Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Tradisi Mandi Sumur Penganten di Keraton Kanoman Cirebon Rahma Nur Atika; Salma Nur Karimah; Fadel M. Rizki; Bagja Waluya; Asep Dahliyana
Sosial Budaya Vol 17, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v17i2.8554

Abstract

Berdasarkan hasil observasi langsung yang kami lakukan, Pandangan Masyarakat Cirebon terhadap Tradisi Mandi Sumur penganten sangat menarik. Tradisi Mandi Sumur penganten ini merupakan Tradisi yang digunakan masyarakat untuk tetap mempertahankan peninggalan leluhur juga mempertahankan kearifan local dan cirri khas kota Cirebon. Keraton Kanoman ini merupakan tempat penyebaran islam pertama di Jawa Barat. Di keraton kanoman ada banyak karang-karang yang filosofinya “manusia harus punya mental seperti karang” bahwa manusia jangan mengandalkan sesuatu dari harta atau modal melainkan harus ada mental dari dirinya dari dalam hatinya, segala sesuatu harus bergerak dari hatinya. Pada hasil observasi kami juga menemukan bahwa ternyata sebelumnya Mandi Sumur pengantin ini hanya dilakukan oleh anak cucu keluarga di Keraton sebagai tanda Karomat. namun karena banyak yang tau akhirnya banyak warga yang ingin melakukan tradisi tersebut, namun dari pihak keraton tidak ada yang mengajarkan untuk melakukan tradisi ini yang bisa disebut animisme.Pandangan Masyarakat Cirebon mengenai Tradisi ini pun beragam. Ada yang menganggap tradisi ini ialah kearifan local dan sebuah Tradisi yang harus dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan. Sumur pengantin, sumur yang terletak di Kebon Jimat Keraton Kanoman ini merupakan peninggalan sejak jaman wali songo. Sumur ini dipercaya untuk mempermudah kaum perempuan supaya mendapatkan jodoh dengan mandi disini, namun ada yang berpendapat bahwa ini bersinggungan dengan agama islam. meminta tetap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya kembali lagi kepadakepercayaan masing-masing orang. hal ini kembali lagi pada tiap individu bagaimana ia mempercayai Tradisi ini sendiri. 
Kerentanan Sosial pada Wilayah Potensi Bencana Tsunami di Pesisir Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Ratu Nabillah; Iwan Setiawan; Bagja Waluya
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4 No. 2 (2020): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29405/jgel.v4i2.4318

Abstract

Wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi bencana tsunami karena berbatasan langsung dengan Selat Sunda Utara yang terdapat Gunung Anak Krakatau. Wilayah ini memerlukan adanya pembangunan sumberdaya manusia dalam upaya pengentasan kerentanan terhadap bencana. Penelitian ini membahas mengenai tingkat kerentanan sosial, faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang kerentanan sosial, dan upaya mengatasi kerentanan sosial. Tujuan penelitian ini 1) mengidentifikasi tingkat kerentanan sosial, 2) menganalisis faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang kerentanan sosial, 3) menganalisis upaya pengentasan kerentanan sosial. Analisis penskoran digunakan untuk pemetaan tingkat kerentanan sosial dan analisis persentase digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang terjadinya kerentanan sosial. Hasil penelitian yaitu tingkat kerentanan sosial dengan rentang nilai 53,37-168,86. Desa Tanjung Gading merupakan desa dengan kerentanan sosial tertinggi dan Desa Sukaraja merupakan desa dengan kerentanan sosial terendah. Faktor-faktor yang dapat memperbesar peluang kerentanan sosial diantaranya pendapatan kepala keluarga yang masih tergolong rendah, tidak memiliki pekerjaan sampingan, belum adanya integrasi pengentasan kerentanan bencana dengan posyandu balita dan Kelas Lansia, tidak adanya data detail mengenai penduduk disabilitas, sedikitnya jumlah wanita yang bekerja, dan belum terlibat aktifnya para wanita dalam forum kebencanaan. Upaya pengentasan kerentanan sosial yang telah dilakukan masih secara umum, dan belum menyentuh seluruh golongan masyarakat rentan.
Pengembangan Kompetensi Pedagogical Content Knowledge pada Mahasiswa Calon Guru dalam Kegiatan Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di Global Islamic Boarding School Yayasan Hasnur Centre Dipa Suharto; Encep Syarief Nurdin; Bagja Waluya
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpp.v22i2.50036

