Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Profil lower endoskopi gastrointestinal di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara Periode Januari 2017-Desember 2018 Muhammad Sayuti
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 20, No 3 (2020): Volume 20 Nomor 3 Desember 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v20i3.18642

Abstract

Perkembangan tekonologi endoskopi telah menggantikan banyak prosedur operasi dengan kelebihan melihat langsung permukaan mukosa sehingga dapat menyediakan infromasi yang jauh lebih besar. Endoskopi berevolusi dari yang berjenis kaku dengan kemampuan yang terbatas ke endoskopi yang berjenis lentur dan lebih canggih dengan kemampuan pencitraan yang lebih baik, dan dapat melakukan intervensi terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil lower endoskopi gastrointestinal di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara periode Januari 2017 – Desember 2018. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif retrospektif. Sampel diambil menggunakan teknik Total Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data rekam medik pasien di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara sebanyak 90 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan kategori jenis kelamin perempuan sebanyak 52 orang (57,8%), mayoritas rentang usia 40-60 tahun sebanyak 37 orang (41,1%). Diagnosis pre operasi terbanyak didapatkan hematochezia dengan jumlah 17 orang (18,9%) dan hemoroid interna grade II dengan diagnosis post operasi terbanyak dengan jumlah 12 orang (13,3%). Capaian scope terbanyak di caecum dengan jumlah 53 orang (58,9%) dan jarak temuan terbanyak di rektum sebanyak 39 orang (43,3%). Hasil temuan terbanyak berupa tumor dengan jumlah 16 kasus (17,8%) dan durasi operasi paling banyak dengan rentang waktu 46-60 menit sebanyak 36 kasus (65,5%). Berdasarkan biopsi disimpulkan 70% tindakan kolonoskopi tidak dilakukan biopsi dengan jumlah 63 kasus.
Sensitivity and specificity of serum procalcitonin level compared to leucocyte count for diagnosis surgical site infection on patients undergoing major surgery in Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta Muhammad Sayuti; . Supomo; Umi Sholekah Intansari
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 45, No 01 (2013)
Publisher : Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.711 KB) | DOI: 10.19106/JMedScie004501201302

Abstract

Surgical site infection (SSI) is one of the most serious complications on sugical procedure. However, its diagnosis is still based on the clinical and laboratory examination that take more time and less sensitive and specific. Therefore, early diagnosis that is more accurate and precise is needed. Some biomarker such as serum procalcitonin (PCT) is promoted for diagnosis SSI. The aim of the study was to evaluate the sensitivity and specificity of serum PCT compared with leucocyte for diagnosis SSI on patients undergoing major surgery. This was a descriptive analytical study with a prospective observational design. Patients who underwent a major surgery between October 30th and December 31rt, 2011 and fulfilled the inclusion and exclusion criteria were recruited. Clinical and laboratory examinations including leucocyte count were conducted presurgery. On 3rd day postsurgery, blood sample was taken for PCT and leucocyte count measurement. A blood bacterial culture was performed on patients suffering from SSI according to Centers for Disease Control (CDC) criteria. Patients were then followed until 30 days postsurgery. A total of 49 patients consisting of 22 men and 27 women were involved in this study. Surgical site infection was found in 16 patients consisting of 8 (50%) patients with clean surgical wound, 3 (19%) patients with clean surgical contamination wound, 4 (25%) patients with surgical contamination wound and 1 (6%) patient with dirty surgical wound. Furthermore, laboratory examination found that 9 patients had abnormal leucocyte with 5 of them suffering from SSI, whereas from 14 patients with serum PCT abnormal, 11 patients suffered from SSI. Diagnostic test showed that the sensitivity and specificity of serum PCT for diagnosis SSI were 68.75 and 90.90%, respectively, whereas the sensitivity and specificity of leucocyte were 31.25 and 87.87%, respectively. In conclusion, serum PCT has better sensitivity and specificity compared with leucocyte for the diagnosisof SSI in patients with major surgery.   
Perbedaan Kuantitas Lakrimal Sebelum dan Sesudah menggunakan Komputer pada Pekerja PT. Bank Syariah Indonesia Kota Lhokseumawe menggunakan Uji Schirmer I Aqsha Madina; Nora Maulina; Muhammad Sayuti
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 12 (2022): COMSERVA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v1i12.181

