Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Communal Space dengan Konsep Layer Building untuk Rancang Ulang Pasar Darmo Permai Valentinus Yulindra Ganis; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.736 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.25753

Abstract

Ruang publik adalah salah satu elemen pendukung sebuah kawasan perkotaan yang dapat menawarkan sarana hiburan bagi masyarakat yang ada di dalamnya. Di kota Surabaya, kawasan Darmo Permai Timur yang merupakan kawasan perumahan terdapat pasar yang sudah berdiri sangat lama yaitu Pasar Tradisional Darmo Permai. Pasar ini muncul dengan tujuan menarik orang/ pembeli untuk membeli rumah dikawasan Darmo Permai pada tahun 1980an. Seiring berjalannya waktu, pasar ini mulai tidak relevan dan berubah menjadi pasar tumpah. Aktivitas tidak terkontrol, perubahan aktivitas pada pagi hari yaitu pasar dan malam hari menjadi warung makan, zoning pasar tidak teratur, sirkulasi menjadi tidak jelas, stan illegal dan lain – lain, di tambah dengan kurangnya ruang untuk aktivitas warga sekitar sehingga terjadinya minim interaksi sosial. Dengan pendekatan Community Based Development, mengajak warga sekitar sehingga menjadi ruang publik yang baru yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk memperbaiki lingkungan perumahan Darmo Permai
New Development Hunian Nelayan Kenjeran sebagai Kampung Wisata Nelayan Rela Habibah; Wahyu Setyawan, ST., MT.
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.894 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.25770

Abstract

Permukiman pesisir terbentuk karena adanya aktivitas nelayan dalam memenuhi kebutuhan bertempat tinggal dan bermata pencaharian. Pemkot Surabaya kini menetapkan kawasan Kenjeran menjadi Kampung Wisata Bahari. Namun masih ada permasalahan pada kondisi fisik eksisting yang timbul seperti kualitas lingkungan dan kondisi hunian yang kurang ideal. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan baru pemukiman dengan penataan yang dapat menunjang kualitas permukiman. Hal ini mengacu pada pengembangan pemukiman khas Indonesia yang disebut kampung tanpa memindahkan penghuni ke tempat yang baru. Kemudian menempatkan kembali penghuni asal tanpa merubah gaya hidup mereka yang lama dan kondisi fisik yang lebih baik dari yang lama. Konsep tersebut diwujudkan dalam obyek rancang berupa Kampung Wisata Nelayan, yaitu inovasi baru penataan landed housing yang mengaplikasikan kegiatan wisata kampung bahari dan memlibatkan penghuni dalam mengembangkan huniannya. Konsep hunian ini disebut pula dengan Elemental Housing.
Penataan Kampung Mrican dengan Metode Partisipatif Adli Nibras Pramudia; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (865.617 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.37521

Abstract

Dewasa ini kebutuhan hidup semakin lama semakin bertambah dan beraneka ragam. Pada dasarnya manusia akan memenuhi kebutuhan paling dasarnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhannya dasar yang tingkatannya lebih tinggi. Dalam hal ini banyak warga pinggiran yang mencoba mengadu nasib ke kabupaten Sleman membuat permasalahan baru pada sekitar daerah aliran sungai Gajahwong. Mereka yang datang mulai mendirikan bangunan di sekitar daerah aliran sungai Gajahwong yang mempunyai fungsi sebagai daerah serapan air hujan. Selain itu permasalahan berikutnya terkait dengan kurangnya interaksi sosial antar warga. Salah satu metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan warga Mrican adalah membangun bersama warga dengan metode partisipatif. Metode ini lebih menitikberatkan kepada partisipasi warga dengan tujuan dapat mempersiapkan diri mereka untuk nantinya berpindah ke tempat yang lebih aman dan nyaman. Sehingga ketika pemerintah desa ingin menggunakan tanah yang mereka tinggali, warga telah siap untuk pergi. Hasil desain pada kampung Mrican mencakup penambahan massa vertikal pada sebagian rumah dan sebagian lagi dilakukan peremajaan fasad sesuai dengan budaya lokal masyarakat setempat. Selain itu terdapat bank sampah dan sentra kerajinan guna meningkatkan perekonomian warga.
Penerapan Konsep Material Lightweight pada Desain Amphibious House Salsabila Adelia Putri; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v8i2.48692

