Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

IMPLEMENTASI PRAGMATISME PADA PENDIDIKAN TINGGI VOKASIONAL ABAD XXI Deni Supardi Hambali; Ahmad Syamsu Rizal; Encep Syarief Nurdin
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 5, No 1 (2020): TUHAN DAN ESKATOLOGI
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.71 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v5i1.7325

Abstract

Bentuk perdagangan bebas di era global ini dampaknya adalah Indonesia harus mempersiapkan pengembangan  Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetensi dan standarisasinya mengikuti kualifikasi dunia. Penerapan teknologi baru dalam industri mengandung konsekuensi peningkatan permintaan  Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi guna mendukung peningkatan  Produktivitas.Perguruan Tinggi Vokasional   sebagai lembaga pendidikan tinggi  selepas sekolah tingkat menengah, memiliki  peran besar  dalam merencanakan dan menciptakan SDM  yang profesional  dan  produktif. Pendidikan  di berbagai perguruan tinggi vokasional setingkat akademi maupun politeknik    bertujuan untuk meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  mahasiswa  dalam  rangka  menyiapkan  mereka  sebagai  tenaga  kerja   tingkat  midle atau top namun memilki ketrampilan yang memadai  disamping memiliki ketrampilan konseptual  yang bisa diandalkan  Pendidikan vokasional merupakan jenis pendidikan yang unik karena bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, sikap dan kebiasaan kerja yang berguna bagi individu sehingga dapat memenuhi kebutuhan sosial, politik, dan ekonomi sesuai dengan ciri yang dimiliki. Pendidikan dan pelatihan kejuruan merupakan pendekatan pendidikan yang menekankan pada kebutuhan industri sehingga peningkatan dan pengembangan individu dapat dilakukan di industri. Berdasar teori yang ada, pendidikan vokasional berpeluang untuk menjawab berbagai tantangan perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi yang ditandai oleh revolusi digital dan era disrupsi.Namun kebijakan yang akhir-akhir ini ditetapkan oleh kemendikbud pada dasarnya adalah kebijakan yang mengimplementasikan pemikiran-pemikiran filsafat pragmatisme yakni filsafat yang menggunakan konsekuensi-konsekuensi praktis sebagai standar untuk menentukan nilai dan kebenaran.   Akar dari pemikiran pragmatisme ini selajutnya akan memiliki implikasi dalam menetapkan tujuan pendidikan kedepan seperti: ketrampilan-ketrampilan kejuruan (pekerjaan), kemampuan bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah sosial (mampu memecahkan masalah-masalah social secara secara efektif). Bagi perguruan tinggi yang yang menyelenggarakan pendidikan vokasional, kondisi ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan untuk lebih meningkatkan perannya sebagai penghasil sumberdaya manusia yang mampu menopang kebutuhan pasar dunia industri yang terus menuntut kualitas  sumberaya  manusia guna mengimbangi perubahan yang ada.
CONCEPTUAL MODEL OF INTERNALIZATION OF RELIGIOUS ETHICAL VALUE IN EDUCATION PERSPECTIVE ISLAMIC CHARACTERS Nadri Taja; Encep Syarief Nurdin; Aceng Kosasih; Edi Suresman
TA'DIB: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol 9, No 2 (2020): Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/tjpi.v9i2.7004

