Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Gambaran Kesiapan Penerimaan Pendidikan Seksual Pada Anak Usia 12-14 Tahun Di SMP “X” Jakarta Utara Virlia, Stefani
JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 2 Nomor 1 Februari 2018
Publisher : STKIP Andi Matappa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31100/jurkam.v2i1.75

Abstract

Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2013 tercatat 1445 kasus, kemudian sempat menurun di tahun 2014 yang tercatat 1423 kasus, lalu di tahun 2015 meningkat tajam menjadi 1718 kasus. Berdasarkan kasus tersebut, 75 persen korban kekerasan seksual di antaranya adalah anak-anak perempuan. Tidak hanya anak yang menjadi korban kekerasan seksual, bahkan pelaku kekerasan seksual itu sendiri adalah individu yang masih berada dalam usia anak. Fakta-fakta di atas semakin meyakinkan bahwa pendidikan seksual pada anak adalah sesuatu yang penting untuk dilaksanakan. Namun, di Indonesia, akses terhadap pendidikan seksual masih sangat minim dan baru difokuskan untuk siswa/i sekolah menengah atas sehingga anak cenderung mencari tahu melalui saluran lain yang tidak tepat. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui kesiapan penerimaan pendidikan seksual pada anak-anak di usia 12-14 tahun. Penelitian ini termasuk penelitian deksriptif menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak berusia 12-14 tahun di sekolah X Jakarta Utara, yang berjumlah 64 orang. Hasil penelitian ini adalah mayoritas responden cukup siap dalam menerima pendidikan seksual, terutama untuk aspek psikologis dan sosial. Faktor jender mempengaruhi kesiapan responden dalam menerima pendidikan seksual.  
RASA PERCAYA PADA PASUTRI PERKAWINAN JARAK JAUH Naibaho, Saira Lastiar; Virlia, Stefani
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.698 KB) | DOI: 10.24854/jpu12016-54

Abstract

Abstract — Couples have the responsibility in domestic life, communicating with each other, and accept any changes that occur in marital life. Physical separation between couples is severe, where the fulfillment of the task of marriage becomes ineffective because couples can’t be met at all times. Trust becomes an important issue for couples with a distance apart, which can help couples maintain a household. This research is a phenomenological study, using interview techniques at the three couples aged 18-40 years who underwent commuter marriage since the beginning of the marriage with a maximum of 18 years of marriage. The results showed that trust in a commuter marriage can be seen from five aspects, such as openness, sharing, acceptance, support, and cooperate. There are two main factors that affect the subject remained with the conditions, commuter marriage is the economic factor and cultural factors that require women to take care her parents. In addition, there are other factors, such as the communication factor, the gratification of sexual needs, and marriage age. Abstrak — Setiap pasangan suami istri (pasutri) memiliki pembagian tanggung jawab di dalam kehidupan rumah tangga, saling berkomunikasi, dan menerima segala perubahan yang terjadi pada pasangan sepanjang waktu di dalam kehidupan perkawinan. Akan tetapi, ada kalanya suatu keluarga tidak dapat tinggal dalam satu rumah dan hidup berdampingan setiap harinya. Perpisahan secara fisik antar pasutri merupakan suatu hal yang sangat berat, di mana pemenuhan tugas perkawinan menjadi tidak efektif karena pasutri tidak dapat bertemu setiap saat. Rasa percaya menjadi masalah penting bagi pasutri dengan jarak yang terpisah, yang dapat membantu pasutri mempertahankan rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologis dengan menggunakan teknik wawancara pada tiga pasutri dengan rentang usia 18-40 tahun yang menjalani perkawinan jarak jauh sejak awal pernikahan dengan usia pernikahan maksimal 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa percaya dalam perkawinan jarak jauh dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu aspek keterbukaan, saling berbagi, penerimaan, dukungan, dan  bekerja sama. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi subyek tetap bertahan dengan kondisi pernikahan jarak jauh yaknifaktor ekonomi dan budaya setempat yang mengharuskan subyek perempuan untuk menjaga orangtuanya yang sudah lanjut usia di tempat asal. Selain dua faktor tersebut, terdapat juga faktor lainnya, seperti faktor komunikasi, pemuasan kebutuhan seksual, dan usia pernikahan.
Hubungan Kepribadian Ekstrovert-introvert dan Penerimaan Sosial terhadap Siswa Difabel pada Siswa Dominika, Dominika; Virlia, Stefani
Konselor Vol 7, No 1 (2018): KONSELOR
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.706 KB) | DOI: 10.24036/02018718735-0-00