Abstract

The use of computers continues to increase over time and has become a daily necessity. In line with this, dry eye complaints often arise from workers who use computers. The decrease in the production of tear secretion is closely related to the use of computers for a long time, where the longer the duration of use, the lower the frequency of blinking which results in an increase in tear evaporation, so the eyes will become dry and uncomfortable. This study intends to see the difference in lacrimal quantity before and after using the computer at PT. Indonesian Islamic Bank in Lhokseumawe City. The method used in this study is a quasi-experimental (quasi-experimental) research design in the form of a pretest-posttest control one group design and uses primary data taken through the examination of the Schirmer I test to 31 respondents. The results showed that 22 respondents (71%) had decreased tear secretion, 2 respondents (6.5%) had increased secretions, and 7 respondents (22.6%) had constant secretions. Statistical analysis using the Wilcoxon alternative test with the results obtained a significant value of 0.002 (p<0.05), so statistically there is a statistically significant difference in the mean of tear secretion with the Schirmer I test in PT. Indonesian Islamic Bank in Lhokseumawe City. The conclusion of this study is that there are differences in the quantity of lacrimal before and after using the computer at PT. Bank Syariah Indonesia in Lhokseumawe City uses the Schirmer I . test.
KARAKTERISTIK PERITONITIS PERFORASI ORGAN BERONGGA DI RSUD CUT MEUTIA ACEH UTARA Muhammad Sayuti
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 6: No. 2 (November, 2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v6i2.3089

Abstract

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum yang dapat terjadi karena kontaminasi mikroorganisme dalam rongga peritoneum, bahan kimiawi, atau keduanya. Peritonitis merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen. Peritonitis masih merupakan masalah yang besar karena angka mortalitas dan morbilitasnya tinggi termasuk di Indonesia. Manajemen terapi yang tidak adekuat bisa berakibat fatal. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan komplikasi yang semakin berat. Pemberian antibiotik dan terapi penunjang lainnya diberikan guna mencegah komplikasi sekunder yang mungkin terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit peritonitis perforasi terhadap penyebab dan pengobatanya di Cut Meutia Aceh Utara. Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif retrospektif terhadap 45 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan jenis kelamin pasien laki-laki di dapatkan lebih banyak 30 orang (66,6%). Berdasarkan usia terbanyak berada pada kelompok usia 40-60 tahun sebanyak 18 orang (40%). Berdasarkan etiologi Peritonitis perforasi, appendisitis perforasi merupakan penyebab terbanyak 20 orang (44,4%). Berdasarkan manifestasi klinis nyeri perut diderita 45 orang (100%) dan menjadi manifestasi tersering yang dialami. Berdasarkan tindakan operatif Laparotomy eksplorasi dengan apendektomi merupakan tindakan terbanyak dilakukan ke 20 orang (44,4%). Berdasarkan post operatif komplikasi menujukan bahwa tidak ada komplikasi yang berarti pada pasien sebanyak 37 orang (82,2%). Berdasarkan lama rawatan menunjukan 4-7 hari merupakan waktu yang  dibutuhkan untuk pasien pulang sebanyak 24 orang (53,4%).
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Mahasiswa yang Melakukan Praktikum Anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh Muhammad Sayuti; Al-Muqsith Al-Muqsith; Arini Nashirah
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 2 (November, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i2.2751

Abstract

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh bagian tubuh dari adanya potensi bahaya baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan penggunaan APD pada mahasiswa yang melakukan praktikum anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik melalui pendekatan cross sectional. Analisis statistik menggunakan uji chi square. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah 83 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil analisis univariat didapatkan pengetahuan kurang 62,7%, sikap positif 51,8%, penggunaan APD tidak lengkap 78,3%. Hasil uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD dengan nilai p value 0,210 dan terdapat hubungan sikap dengan penggunaan APD dengan nilai p value 0,013. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD dan terdapat hubungan sikap dengan penggunaan APD.Kata kunci: alat pelindung diri; pengetahuan; sikap
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Postoperative Nausea and Vomiting pada Pasien Anestesi Umum di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara Anna Millizia; Muhammad Sayuti; Triana Putri Nendes; Muhammad Bayu Rizaldy
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 2 (November, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i2.5391

