Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Adaptasi Ekologi Dan Persepsi Masyarakat Pesisir Dalam Upaya Konservasi Mangrove Di Dusun Klayar Desa Sidokelar Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Nuril Ahmad; Bagyo Yanuwiadi; Soemarno Soemarno
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 15 No. 1 (2012)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.435 KB)

Abstract

Tujuandilakukannya penelitian adalah untuk :1. Menganalisis adaptasi ekologi (strategi, proses dan dampak), sejak dicanangkannya program konservasi mangrove (2003) sampai dengan kondisi pada saat dilakukannya penelitian di Dusun Klayar pada tahun 2011, 2.Menganalisis persepsi masyarakat pesisir secara umum dalam upaya melaksanakan konservasi mangrove sebagai bagian integral masyarakat dan lingkungan Di Dusun Klayar Desa Sidokelar Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, 3.Menentukan titik-titik kritis adaptasi ekologi masyarakat pesisi.Metode Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Muhadjir (1992), yaitu penelitian kualitatif positivistik.Pendekatan kualitatif positivistik merupakan sebuah tipe penelitian kuantitatif bersifat deskriptif.Hasil Penelitian, yaitu : Pertama adalah adanya hubungantimbal balik antara budaya yang berkembang di dusun Klayar dengan lingkungan mangrove sehingga masyarakatdusun Klayarmengembangkan strategi adaptasi ekologidalam upaya konservasi mangrove; antara lain : 1.Pengadaan bibit, 2. Membuat tempat persemaian, 3. Membuat media semai, 4. Penyemaian bibit, 5. Pemeliharaan, 6.Penyapihan bibit, 7.Pengangkutan bibit , 8.Pengayaan dan penanaman, 9.Pemeliharaan dan pemantauan tanaman, yang Keduaadalah masyarakat dusun Klayar memandang bahwa lingkungan  mangrove memiliki manfaat yang sangat penting sebagai pelindung pantai dari abrasi, penahan gelombang laut, manfaat ekonomi, sosial-budaya dan sebagai pengendali kelestarian keanekaragaman hayati; yang Ketiga adalah titik kritis perubahan lingkungan biotik dan abiotik, yaitu : lingkungan mangrove mengalami kerusakan, sehingga masyarakat dusun Klayar secara sadar melakukan koping untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang rusak atau sebaliknya. Dari koping tersebut menghasilkan dua tingkah laku, yaitu tingkah laku koping yang berhasil dan tidak berhasil.Kontribusi yang diberikan dalam penelitian ini adalah kontribusi baik secara teoritis maupun praktis tentang strategi adaptasi ekologi dan persepsi masyarakat pesisir dalam upaya konservasi mangrove sehingga dapat menjadi pedoman pengelolaan lingkungan pesisir terutama lingkungan mangrove.   Kata Kunci : Adaptasi Ekologi, Persepsi, Titik Kritis, Konservasi Mangrove
Simulasi Aliran Air Asam Tambang Herniwanti Herniwanti; Bagyo Yanuwiadi; Bambang Joko Priatmadi; Soemarno Soemarno
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 3, No 2 (2012)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengelolaan Air Asam Tambang dengan menggunakan metoda fitoremediasi memerlukan desain kolam rawa buatan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit air asam tambang dan kemiringan yang tepat sehingga dapat merubah karakteristik air asam tambang menjadi lebih baik dan memenuhi kriteria Baku mutu air limbah penambangan. Penelitian dilaksanakan di daerah penambangan batubara di Kalimantan selatan. Contoh air  asam tambang digunakan untuk penelitian simulasi skala laboratorium dengan memvariasi debit dan kemiringan aliran.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit air asam tambang lebih besar dengan saluran yang miring dapat memperbaiki kualitas air asam tambang. Kata Kunci: air asam tambang, simulasi aliran, debit air.