Abstract

Sekolah inklusi merupakan sebuah program yang dikembangkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk memberi kesempatan bagi siswa yang memiliki disabilitas agar dapat menempuh pendidikan di sekolah reguler bersama dengan siswa normal pada umumnya. Dalam sekolah inklusi sistem belajar yang diterapkan adalah dengan menggabungkan siswa reguler (normal) dengan siswa difabel di kelas yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian ekstrover-introvert dengan penerimaan sosial pada siswa reguler terhadap siswa difabel di sekolah inklusi SMKN 27 Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi reguler di SMKN 27 Jakarta tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 105 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposivesampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi pearson-product moment. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini  didominasi oleh responden yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dengan persentase 60,95%. Sementara pada variabel penerimaan sosial, responden memiliki penerimaan sosial yang cenderung rendah. Hal ini dibuktikan dari total persentase pada kategori sangat rendah (23,81%) dan kategori rendah (24,76%) sehingga keduannya menjadi 48,57%. Hasil uji korelasi, menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan penerimaan sosial pada siswa reguler terhadap siswa difabel di sekolah inklusi SMK N 27 Jakarta (p > 0.05). Kata kunci: ekstrovert-introvert, penerimaan sosial, sekolah inklusi
Rasa percaya pada pasutri perkawinan jarak jauh Naibaho, Saira Lastiar; Virlia, Stefani
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 3 No 1 (2016)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu44

Abstract

Couples have the responsibility in domestic life, communicating with each other, and accept any changes that occur in marital life. Physical separation between couples is severe, where the fulfillment of the task of marriage becomes ineffectivebecause couples can’t be met at all times. Trust becomes an important issue for coupleswith a distance apart, which can help couples maintain a household. This research is a phenomenological study, using interview techniques at the three couples aged 18-40 years who underwent commuter marriage since the beginning of the marriage with a maximum of 18 years of marriage. The results showed that trust in a commuter marriage can be seen from five aspects, such as openness, sharing, acceptance, support, and cooperate. There are two main factors that affect the subject remained with the conditions, commuter marriage is the economic factor and cultural factors that require women to take care her parents. In addition, there are other factors, such as the communication factor, the gratification of sexual needs, and marriage age.
SOSIALISASI DAN PSIKOEDUKASI KESEHATAN MENTAL PADA MASYARAKAT KOTA SURABAYA Wongpy, Novensia; Virlia, Stefani
Jurnal Leverage, Engagement, Empowerment of Community (LeECOM) Vol. 2 No. 2 (2020): Jurnal Leverage, Engagement, Empowerment of Community (LeECOM)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/leecom.v2i2.1591