Abstract

Anestesi umum adalah salah satu jenis anestesi yang sering digunakan dalam operasi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi dengan penggunaan anestesi umum adalah mual muntah setelah operasi yang dikenal sebagai postoperative nausea and vomiting. Postoperative nausea and vomiting menyebabkan pasien menjalani perawatan di rumah sakit lebih lama sehingga biaya yang dikeluarkan pasien lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postoperative nausea and vomiting pada pasien anestesi umum di Rumah Sakit Umum Cut meutia berupa jenis kelamin, usia, riwayat motion sickness dan/atau riwayat postoperative nausea and vomiting (PONV), riwayat merokok, jenis operasi, durasi operasi, teknik anestesi dan penggunaan opioid. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sample penelitian berjumlah 86 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan teknik pengambilan accidental sampling. Analisis data yang dilakukan dengan uji Chi Square dan uji Fisher serta uji Kolmogorov-Smirnov sebagai uji alternative. Hasil analisis bivariat dari penelitian ini, jenis kelamin, riwayat merokok, riwayat motion sickness dan/atau riwayat postoperative nausea and vomiting, teknik anestesi dan durasi operasi mendapatkan nilai p<0,05, sedangkan faktor usia, penggunaan opioid mendapatkan nilai p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin, riwayat merokok, riwayat motion sickness dan/atau riwayat postoperative nausea and vomiting, teknik anestesi, dan durasi operasi dengan postoperative nausea and vomiting pada pasien anestesi umum di RSU Cut Meutia dan tidak terdapat hubungan antara faktor usia dan penggunaan opioid dengan postoperative nausea and vomiting pada pasien anestesi umum di RSU Cut Meutia Aceh Utara.
Artikel MASS CIRCUMCISION SOCIAL SERVICE IN THE PANDEMIC TIME ACCORDING TO THE PROTOCOL OF COVID-19 WITH THE MEDICAL TEAM OF THE FACULTY OF MEDICINE, MALIKUSSALEH UNIVERSITY Muhammad Sayuti Sayuti; Teuku Ilhami Surya Akbar; Muhammad Syahriza
Global Science Society Vol 3 No 1 (2021): Global Science Society (GSS) Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM dan PM Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemerintah telah berusaha melakukan berbagai upaya kesehatan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat yang dalam penyelenggaraannya harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah. Provinsi Aceh memiliki visi dan misi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakatnya. Akan tetapi pelayanan kesehatan tersebut nyatanya masih menghadapi berbagai kendala seperti, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil masih kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena minimnya infrastruktur untuk dapat mengakses pelayanan tersebut. Permasalahan tersebut melatarbelakangi dilaksanakannya Bakti Sosial Sunatan Massal dimasa pandemi sesuai protokol COVID-19, yang terdiri dari kegiatan sunatan massal oleh Tim Medis Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh. Dengan diadakannya bakti sosial ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan dimasa pandemi ini agar masyarakat tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Relationship between body mass index and postural balance among student of the martial arts club malikussaleh university Melina Handayani; Muhammad Sayuti; Cut Sidrah Nadira
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v11i3.33916

Abstract

 Relationship between body mass index and postural balance among student of the martial arts club malikussaleh university. Postural balance is an important component in martial arts. Every player martial art needs fast and strong movements so that the body must be well controlled. Disturbances such as body mass index (BMI) that are not ideal can affect postural stability. The height and shortness or the weight and lightness of a person will affect the location of the center of gravity that later will affect the balance. The purpose of this study is to find out the relationship between body mass index and postural balance among students of the Martial Arts Club Malikussaleh University. This study used a cross-sectional design which was conducted in March 2021 at the Bukit Indah Campus, Malikussaleh University. The sample of this study used total sampling with 49 respondents. Data collection was carried out by measuring body weight, height, static balance with a standing stork test and dynamic balance with a modified bass test of dynamic balance. The results of this study obtained BMI with the highest proportion is normal category, with 31 people (63.3%), while the static balance commonly found in the very good category with 11 people (22.4%), and dynamic balance commonly found in the balanced category with 29 people (59.2 %). The results of the chi-square analysis showed that there was a relationship between BMI with static balance (p = 0.019) and dynamic balance (p = 0.012). This study concludes that there is a relationship between BMI and postural balance among students of Martial Arts Club Malikussaleh University.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Apendektomi Menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S) di Rumah Sakit Swasta Kota Lhokseumawe Muhammad Sayuti; Nora Maulina; Ridhowan Damanik
JURNAL BIDANG ILMU KESEHATAN Vol 12, No 2 (2022): Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Respati Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52643/jbik.v12i2.2156

