus Aureus.
Pengaruh Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells Terhadap Sekresi VEGF pada Penyembuhan Luka Bakar Tikus Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i3.761

Abstract

Treatment for burns have been carried out in various ways, but have not provided satisfactory results, so that using stem cells is necessary. Administering Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells (BM-MSCs) for healing, are by accelerating the formation of granulation tissue, however the effectiveness of the provision of is still under exploration. The objective of this study was to determine the effect of the administration of stem cells BM-MSCs on VEGF secretion on burn healing process in rats. This research was an experimental research with design the post-test only control, using 12 Wistar rats, divided into 2 groups: control (PBS), treatment (BM-MSCs), stem-cells subcutaneously administered dose of 2 x 106 cells / ml. Before that the treated rats anesthetized using xylazine and ketamine then burns are made on the dorsal with full thickness degrees. On day 3 and 7, blood were obtained to measure levels of VEGF was measured by ELISA. The results were analyzed by t-test. Levels of VEGF in day 3 and day 7 in the group given BM-MSC were dereased 12.875 pg/ml dan 23.917 pg/ml compared to the control group 61.667 pg/ml and 200.042 pg/ml and showed significant differences p= 0.012 and p=0.038. The conclusion of this study is the administration of BM-MSCs were the influence levels of VEGF which has into differentiate to cells that contribute to angiogenesis was can to granulation tissue. 
Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012-2013 Oktaria Denantika; Joserizal Serudji; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.224

Abstract

AbstrakPreeklampsia merupakan penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyebab pasti terjadinya preeklampsia belum diketahui, namun terdapat faktor risiko yang mempengaruhi kejadian preeklampsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gravida dan usia ibu terhadap kejadian preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2012-2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2014 di bagian Rekam Medis dengan menggunakan desain cross sectional study komparatif terhadap 81 pasien preeklampsia dan 81 ibu hamil tidak preeklampsia yang bersalin di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2012-2013. Hasil penelitian menunjukkan proporsi primigravida yang menderita preeklampsia 1,52 kali lebih banyak daripada primigravida yang tidak preeklampsia. Proporsi ibu yang berusia dalam kategori usia risiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) dan menderita preeklampsia 4,43 kali lebih banyak daripada yang tidak menderita preeklampsia. Setelah dilakukan analisis melalui uji chi square, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gravida dan usia ibu dengan kejadian preeklampsia (p < 0,05).Kata kunci: preeklampsia, status gravida, usia ibuAbstractPreeklampsia is a disease with high morbidity and mortality. The exact cause of preeklampsia still unknown, but there are risk factors that affect the preeklampsia’s incident. The objective of this study was to determine the correlation between gravidity and maternal age with preeklampsia’s incident in RSUP Dr. M. Djamil Padang on 2012 – 2013.The research was did in January 2014 to February 2014 at Medical Records department using cross sectional study comparative’s design toward 81 preeclamptic patients and 81 pregnant women who didn’t preeklampsia, which gave birth in RSUP Dr. M. Djamil Padang on 2012 - 2013. The results showed that the proportion of primigravidae who suffer from preeklampsia is 1.52 times more than primigravidae who do not. Proportion of mother who is in the age category of high risk (< 20 years and > 35 years) and suffer from preeklampsia is 4.43 times more than who don’t .After analyzed by chi square test, it is concluded that there are significant correlation between gravidity and maternal age with preeklampsia’s incident in RSUP Dr. M. Djamil Padang on 2012 – 2013 (p < 0.05). Keywords: preeklampsia, gravidity, maternal age
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tekanan Darah pada Siswa SMK N 1 Padang Aulia Fash Farabi; Afriwardi Afriwardi; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.716