Abstract

Kota Pekalongan merupakan salah satu kota yang terkena bencana banjir rob setiap tahunnya. Banjir rob sendiri dalam setahun bisa melanda beberapa kali. Salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak banjir rob ini adalah daerah pesisir Pantai Sari Pekalongan. Banjir yang merendam rumah warga menjadikan rumah cepat rusak dan permukiman warga pun menjadi terkesan kumuh, karena banyaknya rumah yang rusak dan lingkungan yang menjadi kotor akibat genangan air banjir. Dengan isu banjir yang melanda permukiman, maka warga membutuhkan solusi bagi permukiman agar bisa hidup berdampingan dengan banjir. Dilakukan redesain pada wilayah permukiman warga, dimana dibuat sistem baru untuk bangunan rumah untuk menghadapi banjir. Metode yang digunakan adalah force-based framework, dimana banjir sebagai penggerak utama dalam menentukan tujuan desain, dan konsep yang keluar pun merespon adanya banjir rob dan juga lingkungan sekitar, berupa desain unit rumah dengan material lightweight. Bangunan juga menggunakan sistem amfibi yang dikombinasikan dengan sistem modular dan memperhatikan material-material yang ramah lingkungan dan ringan agar mudah terapung.
Fasilitas Pendidikan Bagi Anak Tunanetra dengan Pendekatan Indera Datin Intan Baktara; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i2.54801

Abstract

Anak tunanetra adalah anak yang memiliki gangguan atau kerusakan pada indera penglihatannya, sehingga menyebabkan kemampuan penglihatannya berkurang atau bahkan tidak bisa melihat sama sekali. Tidak berfungsinya indera penglihatan menyebabkan seorang anak tunanetra harus mengandalkan indera-indera lainnya yang masih berfungsi dengan baik dalam menerima informasi dan dalam proses pendidikan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri ketika dewasa. Arsitektur yang merespons pengguna tunanetra tentunya harus benar-benar memperhatikan aspek multisensori, yang mana arsitektur tersebut dapat dieksplorasi oleh penggunanya menggunakan kombinasi indera mereka. Metode naratif digunakan dalam proses perancangan untuk membangun suasana dan elemen-elemen sensori yang nantinya dapat dirasakan dan diidentifikasi secara inderawi oleh pengguna, dengan menarasikan ide-ide arsitektural sebelum dieksekusikan ke dalam bentuk tiga dimensi. Elemen-elemen kota dimasukkan pada obyek rancangan yang dapat dijadikan medan dan media pembelajaran anak-anak tunanetra untuk mengembangkan inderanya. Elemen-elemen tersebut dapat dideteksi melalui indera penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, dan sistem orientasi dasar. Rancangan diharapkan mampu membiasakan persepsi anak tunanetra dalam mengenali sebuah ruang dan mengenali petunjuk yang sekiranya mampu membantu mereka melakukan aktivitas dengan hambatan yang minim.
Hunian Vertikal Bagi Masyarakat Menengah dengan Pendekatan Inkremental Mirra Kamila Ismail; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i2.56353

Abstract

Tingginya mobilisasi di Kota Surabaya, salah satunya disebabkan oleh jarak rumah dengan tempat kerja yang jauh. Hal tersebut, biasa dialami oleh masyarakat kota Surabaya yang memilih tinggal di pinggir bahkan luar kota (Sidoarjo, Pasuruan, dan Gresik). Penyebabnya adalah harga hunian di luar kota yang lebih terjangkau dibanding dengan harga hunian di kota besar. Faktanya, masih banyak lahan kosong di Kota Surabaya yang bisa dikembangkan menjadi hunian terjangkau. Angka housing backlog yang tinggi di Jawa Timur serta waiting list rumah susun di Surabaya, menjadi data pendukung dalam rancangan ini. Melihat kultur masyarakat Indonesia yang selalu mengembangkan huniannya berdasar kebutuhan dan kondisi perekonomiannya, maka hunian akan dibuat dengan konsep rumah tumbuh. Pendekatan yang dipilih adalah inkremental, didukung dengan pendekatan affordable housing dan fleksibilitas sebagai aspek utama yang mendorong terbentuknya modul hunian.
Wisata Waduk Rowo Jombor dengan Pendekatan Arsitektur Berkelanjutan Hendra Setyabudi Ariyanto; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i2.56367

Abstract

Waduk Rowo Jombor merupakan sebuah objek ekowisata yang terletak di Dukuh Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Ciri khas pada Waduk Rowo Jombor adalah warung apungnya. Namun, semakin bertambahnya tahun mengalami jumlah penurunan wisatawan yang cukup drastis akibat adanya pencemaran lingkungan. Kondisi lingkungan di Rowo Jombor banyak memiliki potensi dari segi ekonomi dan wisata. Penggunaan pendekatan Arsitektur Berkelanjutan dengan tujuan untuk mendukung pengembangan rancangan sebagai wadah yang memiliki manfaat dalam perekonomian masyarakat dan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan. Konsep utama pada rancangan ini adalah membagi area menjadi tiga bagian yaitu air, bibir rawa, dan darat. Konsep ini adalah respon akibat pencemaran limbah dimana area berpenghasil limbah terbanyak dipindahkan ke posisi dekat dengan sistem pengolahan. Ke-tiga area dihubungkan dengan konsep sirkulasi tidak langsung. Konsep sirkulasi tidak langsung bertujuan untuk menciptakan sebuah urutan aktivitas yang jelas dan efisien. Aspek penghawaan pada rancangan juga ditonjolkan pada bagian ruang-ruangnya dimana bagian atap dengan struktur bentang lebar menjadi selubung bagi ruang-ruang dibawahnya tanpa keterhubungan struktur pada rancangan. Sehingga, penghawaan dapat dikelola dengan baik dalam rancangan. Unsur material dengan nilai maintenance yang rendah seperti bambu, ijuk dan konsep apung dengan menggunakan concrete floating sebagai aspek yang ditonjolkan pada rancangan ini.
Housing Based on Communal Connectivity to Enhance Resilience in Response to Rob Flood Anisya Maharani; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v10i2.69917