Diversitas Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa Sengguruh, Kepanjen Sholifatul Liliana Azmi; Amin Setyo Leksono; Bagyo Yanuwiadi; Endang Arisoesilaningsih
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 5, No 1 (2014)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1135.176 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan diversitas Arthropoda herbivor pengunjung padi merah serta pengaruh faktor abiotik terhadap kelimpahan Arthropoda herbivor pengunjung padi merah di sawah organik di Desa Sengguruh, Kepanjen. Pengamatan Arthropoda herbivor dilakukan secara visual control pada tiap fase pertumbuhan padi. Pengukuran faktor abiotik meliputi suhu udara, kelembaban relatif udara dan intensitas cahaya. Analisis data secara kuantitatif dengan mencari kelimpahan Arthropoda herbivor yang selanjutnya digunakan untuk menentukan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) dan Indeks Kesamaan Bray-Curtis (IBC). Arthropoda herbivor yang ditemukan sebanyak 268 individu terdiri dari lima ordo dan terbagi atas 13 famili. Indek diversitas Arthropoda herbivor  tergolong sangat rendah hingga sedang dengan kisaran nilai 0,92-2,72. Terjadi perbedaan komposisi dan kelimpahan famili-famili Arthropoda herbivor pada tiap fase pertumbuhan padi. Indeks diversitas Arthropoda herbivor berdasarkan jarak pengamatan dari blok refugia tergolong sedang hingga tinggi dengan kisaran nilai 2,28-3,13. Kelimpahan herbivor pengunjung padi merah berkorelasi negatif dengan intensitas cahaya dengan koefisien korelasi sebesar -0,79 dengan nilai R2 sebesar 0,626. Suhu udara dan kelembaban relatif udara berkorelasi positif dengan kelimpahan Arthropoda herbivor namun tidak signifikan. Kata Kunci: Arhropoda, fase, herbivor pengunjung, padi merah
Sumber Glukomanan Dari Edible Araceae Di Jawa Timur Gustini Ekowati; Bagyo Yanuwiadi; Rodiyati Azrianingsih
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sumber glukomanan dari edible Araceae terdapat pada genus Amorphophallus, Colocasia, Xanthosoma, Alocasia. Eksplorasi mengenai famili Araceae  mencakup berbagai macam tumbuhan Monokotil dengan ciri khas bunga majemuk bertipe "tongkol" yang berseludang (spatha). Araceae merupakan salah satu famili tanaman yang bermanfaat sebagai sumber makanan karena memiliki umbi yang mengandung karbohidrat, protein, glukomanan.  Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan jenis dari famili Araceae di Jawa Timur yang berpotensi sebagai sumber glukomanan dan mengukur kadar glukomanannya. Pengambilan sampel Araceae di wilayah Jawa Timur dikategorikan menjadi 4 (empat) area geografis, yaitu: a. wilayah selatan dan tengah Jawa Timur (Blitar, Malang, Lumajang); b. wilayah timur Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso); c. wilayah barat Jawa Timur (Madiun, Nganjuk, Tuban); d. wilayah pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan).  