Articles
PERAN KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA
Susi Handayani Br. Lubis;
Riana Sahrani;
Pamela Hendra Heng
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 16(2), 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15408/harkat.v16i2.16144
Abstract. This study aims to determine the role and extent the contribution of emotional intelligence variable, career decision making self-efficacy and career exploration as a mediator on the career decision making difficulties of Students in high school. The approach used in this study is a correlational quantitative approach. The subjects in this study are 368 high school students of grade XI in South Jakarta, South Tangerang and Depok. This study uses a non-random sampling technique. Analysis of the try out result implements SPSS V.23 data processing application. The results of the reliability test with Cronbach's Alpha coefficient are in the range of .770 to .902 (α> .50). The actual data is tested for the validity of statement items using Confirmatory Factor Analysis (CFA) using MPlus Ver processing software. 8.2. Hypothesis testing uses path analysis model testing using Mplus 7.0 software. It was found that the significance of emotional intelligence on the career decision making difficulties with a value of 0.944> 0.05. Career decision making self-efficacy with a significance of P-Value 0.000 <0.05. Career exploration with a significance of P-Value 0.141> 0.05. The results of the study show that career exploration testing has not been able to become a mediator between emotional intelligence and self-efficacy in career decision making towards the difficulties of career decision making. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan seberapa besar sumbangsih variabel kecerdasan emosi, efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dan eksplorasi karir sebagai mediator terhadap kesulitan pengambilan keputusan siswa pada Siswa SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif korelasional. Subjek dalam penelitian ini menggunakan 368 orang siswa kelas XI SMA di Jakarta Selatan, Tangerang Selatan dan Depok. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non-random sampling. Analisis data yang digunakan untuk data hasil try out menggunakan SPSS V.23. Adapun hasil uji reliabilitas dengan koefisien Alpha Cronbach berada pada rentang .770 hingga .902 (α > .50). Data sebenarnya dilakukan uji validitas butir pernyataan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan software pengolahan MPlus Ver. 8.2. Uji hipotesis menggunakan pengujian model path analysis menggunakan software Mplus 7.0. Didapatkan bahwa signifikansi kecerdasan emosi terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir denganp value 0.944 > 0.05. Efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan signifikansi P-Value 0.000 < 0.05. Ekplorasi karir dengan signifikansi P-Value 0.141 > 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian eksplorasi karir belum mampu menjadi mediator antara kecerdasan emosi dan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
Faktor-Faktor Karakteristik Kebijaksanaan Menurut Remaja
Riana Sahrani
Jurnal Psikologi Sosial Vol 17 No 1 (2019): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (405.261 KB)
|
DOI: 10.7454/jps.2019.6
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa budaya mempengaruhi bagaimana individu mendefinisikan kebijaksanaan. Penelitian sebelumnya juga sudah berupaya memahami kebijaksanaan berdasarkan konteks Baratdan beberapa di negara Timur, tapi belum ada yang mencoba memahaminya di konteks Indonesia. Penelitian ini berupaya mengisi kekosongan tersebut. Secara spesifik, kami berupaya untuk mengembangkan skala kebijaksanaan pada remaja. Kami melakukan penelitian ini dalam dua tahap. Pada tahap pertama, partisipan kami adalah 349 remaja berusia 15 hingga 21 tahun. Kami menanyakan partisipan untuk mengindikasikan karakteristik kebijaksanaan menurut mereka. Dari tahapan ini, kami memperoleh 52 karakteristik kebijaksanaan. Pada tahapan kedua, kami mengembangkan kuesioner berdasarkan respon jawaban yang muncul pada tahapan pertama. Total terdapat 52 item dalam kuesioner ini. Kami menganalisis data pada tahapan kedua ini dengan menggunakan Exploratory Factor Analisis(EFA). Berdasarkan hasil analisis diperoleh 44 butir karakteristik kebijaksanaan. Butir-butir tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor: (1) berpikir Cerdas; (2) kepribadianpositif; (3) keterandalan dalam bertindak. Butir yang paling berkontribusi dari faktor berpikir cerdas adalah “hati-hati dalam bertindak” (0,790); selanjutnya butir yang paling berkontribusi dari faktor kepribadian positif adalah “setia” (0,701); terakhir butir yang paling berkontribusi dari faktor keterandalan dalam bertindak adalah “mampu mengemukakan pendapat dan berkomunikasi” (0,731).
