Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DENGAN METODE UAP BERBAHAN BAKU DAUN NILAM Jayanudin Jayanudin; Rudi Hartono
Jurnal Teknika Vol 7, No 1 (2011): Edisi Juni 2011
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v8i1.6706

Abstract

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak atsiri terbesar di Dunia, salah satu tumbuhan penghasil minyak atsiri adalah nilam. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan % rendemen terbesar dan menentukan standarisasi minyak sesuai dengan SNI yang dihasilkan dari proses penyulingan uap. Daun nilam kering seberat 1,5 kg yang sudah bersih dari kotoran dimasukkan dalam ketel suling dan ditutup dengan rapat. Steam dari boiler dialirkan ke ketel suling dengan tekanan 0,5 barG, 1 barG dan 1,5 barG selama 4, 5 dan 6 jam. Campuran minyak dan air yang keluar dari kondenser ditampung dan diamkan selama 24 jam untuk memisahkan air dan minyak. Minyak daun nilam dimurnikan dengan bentonit 10% dari berat minyak pada suhu 50 yang telah terpisah dari bentonit ditambahkan Na2SOo 4C sambil diaduk selama 1 jam. Minyak daun nilam anhidrat dan diamkan selama 15 menit kemudian pisahkan air dan Na2SO dalam minyak. Sampel dengan % rendemen terbesar dianalisa kualitasnya sesuai dengan SNI. berdasarkan hasil penelitian menunjukan kondisi penyulingan pada tekanan 1 bar dan waktu 4 jam diperoleh rendemen tertinggi sebesar 1.82 % dengan berat jenis (0,943-0,983), indeks bias (1,504-1,514) dan bilangan asam (3,79-4,14). Karakterisasi minyak nilam yang dihasilkan sesuai dengan SNI.
UJI KARAKTERISTIK BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS KOH Rudi Hartono; Jayanudin Jayanudin; Diki Suhendar; Adi Winata
Jurnal Teknika Vol 8, No 2 (2012): Edisi November 2012
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v9i2.6690

Abstract

Sumber energi minyak dan gas bumi tidak dapat diperbaharui kembali, persediaanya semakin menipis dan pengembangan produksinya terbatas, sebelum krisis minyak bumi terjadi, hendaknya harus ada bahan bakar alternatif yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan, salah satunya adalah minyak nyamplung. Kendala penggunaan minyak nyamplung yaitu bilangan asam dan viskositas yang cukup tinggi. Bilangan asam minyak nyamplung yang tinggi harus diturunkan agar biodiesel yang dihasilkan memenuhi standar mutu SNI maupun ASTM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan rasio molar metanol dengan minyak dan jumlah katalis KOH terbaik untuk memperoleh biodiesel yang berkualitas (bilangan asam, kadar FFA, viskositas, densitas serta kadar air). Penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan proses produksi biodiesel yaitu metode esterifikasi-transesterifikasi. Kondisi operasi dan variabel yang digunakan adalah pada suhu reaksi 60°C dengan katalis KOH 1%, 1,5% dan 3% serta perbandingan rasio mol minyak terhadap metanol yaitu 1:4 dan 1:5 selama 60 menit pada tahap transesterifikasi. Perlakuan terbaik yang memenuhi standar SNI adalah pada rasio molar methanol 5:1 katalis KOH 1,5% dengan bilangan asam 1.48 mg KOH/g sampel, viskositas 3,26 cSt, densitas yaitu 0,8365 gr/ml, kadar air 0.046% dan rendemen 62% (v/v).
PEMBUATAN BIODESEL DARI MINYAK BIJI KEPUH (Sterculia Foetida L.) DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI Rudi Hartono; Fitri Pitaloka; Merin Karina
Jurnal Teknika Vol 10, No 1 (2014): Edisi Juni 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v10i1.6630

Abstract

Peningkatan kebutuhan Bahan Bakar Minyak yang sangat tinggi dewasa ini mendorong industri-industri pengeboran dan pengolahan minyak untuk meningkatkan produksinya. Biodiesel merupakan salah satu produk teknologi pemanfaatan energi biomassa yang menggunakan minyak dari tanaman untuk dikonversikan menjadi metil ester (biodiesel) yang diharapkan dapat menggantikan solar sebagai bahan dasar mesin diesel. Pemanfaatan minyak dari biji-bijian tanaman kehutanan seperti biji kepuh (Sterculia foetida Linn) sebagaibahan biodiesel merupakan salah satu alternatif karena merupakan sumber minyak terbarukan yang tidak bersaing dengan bahan baku pangan sebagai kebutuhan konsumsi manusia. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan volume methanol yang optimum terhadap minyak biji kepuh pada proses transesterifikasi. Minyak kepuh melalui proses pengepressan biji kepuh yang telah dijemur selama 2 hari. Minyak kepuh kemudian diuji kadar asam lemak bebas, minyak kepuh yang mengandung asam lemak bebas kurang dari 2% melalui proses transesterifikasi untuk mengkonversi minyak nabati (trigliserida) menjadi biodiesel (metil ester) melalui reaksi dengan metanol dan KOH sebagai katalis sesuai dengan volume yang divariasikan pada temperatur 60C selama 60 menit dengan kecepatan pengadukan 400 rpm. Rendemen biodiesel optimum yaitu 85%, yaitu pada rasio 30% methanol dari bahan baku (100 ml) dan karakteristik biodiesel minyak kepuh yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu biodiesel SNI-04-7182-2006.
PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS ASAM BASA Rudi Hartono; Jayanudin Jayanudin; Endrian Harzuli; Devi Nuraini M
Jurnal Teknika Vol 8, No 1 (2012): Edisi Juni 2012
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v9i1.6687