Abstract

Latar belakang. Kecemasan dapat diartikan sebagai respon manusia yang normal yang tidak menyenangkan dan penuh kekhawatiran terhadap situasi dan kondisi tertentu yang dapat mengancam diri, dimana dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kecemasan pasien sebelum apendektomi di Rumah Sakit Swasta Lhokseumawe yang terdiri dari RS Arun, RS Abby, RS MMC, RS Kesrem, RS Bunda. Metode. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan corss- sectional dan memperoleh data primer yang diambil melalui wawancara kuisoner yang dilakukan pada 32 responden. Hasil. Dari 32 orang yang dilakukan wawancara mayoritas sampel mengalami kecemasan sedang sebanyak 17 orang (53,1%). Pada usia paling banyak pada usia remaja akhir 17-25 tahun sebanyak 13 orang ( 40,6%) dan pada usia remaja awal 10-16 tahun sebanyak 11 orang (34,4%) dan jenis kelamin sama antara wanita dan laki-laki sebanyak 16 orang (50,0%) untuk Pendidikan mayoritas SMA/MA  14 orang (43,8%) dan jenis apendisitis mayoritas akut sebanyak 18 orang (56,3%). Kesimpulan. Dalam penelitian ini adalah mayoritas responden mengalami kecemasan sedang saat menghadapi pre apendektomi.Kata kunci : Tingkat kecemasan, Pre apendektomi, Hamilton anxiety rating scale.
Teknik Operasi dan Faktor Risiko Residif Hernia Inguinalis Lateralis di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Muhammad Sayuti; Cut Khairunnisa; Elsa Nur Salsabila; Jihan Haura; Rani Aprilita
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 3 (2023): Volume 5 Nomor 3 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i3.8104

Abstract

ABSTRACT Lateral inguinal hernia (HIL) is a protrusion of the contents of the abdominal cavity, which comes out of the peritoneal cavity through the internal inguinal ring which is located lateral to the inferior epigastric vessels. Risk factors for inguinal hernias are increased intra-abdominal pressure due to chronic cough, constipation, ascites or heavy lifting, when there is weakness of the abdominal wall muscles due to old age, pregnancy or prematurity, surgical incisions that cause incisional hernias and the presence of obesity. The principle of management of lateral inguinal hernia is animation and surgery. Operative treatment is the only rational treatment for inguinal hernias, namely carrying out hernia repairs both openly and laparoscopically. The purpose of this study was to determine surgical techniques and risk factors for recurrent lateral inguinal hernias at Cut Meutia Hospital, North Aceh District in 2018–2021. This study used a retrospective descriptive method with a cross sectional approach. The sample in this study were all patients diagnosed with recidive lateral inguinal hernias at Cut Meutia Hospital, North Aceh District recorded in 2018 to 2021 who met the inclusion and exclusion criteria. The results showed that the incidence of recurrent HIL was 8.5%, the most common risk factor was age ≥60 years (73.3%), male sex (100%), obesity (53.3%), history of strenuous activity (100 %), history of chronic cough (60%), history of urinary retention (26.7%), history of constipation (66.67%) and the first surgical technique used in 15 patients with residual HIL was 40% non-mesh graft and 60% with a mesh of corruption. Age, gender, obesity, history of strenuous activity, history of chronic cough, urinary retention and history of constipation are risk factors for recurrent lateral inguinal hernias at Cut Meutia Hospital, North Aceh District in 2018-2021. Keywords: Lateral Inguinal Hernia, Hernia Repair, Risk Factors  ABSTRAK Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah penonjolan isi rongga perut, yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior.  Faktor risiko terjadinya hernia inguinalis adalah peningkatan tekanan intra-abdominal karena batuk kronis, sembelit, asites atau angkat berat, ketika ada kelemahan otot dinding perut karena usia tua, kehamilan atau prematuritas, sayatan operasi yang menyebabkan hernia insisional dan adanya obesitas. Prinsip penatalaksanaan hernia inguinalis lateralis adalah konservatif dan operatif. Tindakan pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional yaitu melakukan tindakan hernia repair baik secara open maupun laparoskopik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknik operasi dan faktor risiko hernia inguinalis lateralis residif di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2018–2021. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosis hernia inguinalis lateralis residif di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara yang tercatat pada tahun 2018 sampai 2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Hasil penelitian menunjukkan kejadian HIL residif sebesar 8,5%, faktor risiko terbanyak pada usia ≥60 tahun (73,3%), jenis kelamin laki-laki (100%), obesitas (53,3%), riwayat aktivitas berat (100%), riwayat batuk kronis (60%), memiliki riwayat retensio urin (26.7%), riwayat konstipasi (66,67%) dan teknik operasi pertama yang digunakan pada 15 pasien HIL residif adalah 40 % non mesh graft dan 60% dengan mesh graft. Usia, jenis kelamin, obesitas, riwayat aktivitas berat, riwayat batuk kronis, retensio urin serta riwayat konstipasi merupakan faktor risiko hernia inguinalis lateralis residif di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2018 – 2021. Kata Kunci: Hernia Inguinalis Lateralis, Hernia Repair, Faktor Risiko