Abstract

Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan salah satu dari empat kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru. Penguasaan kompetensi PCK menjadi penting karena dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Dengan demikian, mahasiswa calon guru sebagai calon pendidik tentu harus mulai mengembangkan kompetensi ini sebelum berkarier sebagai seorang guru profesional. Magang Bersertifikat Kampus Merdeka merupakan program pengembangan kompetensi karier mahasiswa yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek RI. Berkolaborasi dengan Global Islamic Boarding School Yayasan Hasnur Centre, program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka mengadakan magang di bidang pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru dalam program magang bersertifikat di GIBS Yayasan Hasnur Centre. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari proses pengembangan kompetensi yang diselenggarakan, terdapat perkembangan kompetensi Pedagogical Content Knowledge pada mahasiswa calon guru setelah mengikuti program magang bersertifikat kampus merdeka di Global Islamic Boarding School, Yayasan Hasnur Centre.Kata Kunci: Pedagogical Content Knowledge, Mahasiswa Calon Guru, Magang
Pengembangan media digital untuk meningkatkan minat siswa dan kualitas pembelajaran Geografi di sekolah Riki Ridwana; Vina Aulia Nafisyah; Ahmad Yani; Iwan Setiawan; Bagja Waluya; Asep Mulyadi; Melina Rosyana
Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 18 No. 2 (2022): Transformasi Desember
Publisher : LP2M Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/transformasi.v18i2.5501

Abstract

[Bahasa]: Media pembelajaran berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Namun pemanfaatan IPTEK dalam pembelajaran belum optimal disebabkan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan guru terhadap Informasi Teknologi (IT). Pengabdian kepada masyarakat melalui program pelatihan ini bertujuan agar guru dapat membuat media pembelajaran digital untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar. Pelatihan ini menawarkan enam media digital yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu Google Earth Engine, Google My Maps, Google Earth Pro, Android, Augmented Reality, dan Website.  Metode pelaksanaan program ini adalah analisis situasi, pemberian materi, dan praktik pembuatan produk media digital melalui pendampingan trainer terlatih. Hasil dari program pengabdian ini menunjukkan bahwa belum semua guru geografi mampu menerapkan media digital di dalam pembelajaran. Namun tidak semua guru mampu untuk membuat media digital secara mandiri karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan serta faktor usia. Program pengabdian melalui pelatihan media digital ini membantu guru geografi dalam membuat dan mengembangkan media digital untuk pembelajaran geografi. Kata Kunci: guru geografi, media digital, pelatihan, pembelajaran [English]: Learning media develops along with the rapid development of information and communication technology. However, the utilization of science and technology in learning still needs to be improved due to the limitations of teachers' knowledge and skills in Information Technology (IT). This community service program aimed to help teachers create digital learning media to increase students' interest in learning. This program offered six digital media: Google Earth Engine, Google My Maps, Google Earth Pro, Android, Augmented Reality, and Website. The method used was situation analysis, material provision, and practice of making digital media products through the assistance of trained trainers. The results of this program show that not all geography teachers applied digital media in learning, and not all teachers can create digital media due to limitations of knowledge and skills. Thus, this program can help geography teachers to create and develop digital media for geography learning. Keywords: geography teacher, digital media, training, learning
Cultural Ecology and Environmental Education: Lesson Learned from Baduy Indigenous Community Bagja Waluya; Elly Malihah; Mamat Ruhimat; Erlina Wiyanarti
Indonesian Journal of Geography Vol 55, No 1 (2023): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.77203