Abstract

This study aims to find the concept of religious ethical values in the perspective of Islamic character education. The research method used is library research (literature study) in which the researcher conducts a review of the theories that come from books or journals that are relevant to the topic under study. The result of this research is a conceptual model of internalization of religious ethical values which is built on three concepts, namely first, tafhim (understanding) aims to know about knowledge; second, tazkiyatun nafs (purifying the soul) aims to want to improve itself through the process of takhalli (cleansing the soul) from sin and tahalli (beautifying oneself) with pious deeds; third, tahdzib (nurturing the soul) aims to be able to do good through mujahada, namely consistent sincerity in truth and riyadhah, namely training oneself to be always busy doing good deeds and leaving bad deeds. Thus, educational activities do not only focus on the transfer of knowledge, but also the transfer of value. Because education is not just about teaching reason alone. But more than that, education must be able to form a good character. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep nilai etis religius dalam perspektif pendidikan karakter islami. Metode penelitian yang digunakan bersifat library research (studi kepustakaan) yang mana peneliti melakukan penelaahan terhadap teori-teori yang bersumber dari buku-buku atau jurnal yang relevan dengan topik yang diteliti. Hasil penelitian ini adalah konseptual model internaliasasi nilai etis religius yang dibangun pada tiga konsep, yakni pertama, tafhim (memahami) bertujuan untuk tahu tentang pengetahuan; kedua, tazkiyatun nafs (menyucikan jiwa) bertujuan untuk mau memperbaiki diri melalui proses takhalli (membersihkan jiwa) dari perbuatan dosa dan tahalli (memperindah diri) dengan amal soleh; ketiga, tahdzib (memelihara jiwa) bertujuan untuk mampu berbuat kebaikan melalui mujahadah yakni kesungguhan konsisten dalam kebenaran dan riyadhah yakni melatih diri senantiasa sibuk melakukan perbuatan baik dan mengginggalkan perbuatan buruk. Dengan demikian, kegiatan pendidikan tidak hanya fokus pada transfer of knowledge saja, melainkan juga transfer of value. Karena pendidikan bukan sekadar membelajarkan akal semata. Akan tetapi lebih dari itu, pendidikan harus mampu membentuk karakter yang baik (good character).    
ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KONTEKS PENDIDIKAN UMUM MENURUT KAJIAN TEORI KRITIS JURGEN HUBERMAS Asep Dahliyana; Ahmad Syamsu Rizal; Encep Syarief Nurdin
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jvip.v12i2.39107

Abstract

Pendidikan karakter bukan merupakan hal yang baru di Indonesia. Akan tetapi, implementasi pendidikan karakter di sekolah hasilnya tidak begitu menyenangkan. Pendekatan yang digunakan dengan dirumuskannya mata kuliah wajib dalam konteks pendidikan umum yang diproses melalui bangku perkuliahan kurang memuaskan. Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan mix method yaitu melalui teknik survey dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi pendidikan karakter di Indonesia baru pada tataran nilai 2,65; (2) implementasi pendidikan karakter terhadap perkembangan karakter peserta didik belum dapat optimal sebab kurangnya pelatihan-pelatihan kepada pendidik; (3) implementasi pendidikan karakter dalam konteks pendidikan umum masih lemah, sebab pendidikan umum masih mengalami tumpang tindih dengan ranah disiplin ilmu lainnya.
Telaah Revisi Teori Domain Kognitif Taksonomi Bloom dan Keterkaitannya dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam N. Euis Kartini; Encep Syarief Nurdin; Kama Abdul Hakam; Syihabuddin Syihabuddin
Jurnal Basicedu Vol 6, No 4 (2022): August Pages 5501-7663
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3478

Abstract

Tujuan artikel ini untuk mendeskripsikan alasan revisi teori Taksonomi Bloom domain kognitif dan keterkaitannya dengan pendidikan di Indonesia khususnya pada pemanfaatan teori bagi kurikulum Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode library reseach, yaitu metode penelitian yang bersumber dari perpustakaan. Hasil analisis mendeskripsikan bahwa keterkaitan dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam di Tingkat Sekolah Menengah Atas bahwa dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam memiliki dasar yang sama yaitu meliputi: Hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam sekitar. Dalam kurikulum Pendidikan Agama, paling tidak terdapat memuat pokok bahasan tentang: Sejarah Kebudayaan Islam, Aqidah Akhlak, Fiqh dan Alquran-Hadis yang memiliki koherensi dengan domain kognitif taksonomi Bloom. Hal ini menunjukan bahwa dalam sudut pandang Islam, teori Taksonomi Bloom dapat dikolaborasian dalam merancang pendidikan di Indonesia secara khusus.
ANALISIS KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU BAHASA INGGRIS DALAM MEMBENTUK HABITUASI KARAKTER PROFESIONAL Alek Andika; Encep Syarief Nurdin; Yadi Ruyadi
CERMIN: Jurnal Penelitian Vol 6 No 1 (2022): JULI
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/cermin_unars.v6i1.1451