Pada tiap studi area diambil minimal tiga tanaman untuk masing-masing sampel spesies dari famili Araceae  secara acak, untuk diamati dan dideskripsikan keseluruhan bagian tanaman tersebut. Pengamatan morfologi dilakukan visual  maupun dengan alat bantu kaca pembesar dan mikroskop. Kadar glukomanan dianalisis setelah sentrifugasi ektrak umbi. Hasil pengamatan/pengukuran itu disusun dalam suatu tabel determinasi. Dari kunci tabel ini akan terlihat adanya perbedaan morfologi dan kadar glukomanan dari anggota famili Araceae yang ditemukan.  Diperoleh 12 jenis dari empat genus Araceae di 4 area geografis di Jawa Timur yang mengandung glukomanan.  Kadar glukomanan  sebagai berikut: tertinggi  Amorphophallus muelleri Bl. (porang) 9,92 % (berat basah), A.paeoniifolius (suweg) 3,2 % (bb), ), A. variabilis Blume. (walur) 2,52 % (bb), Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) 2,4 % (bb), Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. (sente) 1,3 % (bb) dan terendah Xanthosoma sp.(endro/mbote kuning) 0,64 % (bb). Kata kunci: Araceae, Sumber  Glukomanan, Jawa Timur
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal di Kota Blitar, Jawa Timur Denny Eko Prisanto; Bagyo Yanuwiadi; Soemarno Soemarno
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.06 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aspek-aspek kelembagaan, pembiayaan, teknis, dan kualitas lingkungan, dalam pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) domestik komunal di Kota Blitar. Data dan informasi dikumpulkan dari kelompok - kelompok pengelola IPAL domestik komunal, masyarakat pengguna IPAL domestik komunal, masyarakat pengguna badan air yang menjadi tempat pembuangan effluen IPAL dan SKPD terkait yang terdiri dari Badan Lingkungan Hidup Kota Blitar, Bappeda Kota Blitar, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Blitar dan Kelurahan Sukorejo serta Kelurahan Pakunden Kota Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi pengelolaan IPAL domestik komunal adalah : Aspek kelembagaan yang memiliki 6 indikator berada pada posisi sedang  dengan nilai rata – rata 50,39 %, Aspek keuangan yang memiliki 3 indikator berada pada posisi buruk dengan nilai rata – rata 36, 35 %, Aspek teknis yang memiliki 2 indikator berada pada posisi baik dengan nilai rata – rata 77,61 %, Aspek kualitas lingkungan  yang memiliki 2 indikator berada pada posisi baik dengan nilai rata – rata 62,61 %. Dari hasil tersebut aspek kelembagaan dan aspek keuangan memerlukan perhatian yang lebih serius. Semua stakeholder menyetujui pentingnya keberadaan IPAL domestik komunal, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menjamin keberlanjutan pengelolaannya. Rekomendasi yang diusulkan untuk keberlanjutan pengelolaan IPAL domestik  adalah Strategi-Stabilisasi. Strategi ini terdiri atas beberapa program pengembangan , yaitu (1) kapasitas kelembagaan dan masyarakat pengguna IPAL, (2) inovasi kelembagaan dan pembiayaan IPAL domestik komunal, (3) alternatif pembiayaan pengelolaan IPAL domestik komunal dari pihak eksternal, (4) optimalisasi peran kelompok kerja sanitasi dalam pengelolaan IPAL domestik komunal, dan (5) peran serta pengelola IPAL domestik komunal dalam kegiatan paguyuban IPAL Kota Blitar.Kata-kunci : IPAL domestik komunal, strategi stabilisasi, keberlanjutan
Deliniasi Unit Pengelolaan Sub DAS Konto Amrullah Amrullah; Arief Rachmansyah; Bagyo Yanuwiadi
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.589 KB)