EFEKTIVITAS PELATIHAN KETANGGUHAN (HARDINESS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI AKADEMIK SISWA ATLET (Studi Pada Sekolah X di Tangerang)
Winy Nila Wisudawati;
RIANA SAHRANI;
Rahmah Hastuti
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 10, No 2 (2017): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (337.44 KB)
|
DOI: 10.24912/provitae.v10i2.1285
Student athletes at School X showed low achievement motivation. It is shown from the achievements in the academic that is lower than the achievements in sports. Achievement motivation refers to behavior related to learning and progress in school. Personality is one of the factors that influence academic achievement. Hardiness is a personality characteristics to survive by making adjustments in the face of pressing conditions. Some previous studies found no relationship between hardiness and achievement motivation. This study aims to test the effectiveness of hardiness training to improve achievement motivation of student athletes at School X, Tangerang. The research design is pre-test post-test control group design. The number of participants were 10 students, specifically 5 students in the control group and 5 students in the experimental group. Participants are high school-level student athletes with age range 15 to 18 years. The format of intervention is 7 days hardiness training with 11 sessions. Measurements using Independent Sample T-Test and Paired Sample T-Test. Based on the comparison measurement of pre-test and post-test, the result is (a) there are differences in achievement motivation in control and experimental group in post-test, (t = -3.165, p < 0.05), (b) training of hardiness can increase achievement motivation in 5 participants experimental group, (t = -4.595, p < 0.05). Hardiness training effective to improve academic achievement motivation for student athletes at School X, Tangerang. Keywords: achievement motivation, hardiness training, student athletes.
HUBUNGAN PLACE ATTACHMENT DENGAN PERILAKU PROSOSIAL RELAWAN SOSIAL
Christy Christy;
Riana Sahrani
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 8, No 2 (2016): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (275.956 KB)
|
DOI: 10.24912/provitae.v8i2.218
This study aimed to discover the correlation between place attachment and prosocial behavior among social volunteers, including who is still students (adolescent). Social volunteers are those who help others voluntarily. The activities they do can be classified as prosocial behavior, which means a set of voluntary action aimed at benefiting others. One’s action can be affected by environment and when one feels attach to the environment, one may form place attachment. Place attachment is an affective bond between a person to a place. Place attachment consists of two dimensions, in which both dimensions have different form of attachment. Place dependence can be formed if a place can fulfilled one’s goal. Whereas, place identity can be formed because a place has a symbolic meaning for a person. Result in this study showed that r = 0,043 and p < 0,198; which means there is no correlation between place dependence and prosocial behavior among social volunteers. Result in this study also showed that r = 0,266 and p = 0,000; which means place identity has a positive correlation with prosocial behavior among social volunteers.Keywords: Place attachment, prosocial behavior, social volunteers
Psikoedukasi Siswa Mengenai Quality of School Life
Riana Sahrani;
Rahmah Hastuti
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2018): Agustus
Publisher : Ilin Institute
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (516.168 KB)
|
DOI: 10.31960/caradde.v1i1.2
Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk mendapatkan wawasan dalam rangka membangun pemahaman tentang kualitas kehidupan sekolah. Kegiatan ini dilakukan pada siswa MTs. X Jakarta Barat. Layanan masyarakat ini didasarkan pada keluhan dari kepala sekolah yang menilai perlunya bimbingan yang diberikan kepada siswa di sekolah, yang diadakan pada 6 November 2017. Kegiatan ini melibatkan 31 siswa dari kelas 9. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan ditemukan antara siswa laki-laki dan perempuan terkait persepsi kualitas kehidupan sekolah secara umum, prestasi, integrasi sosial, peluang dan petualangan di sekolah. Mereka merasa puas setelah program psikoedukasi dilaksanakan. Kata kunci: kualitas kehidupan sekolah; psikoedukasi; siswa
EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI POSITIF KELOMPOK DALAM MENURUNKAN SELF-STIGMA PADA PENGIDAP GAGAP DI INDONESIA
Louis S. Vigar;
Riana Sahrani
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.11908.2022
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intervensi Psikoterapi Kelompok Positif berpengaruh terhadap penurunan self-stigma pada penderita gagap di Indonesia. Self-stigma adalah suatu kepercayaan seseorang terhadap pandangan atau stigma negatif yang beredar di masyarakat. Proses pembentukan self-stigma dapat terjadi melalui stereotipe ataupun diskriminasi terhadap kekurangan diri secara langsung atau tidak langsung. Sementara itu, Psikoterapi Positif adalah suatu pendekatan terapi psikologis yang berfokus kepada aktualisasi kekuatan positif di dalam diri, dengan tujuan untuk mengurangi gejala negatif psikologis. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah kuasi-eksperimental dengan desain nonrandomized pretest-posttest control group. Jumlah partisipan adalah 5 orang pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Partisipan pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah mann-whitney u test terhadap gain score yang didapatkan dari selisih antara pretest-posttest. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih penurunan self-stigma pada kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi Psikoterapi Positif Kelompok dengan nilai asymp. sig. (2-tailed) yaitu sebesar .036 (p < 0.05). Jadi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Psikoterapi Positif Kelompok memiliki pengaruh terhadap penurunan self-stigma pada pengidap gagap di Indonesia.