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis kebijakan sertifikasi guru bahasa inggris dalam membentuk karakter professional di sekolah-sekolah lingkungan Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan (PCLP) Ma’arif Kebumen. Tujuan sertifikasi guru itu sendiri adalah untuk menentukan kelayakan guru dan mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan profesionalitas guru. Jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Pelaksanaan metode penelitian ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, akan tetapi sangat komplek dan luas yaitu meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selanjutnya data yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci atau jawaban terhadap apa yang diteliti. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kebijakan sertifikasi dapat meningkatkan profesionalisme guru Bahasa Inggris dilingkungan PCLP Ma’arif Kebumen. Kebijakan sertifikasi guru hampir sepenuhnya tercapai yaitu meningkatnya profesionalisme, kemampuan dan kompetensi guru. Hal ini juga didukung karena adanya workshop, pertemuan ilmiah dan kewajiban penelitian ilmiah rutin yang membantu guru dalam meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru. Dengan demikian hasil analisis terkait kebijakan sertifikasi guru Bahasa Inggris ternyata dapat menanamkan habituasi karakter professional.
Pengembangan Kompetensi Pedagogical Content Knowledge pada Mahasiswa Calon Guru dalam Kegiatan Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di Global Islamic Boarding School Yayasan Hasnur Centre Dipa Suharto; Encep Syarief Nurdin; Bagja Waluya
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpp.v22i2.50036

Abstract

Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan salah satu dari empat kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru. Penguasaan kompetensi PCK menjadi penting karena dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Dengan demikian, mahasiswa calon guru sebagai calon pendidik tentu harus mulai mengembangkan kompetensi ini sebelum berkarier sebagai seorang guru profesional. Magang Bersertifikat Kampus Merdeka merupakan program pengembangan kompetensi karier mahasiswa yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek RI. Berkolaborasi dengan Global Islamic Boarding School Yayasan Hasnur Centre, program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka mengadakan magang di bidang pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru dalam program magang bersertifikat di GIBS Yayasan Hasnur Centre. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari proses pengembangan kompetensi yang diselenggarakan, terdapat perkembangan kompetensi Pedagogical Content Knowledge pada mahasiswa calon guru setelah mengikuti program magang bersertifikat kampus merdeka di Global Islamic Boarding School, Yayasan Hasnur Centre.Kata Kunci: Pedagogical Content Knowledge, Mahasiswa Calon Guru, Magang
Bencana Alam dan Etika Lingkungan Hidup dalam Al-Qur’an Mustolikh Mustolikh; Dasim Budimansyah; Darsiharjo Darsiharjo; Encep Syarief Nurdin
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 6 (2022): Proceedings of Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v6i.459

Abstract

Environmental conservation has become an actual thought and issue amid the threat of various natural disasters. The environmental crisis is one of the biggest problems of this century that has an impact on the present and future inhabitants of the world. Experts have mapped out that the environmental crisis has caused various natural disasters. Whereas God has given the laws inherent in all creation, and they proceed according to sunnatullah, but if they are corrupted, they will have a negative effect. Therefore, humans around the world are constantly looking for common solutions to overcome this environmental crisis. There are about 800 verses that talk about the universe and the environment, and man is given the mandate of being the kholifatul fil ardhi with the task of maintaining and preserving the environment, so that there is a balance between nature and man. This literary research provides answers to the impact of environmental damage on humans which has been expressly explained by Allah Swt through his words collected in the Qur'an. For this reason, the analysis method used is through the study of ecological verses in the Qur'an using thematic and semantic approaches. The findings of this study are that environmental damage due to human actions has a multidimensional negative impact that is shaded not only by the perpetrators of the damage, but also felt by society in general. For this reason, several solutions, including: (1) believing that the Qur'an is the source that underlies beliefs, attitudes, and behaviors that provide a theological basis for environmental conservation; (2) increase faith and piety implemented towards awareness of the importance of the environment, and sustainable management of natural resources; and (3) apply environmental ethics to maintain ecosystem balance according to the views of the Qur'an: (a) ethics of conservation (maintaining and maintaining) the environment (al-sama wat wa al-ard wa ma bainahuma) as a whole; (b) environmental cleansing and health ethics; (c) the ethics of protecting the environment from harm; and (d) environmental management ethics.
Urgensi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Etnis Sasak di Sekolah Dasar Lalu Parhanuddin; Encep Syarief Nurdin; Dasim Budimasyah; Yadi Ruyadi
Jurnal Paedagogy Vol 10, No 3: Jurnal Paedagogy (July 2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jp.v10i3.8159