Abstract

DAS dapat didefinisikan dalam berbagai ukuran luas, tergantung pada definisi dan deskripsi yang diberikan. Pada dasarnya, DAS terdiri dari beberapa sub DAS dan sub-sub DAS. Sebuah kawasan dapat didefinisikan sebagai sebuah DAS mulai dari luasan 2 hingga 30.000 ha. Tata cara penetapan dan pengelolaan DAS hingga sub DAS telah dituangkan di dalam UU, PP dan beberapa PerMenHut. Namun demikian, untuk menyeimbangkan dengan kepadatan penduduk dan dinamika aktifitas manusia yang tinggi (khususnya di pulau Jawa), dibutuhkan pengelolaan pada skala yang detil, guna perencanaan, pengelolaan dan monitoring yang lebih tepat dan spesifik sesuai dengan karakteristik lahan. Beberapa penelitian terdahulu umumnya menggunanakan sub DAS Konto bagian hulu sebagai satu kesatuan unit penelitian tanpa sub DAS menjadi unit pengelolaan yang lebih kecil, dan 1 penelitian menetapkan beberapa sub-sub DAS berdasarkan topografi. Penetapan unit-unit pengelolaan dari sub-sub DAS yang dideliniasi dari faktor topografi dan outlet sungai dapat dibuat menjadi lebih spesifik dengan menanalisa secara kualitatif faktor-faktor geologi, tanah dan ketinggian lahan dari permukaan laut. Dalam penelitian ini, topografi di bagi menjadi faktor morfografi dan morfometri yang dijadikan dasar dalam penetapan sub-sub DAS dan unit-unit pengelolaan. Faktor geologi, tanah dan ketinggian digunakan untuk pendetilan unit-unit pengelolaan sub DAS dengan analisis secara kualitatif. Penelitian menghasilkan deliniasi 10 unit pengelolaan sub DAS dengan luas yang berkisar antara 800 – 4.000 ha, yang kemudian di bagi lagi menjadi sub unit pengelolaan dengan memperhatikan faktor morfografi dan ketinggian lahan dari permukaan laut untuk menyesuaikan tipe vegetasi dan klasifikasi hutan berdasarkan ekologinya. Kata kunci: Geologi, Morfografi, Morfometri, Pengelolaan DAS, Tanah.
Pengaruh Gelombang Ultrasonik Jangkrik (Acheta domesticus) terhadap Pola Perilaku Makan Pasif dan Gerak Pasif Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Sama’ Iradat Tito; Bagyo Yanuwiadi; Chomsin Sulistya
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 1, No 2 (2010)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1222.326 KB)

Abstract

Abstrak Tikus sawah merupakan hama utama dan penyebab kerugian terbesar pada tanaman padi di Indonesia. Cara pengendalian hama yang ada sampai saat ini belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah hama tikus. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan teknologi pengendalian yang efektif dan mudah dilaksanakan dengan menggunakan gelombang ultrasonik jangkrik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gelombang ultrasonik jangkrik terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak pasif tikus. Gelombang ultrasonik jangkrik dipaparkan langsung terhadap tikus sawah dan diamati melalui pola perilaku makan pasif dan gerak pasif yang ditunjukkan oleh tikus sawah. Data  hasil  pengamatan  pola  perilaku  makan  pasif  dan  gerak pasif tikus dianalisis dengan analisis  variansi rancangan faktorial. Faktor yang diamati meliputi frekuensi, jarak sumber, dan lama pemaparan gelombang ultrasonik jangkrik serta  kombinasinya. Frekuensi gelombang ultrasonik jangkrik pada jarak 100 cm dan lama pemaparan 45-60 menit dapat menimbulkan  perubahan  pola perilaku makan pasif dan gerak pasif  tikus. Perubahan tersebut terjadi akibat efek termal, efek kavitasi dan efek  mekanik  yang  terjadi  pada  struktur  jaringan sel  tikus. Kata kunci : gelombang ultrasonik, jangkrik, tikus sawah Abstract Over the last decade, paddy field rat cases in Indonesia still become problem cultivation rice plant. The control method be present now is not yet get exceed  rat wet rice pest. Because that, need straight away research for get technology control that effective and easy to applicate. The control rat wet rice pest with cricket ultrasonic waves we hope that can become alternative that problem solving. The aim from this research is for knowing the influence of cricket ultrasonic waves toward the passive feeding and passive motion rat wet rice field. Cricket ultrasonic waves direct flat to rat rice pest. The data on the observation of response and change of behavior patterns that covered the patterns of passive movement and of passive feeding of  rat wet rice field brought  about  by  ultrasonic  wave  disturbances were analyzed and employed to determine which parameter  were the most dominant among variations exposure distance  and  exposure time of the ultrasonic waves. The result of research gave significant differences (P<0.05) of the effect of ultrasonic wave frequency, source distance and exposure time. At cricket frequency, it  already  gave  effective impact  toward  behavior  patterns that covered  the  patterns  of  passive  feeding  and  passive  movement  of  the migratory locusts. At this cricket frequency, with exposure time of 45 to 60 minute at 100 cm  distance  it  has  already effective impact  toward the  behavior patterns  of rat wet rice field compared  to the change of  source distance longer  than 100 cm at other time too towards passive feeding and passive motion pattern of rat wet rice field. Key Words: Ultrasonic waves, cricket, rat wet rice field
Strategies of Regency Adiwiyata (Green) School Management at Secondary Education Level in Sintang Regency Daniel Murdani; Abdul Hakim; Bagyo Yanuwiadi
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.017 KB) | DOI: 10.21776/ub.jpal.2018.009.02.07