Abstract

This research investigated culturally-generated abilities and skills in the frame of human adaptation and environmental education. Under qualitative approach, this research implemented phenomenological research method that seek to understand the situation that occurs locally to certain group. Data collection was done through observation and interview with four key informants involving indigenous community leaders, community members, and formal education practitioner. Additional informants were taken from snowball sampling technique from whose accounts were elaborated until data saturation achieved. Validity and reliability of data were carried through member check and data triangulation. Data analysis process follow three sequential phases, namely data reduction, display, and drawing conclusion. Findings of research were grouped into three sections, namely a) cultural ecology of Baduy indigenous community; b) environmental education based on local wisdom of Baduy people; and c) pedagogical experience on local wisdom-based learning.
Kerentanan Sosial pada Wilayah Potensi Bencana Tsunami di Pesisir Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Ratu Nabillah; Iwan Setiawan; Bagja Waluya
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4 No. 2 (2020): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29405/jgel.v4i2.4318

Abstract

Wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi bencana tsunami karena berbatasan langsung dengan Selat Sunda Utara yang terdapat Gunung Anak Krakatau. Wilayah ini memerlukan adanya pembangunan sumberdaya manusia dalam upaya pengentasan kerentanan terhadap bencana. Penelitian ini membahas mengenai tingkat kerentanan sosial, faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang kerentanan sosial, dan upaya mengatasi kerentanan sosial. Tujuan penelitian ini 1) mengidentifikasi tingkat kerentanan sosial, 2) menganalisis faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang kerentanan sosial, 3) menganalisis upaya pengentasan kerentanan sosial. Analisis penskoran digunakan untuk pemetaan tingkat kerentanan sosial dan analisis persentase digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang terjadinya kerentanan sosial. Hasil penelitian yaitu tingkat kerentanan sosial dengan rentang nilai 53,37-168,86. Desa Tanjung Gading merupakan desa dengan kerentanan sosial tertinggi dan Desa Sukaraja merupakan desa dengan kerentanan sosial terendah. Faktor-faktor yang dapat memperbesar peluang kerentanan sosial diantaranya pendapatan kepala keluarga yang masih tergolong rendah, tidak memiliki pekerjaan sampingan, belum adanya integrasi pengentasan kerentanan bencana dengan posyandu balita dan Kelas Lansia, tidak adanya data detail mengenai penduduk disabilitas, sedikitnya jumlah wanita yang bekerja, dan belum terlibat aktifnya para wanita dalam forum kebencanaan. Upaya pengentasan kerentanan sosial yang telah dilakukan masih secara umum, dan belum menyentuh seluruh golongan masyarakat rentan.
Kajian Nilai-Nilai Saba Budaya Baduy sebagai Modal Sosial untuk Menjaga Lingkungan dari Ancaman Kerusakan Akibat Pariwisata Bagja Waluya; Elly Malihah; Mamat Ruhimat; Erlina Wiyanarti
SOSIETAS Vol 11, No 2 (2021): Sosietas: Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.293 KB) | DOI: 10.17509/sosietas.v11i2.41617

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplor nilai-nilai Saba Budaya Baduy dalam menjaga lingkungan dari ancaman kerusakan akibat pariwisata dan sebagai modal sosial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa Saba Budaya merupakan nilainilai kearifan lokal Suku Baduy yang bermakna silaturahmi. Sebagai kearifan lokal, maka bentuk tata nilai, persepsi, perilaku, dan respons masyarakat Suku Baduy pada wisatawan yang datang bermakna silaturahmi pada saudara jauh. Dengan demikian, mereka harus menyambut dan menjamu tamunya (wisatawan). Sebaliknya, pada wisatawan juga berlaku adab dan aturan bertamu yang berlaku di Baduy. Silaturahmi dalam Saba Budaya terkandung nilai-nilai saling menghormati, saling menyayangi, saling menjaga, saling memperhatikan satu sama lain tanpa menghilangkan kesan bersenang-senang seperti halnya tujuan berwisata.
Tingkat Kecerdasan Ekologis Siswa Sekolah Menengah Umum di Wilayah Bandung Utara Muhamad Abdul Azis; Mamat Ruhimat; Bagja Waluya
Syntax Idea 1249-1258
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v5i9.2494