Abstract

Kesehatan mental dan berbagai permasalahan gangguan mental merupakan salah satu aspek dalam individu yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Data dari berbagai survei dan penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah masyarakat yang mengalami gangguan mental. Kondisi masyarakat dengan anyaknya stigma negatif terkait kesehatan mental dan kurangnya pengetahuan masyarakat membuat masalah-masalah terkait kesehatan mental menjadi lebih buruk dan semakin sulit ditangani. Tujuan dari program ini adalah untuk menigkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan mental agar mampu mengurangi stigma negatif, meningkatkan sikap yang positif akan kesehatan mental dan memiliki kesadaran akan pentingnya mempertahankan mental yang sehat. Metode pelaksanaan program yang dipilih adalah dengan memberikan screening kesehatan mental, psikoedukasi dan meditasi bagi masyarakat. Hasil evaluasi dari pelaksanaan program menunjukkan bahwa program yang dirancang efektif menigkatkan pengetahuan, meningkatkan sikap positif masyarakat akan kesehatan mental juga kesadaran masyarakat akan kondisi kesehatan mental mereka masing-masing.
Self-Actualization Therapy Sebagai Upaya Mengatasi Depresi untuk Mengurangi Angka Pengangguran pada Penyandang Disabilitas Fisik di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta Natalie, Helen; Wijaya, Rio Natannael; Salsabila, Maula Rizka; Difa, Harnadia Firsya; Purwanto, Angie Felita; Virlia, Stefani
Jurnal Leverage, Engagement, Empowerment of Community (LeECOM) Vol. 3 No. 2 (2021): Jurnal Leverage, Engagement, Empowerment of Community (LeECOM)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/leecom.v3i2.2267

Abstract

Self-actualization Therapy merupakan program berupa pelatihan yang dilaksanakan secara daring. Program ini dibuat untuk memaksimalkan potensi para penyandang disabilitas di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta melalui 3 target utama yaitu pengurangan tingkat depresi, peningkatan keterampilan, dan peningkatan kesiapan kerja. Adapun permasalahan yang terdapat di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik adalah penerima manfaat rentan terkena depresi dan pengangguran. Beberapa faktor utama yang menyebabkan penerima manfaat mengalami depresi adalah penolakan diri, perasaan rendah diri, dan kurangnya dukungan dari pihak keluarga. Hal ini memicu kondisi stress, kesepian, dan rasa tidak percaya diri pada penerima manfaat. Tim mahasiswa bekerjasama dengan BBRSPDF untuk mengurangi tingkat depresi pada penerima manfaat, membekali penerima manfaat dengan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan, hingga penerima manfaat dapat mencapai aktualisasi diri dengan cara memaksimalkan potensi yang dimiliki. Perbandingan hasil pre-test dan post-test penerima manfaat menunjukkan bahwa program Self-actualization Therapy berlangsung dengan lancar dan efektif dalam mencapai target. Penerima Manfaat dapat melatih keterbukaan diri hingga menemukan kelebihan diri melalui berbagai kegiatan yang tersedia dan memaksimalkan potensinya dalam menghasilkan produk atau jasa. Kendala-kendala yang muncul pada pelaksanaan program dapat diatasi dengan metode pendampingan dan evaluasi. Adapun saran yang dapat diajukan dari hasil program Self-actualization Therapy, bagi pihak Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta diharapkan dapat melaksanakan program ini secara mandiri agar dapat memaksimalkan pelayanan rehabilitasi kepada penerima manfaat selanjutnya. Kata Kunci: Disabilitas fisik, Self-actualization therapy
External Antecedents of Entrepreneurial Orientation in Junior High School Students Ersa Lanang Sanjaya; Jimmy Ellya Kurniawan; Stefani Virlia
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship (IJBE) Vol. 7 No. 3 (2021): IJBE, Vol. 7 No. 3, September 2021
Publisher : School of Business, IPB University (SB-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17358/ijbe.7.3.209

Abstract

Several previous studies on entrepreneurial orientation are studied were examined in the bussiness context and show the contribution of internal factors within individuals to the development of entrepreneurial orientation. However, only a few research that focused on entrepreneurship orientation in the context of education, especially for junior high school students in Java Island. This study aims to examine external factors, about authoritative parenting, and creativity climate for the entrepreneurial orientation of junior high school students. The research respondents were 291 junior high school adolescents in Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Semarang and Surabaya. Data collection was carried out from August to November 2019. The data were analyzed using multiple regressions. The results showed that there was a significant influence between the authoritative parenting and the creativity climate on entrepreneurial orientation. The role of parents in providing responsible freedom to children allows children to be more courageous in facing risks, innovative, and open to competitive situations. The creative climate at school allows students to express their ideas and get used to solving problems. Keywords: entrepreneurial orientation, authoritative parenting, creativity climate, adolescents, Indonesia
Gambaran Kesiapan Penerimaan Pendidikan Seksual Pada Anak Usia 12-14 Tahun Di SMP “X” Jakarta Utara Stefani Virlia
JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 2 Nomor 1 Februari 2018
Publisher : STKIP Andi Matappa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31100/jurkam.v2i1.75