Abstract

Hipertensi dapat mengganggu fungsi organ lain terutama organ vital seperti jantung dan ginjal. Hipertensi tidak hanya menyerang di usia tua saja, tetapi juga remaja. Merokok merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan tekanan darah pada siswa SMK N 1 Padang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah 111 orang siswa kelas XI SMK N 1 Padang. Penilaian status merokok dengan menggunakan kuesioner Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang telah disadur dan digabungkan dengan indeks Brinkman dan penilaian tekanan darah dengan sphygmomanometer air raksa serta stetoskop. Hasil penelitian didapatkan siswa bukan perokok sebanyak 68 orang (61,3%) dan perokok ringan sebanyak 43 orang (38,7%). Rata- rata tekanan darah sistolik siswa sebesar 112,57 mmHg dan tekanan darah diastolik siswa sebesar 70,05 mmHg. Didapatkan tekanan darah sistolik perokok ringan lebih rendah 2,1 mmHg dibandingkan bukan perokok dan tekanan diastolik perokok ringan lebih rendah 2,92 mmHg dibandingkan bukan perokok. Hasil analisis data statistik kebiasaan merokok dengan tekanan darah sistolik didapatkan p = 0,15. Hasil analisis data statistik kebiasaan merokok dengan tekanan darah disatolik didapatkan p = 0,078. Sedangkan hasil analisis data statistik kebiasaan merokok dengan mean arterial pressure (MAP) didapatkan p = 0,094, Simpulan penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan MAP.
Efektivitas Pemberian Papain Getah Pepaya Terhadap Kadar Faktor Pertumbuhan Transforming Growth Factor -Β (Tgf-Β) pada Proses Penyembuhan Luka Bakar Tikus Percobaan Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 2 (2019): Online Juni 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i2.1003

Abstract

Pengobatan untuk luka bakar dengan menggunakan bahan alam sudah dilakukan, diantaranya madu lebah, lidah buaya dan papain. Papain merupakan enzim yang ditemukan pada getah papaya. Enzim ini mempunyai aktivitas katalitik yang mampu mengurangi jaringan parut akibat luka bakar. Tujuan penelitian ini adalah menentukan efektifitas papain getah papaya terhadap kadar faktor pertumbuhan Transforming growth factor -β (TGF-β) pada Proses penyembuhan luka bakar tikus. Penelitian bersifat eksperimental dengan menggunakan 15 tikus sebagai obyek penelitian dan dibagi atas 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok diberi papain dan kelompok pembanding diberi silver sulfadiazin. Tikus dibuat luka bakar partial dengan memanaskan logam pada air mendidih dan ditempelkan pada bagian dorsal tikus selama 20 detik. Tikus yang menderita luka bakar diberi perlakuan sesuai kelompok dan pada hari ke 5 diambil darah lewat mata untuk mendapatkan serum, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar TGF-β dengan metode Elisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar rerata TGF-β pada kelompok kontrol 317.72 pg/ml, kelompok diberi papain 186.24 pg/ml dan kelompok pembanding 192.11 pg/ml. Ini menunjukkan bahwa enzim papain mampu menurunkan kadar TGF-β yang bersifat sebagai proinflamasi sehingga papain mungkin mampu mempercepat fase inflamasi dan juga mampu mempercepat proses penyembuhan lukaBahasa Indonesia.
EFEK IMUNOMODULASI SENYAWA FLAVANOID KENCUR (Kaempferia galanga Linn) TERHADAP KEMAMPUAN MIKROBISIDAL SEL NETROFIL SECARA IN VITRO Gusti Revilla; Yanwirasti Yanwirasti; Erly Indrama
Majalah Kedokteran Andalas Vol 32, No 1: April 2008
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.626 KB) | DOI: 10.22338/mka.v32.i1.p29-36.2008