Abstract

Rob flood is one of flood types caused by the increasing sea level rise submerging in area with lower level than the sea surface. With the hazard occurring regularly, this will be able to threaten the community’s vulnerability in responding to rob flood which includes social, economic, and physical impacts. With the existing housing precedents that lacks in providing a multifaceted aspect between users and its built environment, this paper aims to offer design concept based on communal connectivity to increase the resilience of community in responding rob flood. Communal connectivity focuses on the concept where communities are able to adapt and mitigate either pre-disaster, during disaster, and post-disaster. The study takes place in Semarang at Jl. Ngilir Timur that regularly has rob flood each year with 2050 as the time context. The typology offered in this design is a co-housing settlement with community resilience approach, where this approach focuses on ways to increase the communities‘adaptive capacity. Using force base framework, the main concept offered is a settlement with communal connectivity concept which focuses on several aspects in formal, spatial, material, construction, landscape, and utility. The main concept of this design mainly discusses on social connectivity and supported co-housing in formal and technical explorations which will be able to enhance community resilience in social, economy, and environment aspects.
Preliminary study towards eco-design of housing in coastal settlements in Surabaya (Case study of fishermen housing design after the development of Kenjeran Bridge, Surabaya) Dewi Septanti; Rika Kisnarini; Purwanita Setijanti; Ayi Syaeful Bahri; Wahyu Setyawana
IPTEK Journal of Proceedings Series No 3 (2017): 8th International Conference on Architecture Research and Design 2016
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.361 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2017i3.2497

Abstract

This paper involves a discourse about design based research and the research itself. To capture the goals, the issues of this paper are how to re-design the housing surrounding the bridge which built for tourism reason ecologically. In order to improve the quality of the area surrounding the bridge and due to support the tourism and human life, this study would like to investigate the issues about the improvement of settlements quality related to their impact of post construction of the bridge. The study focused on the households’ requirements for functionality of houses especially to support tourism and business activities at home. Although several studies on coastal housing problems have been conducted widely, investigation on sustainability of the building is still limited (Kobayashi, 2000; Marfa’i, M.A, 2008). In term of method, this study was design as an explorative, descriptive, ex-poste and evaluation study. By using the in- depth interviews method, the idea, hope, expectation of inhabitants was gained. 30 respondents were taken from 3 local sub district area. The results showed that the households’ needs can be observed through their activities. Households’ activities determine their requirements for the houses design. The kind of activities also influence the houses design and it’s attributes (e.g size, the type of space). By comparing the attributes of the houses and households’ requirements, the design is determined. In which kinds of tourism activities are included in their daily activities.
Biofilik Coworking Hotel sebagai Respon Gaya Hidup Digital Nomad Generasi Z Putu Bagus Guna Laksana; Wahyu Setyawan
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 11, No 5 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v11i5.94883

Abstract

Yang Perkembangan internet saat ini menciptakan perubahan cara bekerja menjadi pekerja secara lepas atau gig. Generasi Z menjadi generasi yang paling tertarik untuk berpindah menjadi pekerja gig karena fleksibilitas jadwal, lokasi serta pilihan pekerjaan menyebabkan peningkatan pada pekerja freelance dalam perkembangan gig ekonomi. Serta gaya digital nomad karena fleksibiltas waktu dan tempat untuk bekerja. Di sisi lain terdapat pula dampak buruk yang ditimbulkan gig ekonomi yakni budaya bekerja berlebihan (hustle) yang berpengaruh terhadap burn out dan rendahnya kesehatan mental pekerja.Isu ini menjadi fokus dalam perancangan, dengan force based framework gaya hidup baru dalam bekerja dan kebutuhan Generasi Z menjadi force dalam perancangan dengan melakukan studi terhadap constraints dan assets dari Generasi ZKonsep Natah ynng terdapat pada daerah Bali sebagai lokasi dikolaborasikan dengan pendekatan biofilik pada perancangan Coworking Hotel diharapkan dapat menjadi upaya merespon kebutuhan Generasi Z sebagai digital nomad sehingga bangunan tidak hanya menjadi tempat yang nyaman bagi digital nomad Generasi Z untuk istirahat dan bekerja namun juga dapat menjadi tempat untuk melepaskan stres dan meningkatkan kualitas hidup.