Abstract

Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2013 tercatat 1445 kasus, kemudian sempat menurun di tahun 2014 yang tercatat 1423 kasus, lalu di tahun 2015 meningkat tajam menjadi 1718 kasus. Berdasarkan kasus tersebut, 75 persen korban kekerasan seksual di antaranya adalah anak-anak perempuan. Tidak hanya anak yang menjadi korban kekerasan seksual, bahkan pelaku kekerasan seksual itu sendiri adalah individu yang masih berada dalam usia anak. Fakta-fakta di atas semakin meyakinkan bahwa pendidikan seksual pada anak adalah sesuatu yang penting untuk dilaksanakan. Namun, di Indonesia, akses terhadap pendidikan seksual masih sangat minim dan baru difokuskan untuk siswa/i sekolah menengah atas sehingga anak cenderung mencari tahu melalui saluran lain yang tidak tepat. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui kesiapan penerimaan pendidikan seksual pada anak-anak di usia 12-14 tahun. Penelitian ini termasuk penelitian deksriptif menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak berusia 12-14 tahun di sekolah X Jakarta Utara, yang berjumlah 64 orang. Hasil penelitian ini adalah mayoritas responden cukup siap dalam menerima pendidikan seksual, terutama untuk aspek psikologis dan sosial. Faktor jender mempengaruhi kesiapan responden dalam menerima pendidikan seksual.  
HUBUNGAN LIMA TIPE KEPRIBADIAN OCEAN DAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA DI UNIVERSITAS X Juliadi Juliadi; Stefani Virlia
Psibernetika Vol 8, No 2 (2015): Psibernetika
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.599 KB) | DOI: 10.30813/psibernetika.v8i2.491

Abstract

The implementation of higher education is expected to create the outstanding young generation. Therefore, success in the academic field to be relevant and important for students. However, the process of achieving success is not easy; some students got through well, but the others finally decided to escape. This research uses a quantitative approach and included in the correlational research. The sample in this study were selected using purposive sampling techniques and amounted to 162 students in the Faculty of Social Sciences and Humanities at University X. The results of this research are there is no relationship between Openness, Conscientiousness, Ekstraversion, and Agreableness personality types with adversity quotient (p> 0.05). Neuroticism personality type has a relationship with adversity quotient (p <0.05). Someone who gave negative responses to difficult situations often followed by setbacks in the different aspects of life. Some people can slowly to revive, but the others can’t. Keywords : Adversity Quotient, OCEAN Personality, Students
GAMBARAN PSIKOEDUKASI TERHADAP KELUARGA PENDERITA SKIZOFRENIA Stefani Virlia
Psibernetika Vol 7, No 2 (2014): Psibernetika
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.686 KB) | DOI: 10.30813/psibernetika.v7i2.504

Abstract

The process of recovery of people with schizophrenia in Indonesia are still poor. This is because the recovery process is long and time consuming need social support from family. A patient who has been getting medicine and good care at the hospital could have returned relapse if there‟s no support of his/her family. Support from family is also affected how much information they can understand about the disorder sufferers so that families can be more accepting of patient. This study aims to determine how the image of the family psychoeducation in patients with schizophrenia. This study used a qualitative approach to the 2 families of patients. Data was collected through interviews and observation techniques and the results were analyzed using content analysis. The result of this research is the process of psychoeducation to families of people with schizophrenia could be successful when an awareness and sensitivity on the part of the family of the condition of the patient so that the patient can return to optimal function. Keywords: patient with schizopherenia, family, psychoeducation