Abstract

The North Bandung Area (KBU) has a function as a rainwater catchment area in the Bandung Basin. However, today, KBU has experienced land conversion, especially agricultural land into built-up land. If land conversion in KBU cannot be controlled and continues to experience land use changes, public knowledge about the environment in KBU will be increasingly eroded and cause disharmony between the community and its physical environment. The purpose of this research is to identify the level of ecological intelligence of high school students in KBU. The method used in this research is the survey method and the approach used is quantitative. The location of this research was conducted in 12 State Senior High Schools (SMAN) which are included in the North Bandung Area (KBU). The result of this research: Ecological intelligence of public high school students in KBU in the knowledge aspect falls into the high category (1.50), in the attitude aspect falls into the high category (1.98), the skill aspect falls into the high category (1.86), and the participatory aspect falls into the high category (1.91). In general, the ecological intelligence of students of 12 public high schools in KBU as measured through four indicators is classified as high category (1.81). It is recommended to conduct similar research at different levels and or in private schools.
Pemanfaatan E-Commerce pada Industri Kreatif di Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung Ranti Hajrianti; Enok Maryani; Bagja Waluya
Manajemen dan Pariwisata Vol. 2 No. 2 (2023): Vol. 2 No. 2 Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Yapari (STIEPAR YAPARI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32659/jmp.v2i2.295

Abstract

The creative industry in Margahayu District, Bandung Regency has very high potential. However, during the Covid-19 pandemic, the demand for products in this creative industry actually decreased. This decline phenomenon can weaken production activities, and can even threaten the existence of creative industries in Margahayu District. Therefore, creative industry players in Margahayu District need to determine the right survival strategy in order to maintain their existence. One effort that can be implemented to overcome these problems is to utilize e-commerce. This study aims to evaluate utilization e-commerce as a product marketing media and analyze the constraints faced in utilization e-commerce in the creative industries in Margahayu District, Bandung Regency. The method used in this study is a descriptive method with a quantitative approach, and applies survey methods in its implementation. The data analysis technique used in this study is through percentage calculations. The results of this study indicate that the creative industries in Margahayu Sub-District have utilized them e-commerce as a product marketing medium well because it is supported by the availability of the internet, the ease of information, and the availability of human resources. Meanwhile, the obstacles faced in the utilization of creative industries in Margahayu District, Bandung Regency consist of unstable internet access, platform e-commerce which often experience interruptions, as well as limited time to serve consumers directly.
Peran dan Strategi Komunitas Earth Hour Medan dalam Mendorong Praktik Hidup Berkelanjutan di Indonesia Budi Rahmah Panjaitan; Epon Ningrum; Bagja Waluya; Dede Sugandi; Eka Wulan Safriani
Jurnal Surya Masyarakat Vol 6, No 1 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jsm.6.1.2023.117-125

Abstract

Komunitas memainkan peran besar dalam kelestarian lingkungan, termasuk hidup berkelanjutan. Kehadiran komunitas menjadi salah satu representasi tujuan ke-17 SDGS yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan (partnerships for the goals). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan strategi Komunitas Earth Hour Medan dalam mendorong praktik hidup berkelanjutan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Komunitas Earth Hour Medan memiliki tiga peran dalam mendorong praktik hidup berkelanjutan di Indonesia yaitu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup berkelanjutan, memperjuangkan kebijakan yang ramah lingkungan, dan melaksanakan aksi hidup berkelanjutan yang ramah lingkungan. Komunitas Earth Hour Medan menerapkan beberapa strategi dalam mendorong praktik hidup berkelanjutan di Indonesia yaitu melaksanakan rekrutmen relawan (volunteer) untuk menjadi bagian dari aksi yang dilakukan, melakukan pendekatan sosial media kepada masyarakat dan pemuda, turun langsung ke lapangan dalam mengedukasi masyakarakat maupun pemuda, dan berupaya menjaga eksistensi dengan tampil di media massa. Komunitas Earth Hour Medan juga melakukan langkah konkret dengan mengedukasi dan advokasi konservasi habitat alam, mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam sayuran dan tanaman apotek hidup, mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia, mengkampanyekan pengurangan sampah plastik, mendorong kebiasaan memasak sendiri makanan di rumah, menggunakan pangan lokal, dan memanfaatkan bahan makanan yang tersedia di sekitar pekarangan rumah. Rendahnya kesadaran masyarakat, kurangnya dukungan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, dan kurangnya sumber daya tetap menjadi hambatan dalam menjalankan program-program berkelanjutan.Kata kunci: Komunitas, Hidup Berkelanjutan, kemitraan, lingkungan