Abstract

AbstrakTujuan penelitian adalah untuk melihat kemampuan fagositosis netrofil terhadap mikroba (Staphylococcus aureus) dengan menggunakan metode microbisidal assay. Objek penelitian adalah sel netrofil yang berasal dari 10 orang dewasa sehat yang dipisahkan dari sel darah lainnya dengan menggunakan ficol. Netrofil di bagi atas dua kelompok yaitu kontrol dan perlakukan. Kelompok kontrol diberi bahan pelarut yang dipakai untuk senyawa flavanoid. Kelompok perlakuan diberi senyawa flavanoid, dibagi lagi menjadi sub kelompok berdasarkan konsentrasi 1,10 dan 100 μg/ml. Kemampuan mikrobisidal dan fagositosis netrofil setelah diberi flavanoid kencur dihitung dari hasil inkubasi netrofil. Kemampuan penghancuran netrofil terhadap mikroba meningkat setelah mendapat perlakuan dengan konsentrasi secara berturut-turut 1 - 100 μg/ml dengan jumlah total mikroba yang terbunuh 3,98 x 104; 3,61 x 104 dan 3,53 x 104 dibandingkan dengan kontrol yaitu 3,14 x 104. Kemampuan fagositosis netrofil meningkat setelah mendapat perlakuan pada konsentrasi sampai 1, 10 dan 100 μg/ml berturut-turut yaitu 9,81 x 104; 9,61 x 104 dan 8,91 x 104 dibandingkan dengan kontrol yaitu 8.89 x 104. Secara statistik peningkatan mikrobisidal (konsentrasi 1 - 100 μg/ml) dan fagositosis netrofil (konsentrasi 1 dan 10 μg/ml) terhadap mikroba bermakna pada p= 0,05. Penelitian ini belum mendapatkan konsentrasi maksimal peningkatan efek mikrobisidal dan fagositosis netrofil secara in vitro setelah diberi senyawa flavanoid kencur.Kata kunci : mikrobisidal - stimulator - supresor - netrofilAbstractThe study aims to investigate the phagocytic ability of neutrophil as a microbicide against Staphylococcus aureus by using a microbicidal assay method. Object of the study is neutrophil derived from 10 healthy adults, separated from the whole blood using ficol. Neutrophil was separated into control and treatment groups. Control group was treated with material used to dissolve flavanoid, and treatment group dissolved in flavanoid kencur at concentrations 1, 10, and 100 μg/ml. Microbicidal and phagocytotic activities of neutrophil after treatment were calculated from neutrophil incubation. Neutrophil ability after treatment with concentrations 1, 10, 100 μg/ml toARTIKEL PENELITIAN30destroy microbes increased consecutively with the total number of killed microbes at 3.98 x 104; 3.61 x 104 and 3.53 x 104. Control group ability was calculated at 3.14 x 104. Phagocytic activity of neutrophil increase consecutively at 9.81 x 104; 9.61 x 104 and 8.91 x 104, while the result of control was 8.89 x 104. Statistically, there are significant increases (P < 0,05) of microbicidal and phagocytotic activities of neutrophil by increasing flavanoid concentrationsce. The study has not established a maximum concentration of flavanoid kencur in increasing the microbicidal and phagocytic of neutrophil in vitro after treatment.Keywords: microbiosidal - stimulator - suppressor - neutrophil
HUBUNGAN ADIPONEKTIN ASI DENGAN BERAT BADAN BAYI USIA 1-3 BULAN Peny Ariani; Delmi Sulastri; Gusti Revilla
JURNAL KEBIDANAN KESTRA (JKK) Vol 1 No 1 (2018): Jurnal Kebidanan Kestra (JKK)
Publisher : Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.489 KB) | DOI: 10.35451/jkk.v1i1.95

Abstract

Adiponectin is a hormone that plays a role in the body’s metabolic system. Adiponectin is found in breast milk and has an important role on the growth of babies and are associated with baby weight gain. The aim of this study was to fine the relationship between adiponection level of breast milk and the weight of 1-3 month old babies. The study was designed to be analytic cross-sectional observational upon 32 pospartum mothers who breastfeed exclusively in the working territory of Andalas, Alai, and Ambacang Community Health Center, Padang from March until November 2015. The sample was selected by consecutive sampling. Examination of adiponectin level in breast milk was conducted in Biomedical Laboratory of Faculty of Medicine of Andalas University by using ELISA method. Data normality was tested by Saphiro-Wilk, paired t test for mean difference and Pearson correlation test to assess the the correlation between adiponectin level in breast milk and baby weight by using SPSS version 16.0. The mean of adiponectin level in breast milk at 1 and 3 months postpartum was 33,32±13,50 ng/mL and 39,88±13,48 ng/mL (p<0,05). There was significant negative correlation between adiponectin level in breast milk and the weight of 0-1 month old babies(r=-0,437; p<0,05). There was weak negative correlation between adiponectin level in breast milk and the weight of 1 and 3 month old babies(r=-0,228 ; p>0,05) and (r=-0,177 ; p>0,05). In conclusion, adiponectin level in breast milk in the first month postpartum is lower than that in the third month postpartum. Adiponectin level in breast milk was negatively correlated with the increase of baby weight gain.