Abstract

This research aims to describe the urgency of character education for students through the values of local wisdom of the Sasak ethnic group. This research used a descriptive method with a qualitative approach. The subjects of this study were education stakeholders at the East Lombok District Education and Culture Office, such as the Elementary School Development Section, the Curriculum Section, the Educators and Education Staff Section, principals, and educators at elementary schools. Interviews, group observation, and documentation carried out data collection techniques. The research data was analyzed by organizing the data into categories, describing them into units, synthesizing them, compiling them into patterns, interpreting them and making conclusions. The results of this study indicated that character education in elementary schools could be carried out in a "hybrid" way, in which the local government enforces a policy (top-down) on education units to "infuse" wisdom values through all school subjects and activities. In addition, the policies taken must also be aligned with the community's needs regarding the importance of local wisdom values of the Sasak tribe, which must be internalized (bottom-up). Therefore, parents, schools and the government must jointly identify and revitalize the local wisdom values of the Sasak tribe, which will be infused into school culture.
Strengthening Character Education Through Islamic Religious Education: Analysis of Character Education Models Naniek Krishnawati; Juntika Nurihsan; Dasim Budimansyah; Encep Syarief Nurdin
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 12, No 03 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i03.4624

Abstract

This study aims to look at the role of Islamic religious education in strengthening character education. The research method used in this research is descriptive qualitative with data collection techniques through interviews, observation, and group discussion forums. This research was conducted in three junior high schools in Bandung, Indonesia. The research findings show that strengthening character education is carried out using three models, namely strengthening class-based character education, strengthening school-based character education, and strengthening community-based character education. From the results of the analysis, strengthening class-based character education has been well implemented in the three schools. The stages carried out in strengthening class-based character education are the integration of strengthening character education in literacy programs, strengthening through classroom management, strengthening through learning methods, strengthening character through literacy movements, and strengthening character through classroom guidance. All of these stages have been carried out optimally in the three schools. Furthermore, strengthening school-based character education is carried out by instilling noble character values that are integrated into the culture or school rules. Strengthening school-based character education is carried out in the good category. Finally, strengthening community-based character education can be said to have not been optimally carried out properly. Strengthening community-based character education is carried out by means of school collaboration with parents, communities, and important actors in society. Strengthening community-based character is carried out in various activities such as inviting ustad to fill in religious activities, study tour activities, and practice in the community.
KONSEP PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM Naniek Krishnawati; Juntika Nurihsan; Dasim Budimansyah; Encep Syarief Nurdin
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 3, No 05 (2014): Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam - Januari 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.814 KB) | DOI: 10.30868/ei.v3i05.42

Abstract

Di era global ini manusia dituntut serba cepat, agar mampu survive dalam kehidupan yang penuh kecepatan ini. Lambat laun  manusia terprogram dengan rasa persaingan yang tinggi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Manusia seakan berlomba dengan waktu, tidak memberi ruang pada kekalahan dan kegagalan. Manusia menjadi serakah untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan, yang diukur dari sesuatu kasat mata, materi, maupun status sosial. Contohnya, kasus bunuh diri di kalangan pelajar yang tidak siap dengan kekalahan. Perilaku curang, termasuk mulai dari menyontek hingga menjiplak di kalangan akademisi, merupakan dampak modernisasi yang memandang tinggi sebuah keberhasilan, tanpa menyertakan unsur religius yang memungkinkan segala sesuatu dapat terjadi sebagaimana yang dikehendaki atau tidak.Dampak modernisasi dan paradigma dikotomis,membuat manusia mengedepankan aspek kognitif daripada afektif dan psikomotorik. Mempercayai apa yang dapat terindrai, semata-mata oleh akal serta panca indera dan menolak sesuatu yang tak terinderai. Dampak dikotomis, menjadikan manusia sebagai central, manusia tidak membutuhkan Tuhan dalam meraih kesuksesaan.Terjadinya pemilahan-pemilahan antara ilmu umum dan ilmu agama inilah, yang membawa umat Islam kepada keterbelakangan dan kemunduran peradaban. Karena ilmu-ilmu umum dianggap sebagai sesuatu yang berada di luar Islam dan berasal dari non-Islam atau the other, bahkan seringkali dipertentangkan antara agama dan ilmu (dalam hal ini sains).Agama dianggap tidak ada kaitannya dengan ilmu, begitu juga ilmu dianggap tidak memerdulikan agama. Begitulah gambaran praktik kependidikan dan aktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini, dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat. Di sisi lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan Islam hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan Islam, atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.