Abstract

This study aims to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT)  and formulate coaching strategy of Adiwiyataschools in Sintang Regency. A qualitative descriptive method with IFAS and EFAS analysis technique were used. The results shows dominant strengths factor including vision, mission and objectives that are environmentally sound in Adiwiyata school team. Meanwhile dominant weakness factor involves the limited budget allocation for Adiwiyata development. The dominant factor of opportunity and threat including ability in followingcompetencies in other activities in the field of environment and mutations of school principals or teachers, respectively. Adiwiyata regency school positions based on IFAS and EFAS analysis are in quadrant II (23,-5). Thus the coaching strategy includes (1) capacity building, skills and knowledge of Adiwiyata team through seminars and training funded by local government; (2) Budget allocation proportionally for supporting activities of Adiwiyata both from schools and local government that is regularly enrolled every year; (3) Vision, mission and school objectives must accommodate local wisdom of the community in protecting the environment; (4) school principal and teacher mutations should consider tracking not on a pragmatic basis. To realize the coaching strategy needs to be done continuous cooperation between the schools with various stakeholders so as to increase the predicate Adiwiyata at a higher level.Keywords: Coaching strategy, Regency Adiwiyata, School management, Sintang Regency
Persepsi Masyarakat Terhadap Ular sebagai Upaya Konservasi Satwa Liar Pada Masyarakat Dusun Kopendukuh, Desa Grogol, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi Ajeng Sabrina Kemala Asri; Bagyo Yanuwiadi
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.221 KB)

Abstract

Ular sering dianggap sebagai hal yang membahayakan oleh masyarakat sehingga keberadaannya tidak disukai. Hal itu menyebabkan beberapa spesies ular menjadi terancam punah. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui spesies ular yang hidup di Dusun Kopendukuh dan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap ular secara umum. Sampel ular diperoleh melalui sampling langsung dan tak langsung. Sampling langsung dengan melakukan jelajah di area kebun dan pekarangan rumah penduduk, sedangkan sampling tak langsung dengan melakukan wawancara dengan penduduk. Kemudian sampel didokumentasi dan diidentifikasi. Kajian persepsi diperoleh melalui wawancara semi terstruktur dan kuisioner kepada responden yang diambil secara acak dengan usia minimum 10 tahun sebanyak 30 orang. Hasil wawancara dan kuisioner dianalisis menggunakan skala Likert dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan dua spesies dengan metode langsung yaitu ular piton (Phyton reticulatus Schneider) dan ular kacang (Dendrelaphis pictus Gmelin), sedangkan dengan metode tak langsung didapatkan sepuluh spesies ular, yaitu ular piton (Phyton reticulatus Schneider), ular sanca (Python molurus L.innaeus), ular kacang (Dendrelaphis pictus Gmelin), ular kayu (Ptyas korros Schlegel), ular irus (Naja sputatrix F. Boie), ular siloro (Boiga dendrophylla Boie), ular lajing (Chrysopelea paradise Boie), ular jali (Bungarus candidus Linnaeus), ular hijau (Gonyosoma oxycephallum F. Boie), dan ular gadung (Ahaetulla prasina Boie). Masyarakat memperoleh pengetahuan tentang peran ular dalam ekosistem dari pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat dapat bersikap arif terhadap keberadaan ular dalam ekosistem. Masyarakat bersedia untuk menerima dan menyampaikan informasi yang diterima dari kalangan yang dianggap memiliki kredibilitas tinggi. Oleh karena itu tindakan konservasi ular dapat dilakukan dengan baik melalui pendekatan kearifan tradisional yang ada di wilayah tersebut. Kata kunci: konservasi, persepsi masyarakat, satwa liar, ular
Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti Zulfaidah Penata Gama; Bagyo - Yanuwiadi; Tri Handayani Kurniati
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 1, No 1 (2010)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1095.051 KB)