PENINGKATAN EMPATI REMAJA PELAKU BULLYING DI SALAH SATU SMP DI JAKARTA SELATAN MELALUI PELATIHAN BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING
Sinta Putri Nirmala;
Riana Sahrani;
Heni Mularsih
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7801.2020
Bullies can do anything without too much thinking of the consequences generated and their impact on others. It shows that bullies have low empathy. This study aims to improve empathy bullies by providing experiential learning-based training. The experiential learning method is a method that provides hands-on experience for participants. Learning is a process of transforming experiences. This study used experimental research methods with one group pretest-posttest design. The research participants were based on purposive sampling technique. The counseling teacher provides recommendation students based on the criteria of respondents from researchers aged 13-16 years, grades 7 to 9, often bullying. Furthermore, the recommendation of these students are given a questionnaire to measure empathy whether they have low empathy. So that five participants were obtained who met the criteria desired by the researcher. This study used the Basic Empathy Scale as a pre-test and post-test. The hypothesis in this study is experiential learning method is effective in increasing the empathy of adolescent bullies?. The analysis results showed that the hypothesis study is approved. The analysis technique used is the Wilcoxon Signed Ranks. In conclusion, experiential learning-based training is effective for increasing the empathy of adolescent bullies at Junior High School in South Jakarta (Z = -2.203 and P = 0.043 < 0.05). Pelaku bullying dapat melakukan apa saja tanpa terlalu banyak berpikir akan konsekuensi yang dihasilkan serta dampaknya bagi orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku bullying memiliki empati yang rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan empati pelaku bullying dengan cara memberikan pelatihan berbasis experiential learning. Metode experiential learning merupakan metode yang memberikan pengalaman langsung untuk partisipan. Belajar merupakan proses transformasi pengalaman. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Partisipan penelitian ini diperoleh berdasarkan teknik purposive sampling. Guru BK memberikan rekomendasi siswa-siswa berdasarkan kriteria partisipan dari peneliti yaitu berusia 13-16 tahun, kelas 7 sampai 9, sering melakukan bullying. Selanjutnya, rekomendasi siswa-siswa tersebut diberikan kuesioner untuk mengukur empati apakah memiliki empati rendah. Sehingga, diperoleh lima partisipan yang memenuhi kriteria yang diinginkan peneliti. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner Basic Empathy Scale untuk pretest dan posttest. Hipotesis penelitiannya adalah apakah metode experiential learning efektif untuk meningkatkan empati remaja pelaku bullying?. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. Teknik analisis yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks. Artinya, pelatihan berbasis experiential learning efektif untuk meningkatkan empati remaja pelaku bullying di salah satu SMP di Jakarta Selatan (Z = -2.203 dan P = 0.043 < 0.05).
PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR DAN KETERLIBATAN AKADEMIK TERHADAP INTENSI MENGUNDURKAN DIRI DENGAN RESILIENSI SEBAGAI MEDIATOR
Pricilia Claudia Pattynama;
Riana Sahrani;
Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.5629
Pengunduran diri dari perkuliahan merupakan salah satu fenomena yang banyak terjadi pada mahasiswa, terutama mahasiswa strata 1 (S1) di institusi swasta. Penyebab utama fenomena ini adalah adanya intensi mengundurkan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran regulasi diri dalam belajar dan keterlibatan akademik terhadap intensi mengundurkan diri dari perkuliahan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menguji resiliensi sebagai variabel mediator. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan 348 mahasiswa yang terdaftar di sebuah Universitas di Jakarta, Indonesia sebagai partisipan penelitian. Partisipan penelitian berusia 18 hingga 25 tahun. Pengambilan data dilakukan menggunakan empat alat ukur yang diadaptasi dari instrumen sebelumnya. Alat ukur tersebut mengukur regulasi diri dalam belajar, keterlibatan akademik, resiliensi dan intensi mengundurkan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi merupakan variabel mediator antara regulasi diri dalam belajar dan keterlibatan akademik terhadap intensi mengundurkan diri dari perkuliahan. Intensi tinggi untuk mengundurkan diri ditemukan pada mahasiswa di fakultas kedokteran serta mahasiswa tahun kedua. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa keterlibatan akademik paling berkontribusi terhadap intensi mengundurkan diri dibandingkan regulasi diri dalam belajar dan resiliensi. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa perlu meregulasi diri dalam perkuliahan, membangun rasa terlibat dengan proses studi, serta perlu memiliki resiliensi agar semakin memiliki intensi rendah untuk mengundurkan diri. Drop out of college students is a rising phenomenon, especially in private institution. The main cause of this phenomenon is drop out intention. The goal of this research was to investigate the role of self-regulated learning and academic engagement to predict college student drop out intention. Specifically, this research aim to test resilience as a mediator variable between self-regulated learning and academic engagement in drop out intention. This study conducted quantitative approach with 348 student enrolled in a University in Jakarta, Indonesia as participant. Participants’ age range from 18 to 25 years. Data collected from four instruments adapted from previous instrument measured self regulated learning, academic engagement, resilience and drop out intention. Result showed that resilience mediated self regulated learning and academic engagement to drop out intention. High level of drop out intention found in medical student and second year student. Academic engagement has the most contribution to drop out intention. Result showed that college student need to develop self-regulated learning, feel engage with their learning process in institution, and have resilience in order to reduce drop out intention.