Abstract

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui toksisitas Bacillus thuringiensis isolat Madura terhadap berbagai instar larva nyamuk Aedes aegypti dan pengaruh toksin yang dihasilkan oleh                         B. thuringiensis isolat Madura terhadap struktur epitel dan jaringan usus larva nyamuk A. aegypti. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial, dengan kombinasi perlakuan ditempatkan menurut RAK dan diulang 3 kali. Setelah rearing larva nyamuk, dilanjutkan dengan pembuatan suspensi bakteri dengan seri pengenceran 100–10-5. Jumlah bakteri dihitung, diikuti perhitungan jumlah spora bakteri dengan metode TVSC, kemudian dilanjutkan uji toksisitas bakteri terhadap berbagai instar larva nyamuk. Setelah 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh bakteri dilihat dengan cara dibuat irisan melintang larva nyamuk dengan metode parafin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toksisitas bakteri B. thuringiensis isolat Madura dalam membunuh larva nyamuk instar I sampai 88,89%. Toksisitas yang tinggi tersebut terdapat pada kepadatan bakteri sebanyak 1,51x108 selml-1, tetapi untuk kepadatan bakteri di bawahnya kurang efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Pada kepadatan bakteri tertinggi, semakin tua umur stadium larva nyamuk maka semakin resisten terhadap terhadap serangan toksin yang dihasilkan oleh bakteri B. thuringiensis isolat Madura. Nilai LC50-24 jam untuk instar I sebesar 8,08x107 selml-1, instar II sebesar 9,09x107 selml-1, instar III sebesar 3,94x108 selml-1 dan instar IV sebesar 2,66x108 selml-1. Pengaruh kristal toksin B. thuringiensis isolat Madura terhadap struktur epitel dan jaringan usus tampak pada jaringan usus yang tidak utuh dan inti sel epitel hancur serta bagian dalam usus berlubang-lubang, sedangkan bagian luarnya berwarna hitam. Kata kunci: Aedes aegypti, Bacillus thuringiensis, musuh alami, pemberantasan     Abstract The aim of this study is to investigate toxicity of Bacillus thuringiensis which is isolated from Madura Island as natural enemy of Aedes aegypti larvae. The larvae of Aedes aegypti were reared to provide F2 generation in the laboratory. Larvae selection was carried out by exposing the first, second, third and fourth instar larvae of Aedes aegypti  (15 larvae in each dilution) for 24 hour to each concentration of Bacillus thuringiensis was isolated from Madura island which had been determined LC50-24 h to cause about 50% larvae mortality. Number of bacteria spora is known with TVSC method. Cross section of larvae is made with paraffin method to know level of destruction due to bacteria. The result of the study indicated that Bacillus thuringiensis  isolated from Madura Island able to  kill first instar of Aedes aegypti larvae until 88,89%. High toxicity of bacteria in the density of bacteria cell is 1,51x108 cellml-1. The bacteria cell density less than 1,51x108 cellml-1 not effective. In the highest density, the older stadium of larvae more resistance than the younger stadium larvae. Average of LC50-24 h for first instar larvae is 8,08x107 cellml-1, second instar is 9,09x107 cellml-1, third instar is 3,94x108 cellml-1 and fourth instar is 2,66x108 cellml-1. The toxin’s of Bacillus thuringiensis effects affect structure of epitel and intestine tissue of Aedes aegypti larvae are not complete. This phenomena indicates that Bacillus thuringiensis from Madura Island have its potential to become biocontrol of Aedes aegypti. Keywords: Aedes aegypti, Bacillus thuringiensis, biocontrol, natural enemy