Evaluasi Program Community-Based Learning yang Berdampak pada Perilaku Kerjasama Siswa SMP X Depok
Tina Sugiharti;
Riana Sahrani;
Raja Oloan Tumanggor
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.349
Program Community-Based Learning (CBL) merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di SMP X Depok untuk memfasilitasi siswa dalam mengaplikasikan model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) di masyarakat. Kerjasama merupakan salah satu aspek karakter yang diaplikasikan dalam CBL. Perilaku kerjasama tersebut belum muncul secara konsisten pada seluruh siswa yang telah melaksanakan CBL. Oleh karena itu dilakukan penelitian evaluasi terhadap program CBL ini. Penelitian bertujuan mengevaluasi dampak program CBL pada perilaku kerjasama siswa. Partisipan adalah siswa kelas 9 yang mengikuti CBL pada tahun 2015. Empat dari 20 partisipan diperoleh secara purposive sampling berdasarkan skor tertinggi kuesioner perilaku kerjasama (Tarricone & Luca, 2002). Model evaluasi yang digunakan adalah reciprocal determinism (teori sosial kognitif) terhadap pelaksanaan CBL. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Teknik observasi dilakukan menggunakan daftar check list yang meliputi faktor kognitif, behavior dan environment pada setting kerja kelompok di kelas, focus group discussion (FGD), dan simulasi. Teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara berdasarkan teori CBL terhadap terhadap 4 partisipan, serta kepala sekolah dan guru sebagai pendukung triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBL memberikan dampak terhadap peningkatan perilaku kerjasama para siswa. Peningkatan itu terjadi pada aspek semangat, kekompakan, saling menghargai, dan usaha untuk total saat mengerjakan tugas kelompok. Sementara aspek lain yaitu pelaksanaan peran dalam kelompok, sudah ada ada namun tidak meningkat karena ketidakkonsistenan dari perilaku kerjasamanya.Kata kunci: evaluasi program, community-based learning, karakter, kerjasama, Sekolah Menengah Pertama
PERANAN EMOTIONAL INTELLIGENCE DAN SELF EFFICACY TERHADAP HARDINESS PADA PESERTA ORIENTASI PERSIAPAN KERJA
Sufarita Sufarita;
Riana Sahrani;
Rahmah Hastuti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.6052.2019
Pada umumnya untuk memperoleh pekerjaan individu melalui rangkaian proses rekrutmen dan seleksi. Salah satu bagian dari rangkaian proses tersebut di Perusahaan X dilakukan orientasi persiapan kerja (OPK). Tahapan OPK ini dapat menjadi situasi yang penuh tekanan bagi para peserta. Untuk dapat berhasil menghadapi tekanan tersebut, individu harus memiliki hardiness yang tinggi. Dua hal yang dapat mempengaruhi hardiness individu adalah emotional intelligence dan self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan emotional intelligence dan self-efficacy terhadap hardiness pada peserta OPK. Partisipan penelitian merupakan peserta OPK dengan karakteristik mengikuti proses seleksi reguler sebanyak 368 partisipan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan multiregression analysis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa emotional intelligence dan self-efficacy secara bersama-sama berperan terhadap hardiness sebesar 25,9% serta secara terpisah emotional intelligence berperan terhadap hardiness sebesar 22,2% dan self-efficacy berperan terhadap hardiness sebesar 21,8%. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa emotional intelligence dan self-efficacy memiliki peranan terhadap hardiness pada peserta OPK. As part of job hiring, individuals must complete a series of recruitment and selection processes. One part of the process sequence is an employment preparation program (EPP). This stage of EPP can be a stressful situation for the participants. To be able to successfully deal with these pressures, individuals must have high hardiness. Two things that could affect individual hardiness are emotional intelligence and self-efficacy. This study aims to determine the contribution of emotional intelligence and self-efficacy on the hardiness of Participants of EPP. The research participants were participants in the EPP who are recruited by the regular selection process instead of a pro hire program or master’s scholarship. This study uses a quantitative method with multi-regression analysis. The results of data analysis showed that emotional intelligence and self-efficacy had a role on hardiness, (22,2% and 21,8%) respectively. It could be seen that emotional intelligence had a greater role on hardiness than self-efficacy of hardiness. Based on this study it was concluded that if emotional intelligence and self-efficacy of participants of EPP has a role on their hardiness.