Abstract

Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir ini mendorong pengembangan energi alternatif dengan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan (rewenable resources). Bentuk energi alternatif yang mulai dikembangkan adalah biofuel yang mempunyai tingkat kelayakan teknologi cukup tinggi dimana dapat berupa bioethanol untuk menggantikan bensin, biodiesel menggantikan solar atau minyak bakar. Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan bahan baku biodiesel dan bioethanol sebagai energi terbarukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari kondisi operasi optimum dalam pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung dengan menggunakan katalis asam-basa. Dalam proses pembuatan biodiesel dari Minyak nyamplung melewati tahapan proses, yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi. Variasi katalis yang di gunakan sebanyak 1.5%, 2% dan 2.5% dengan lama waktu reaksi 30 menit, 60 menit, dan 75 menit, temperature reaksi 60C. Kondisi maksimum penelitian ini berdasarkan kualitas biodiesel yang memenuhi standar SNI adalah menggunakan katalis NaOH 2,5% waktu reaksi 75 menit dengan Cetane number 53.32 ,bilangan asam 0.72mg NaOH/g sampel ,viskositas 5.78 cSt ,densitas 0.88g/ml, dan rendemen 66.5% .
UJi coba zeolit alam Bayah Sebagai katalisator Pada Reaksi ESterifikasi antara gliserol dan asam Asetat Nuryoto Nuryoto; Rudi Hartono; Isti Uswatun Hasanah
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 7 NOMOR 2 DESEMBER 2018
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v7i2.3814

Abstract

Gliserol sebagai produk samping biodiesel merupakan bahan  baku yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.  Mengkontakan asam asetat  dengan gliserol akan menghasilkan produk baru berupa triasetin,  yang akan  mampu meningkatkan nilai guna dari gliserol itu sendiri. Observasi terhadap penggunaan zeolit alam berbasis sumber daya alam lokal sebagai katalisator dapat menjadi titik tolak pencarian katalisator yang murah. Hasil pengamatan terhadap zeolit alam Bayah- Banten yang dilakukan pada rentang konsentrasi pengasaman 1-2 N asam sulfat, waktu pengasaman 1-2 jam, konsentrasi katalisator 3-5 % massa gliserol, dan perbandingan pereaksi 5:1-7:1 mol asam asetat/mol gliserol, pada pengadukan 600 rpm menunjukan bahwa peningkatan konsentrasi pengasaman dan waktu pengasaman berdampak baik pada perolehan konversi reaktan berupa asam asetat, tetapi peningkatan konsentrasi katalisator dan perbandingan pereaksi justru berdampak sebaliknya. Kondisi operasi reaksi terbaik dicapai pada konsentrasi pengasaman 2 N asam sulfat, waktu pengasaman  2 jam, konsentrasi atalisator 3 % massa gliserol, dan perbandingan pereaksi 5:1 mol asam asetat/mol gliserol dengan konversi asam asetat sebesar 52,04%.
PEMBUATAN BIODIESEL DARI DEDAK PADI DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT ALAM BAYAH Rudi Hartono; Meliana R; Nurlaila Nurlaila; Rusdi Rusdi; Anondho Wijanarko; Heri Hermansyah
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biodiesel, bahan bakar alternatif yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan dan lemak hewan.Biodiesel dapat diperbaharui, biodegradable, ramah lingkungan dan tidak beracun. Objek percobaan menggunakan dedak padi sebagai bahan baku, diperoleh dari proses ekstraksi menggunakan N-hexane. Metode yang digunakan untuk memproduksi biodiesel adalah transesterifikasi asam dan transesterifikasi basa menggunakan metanol dan katalis. Katalis yang digunakan dalam percobaan adalah katalis homogen  H2SO4 dan katalis heterogen zeolit alam yang diperoleh dari Bayah Banten. Preparasi biodiesel dilakukan dengan memvariasikan temperatur pada transesterifikasi basa 50°C, 60°C dan 70°C. Zeolit di preparasi dengan poses impregnasi padi variasi konsentrasi KOH/zeolit (25 gr KOH dalam 100 ml air destilasi, 37.5 gr KOH dalam 100 ml air destilasi dan 50 gr KOH dalam 100 ml air destilasi).  Waktu  reaksi 60 menit dengan konsentrasi katalis 2%. Spesifikasi biodiesel yang dihasilkan sesuai dengan Standar nasional Indonesia (SNI) dengan hasil terbaik pada variasi temperature 60°C
PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK DEDAK PADI DENGAN PROSES KATALIS HOMOGEN SECARA ASAM DAN KATALIS HETEROGEN SECARA BASA Rudi Hartono; Rusdi Rusdi; Anondho Wijanarko; Heri Hermansyah
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembuatan biodiesel dari minyak dedak padi yang berasal tumbuhan yang dapat direnewable.  Biodiesel yang dihasilkan dari      dedak padi     diawali dengan memisahkan dedak halus dan dedak kasar  dengan   proses   screening.   Hasil   screening   berupa   dedak   kasar   dan   halus   yang   di   ekstraksi   dengan  menggunakan pelarut       diperoleh minyak dan pelarut , dan dengan proses distilasi didapatkan minyak  dedak padi. Minyak dedak padi yang dihasilkan dari proses ektraksi dengan pelarut di buat biodiesel  dengan   menggunakan   katalis   homogen   secara   asam   dengan   persen   katalis   2%  v      dari   bahan   baku,  Tahap     katalis  heterogen     secara   basa   dengan    persen    katalis  3   %  b   dari   bahan    baku.Tahap  transesterifikasi asam dan tranesterifikasi basa menggunakan variasi rasio minyak dedak padi terhadap  methanol (1:7)  Hasil  analisa   yang   didapat   adalah   %   yield,   nilai   viskositas   dan   densitas.  Perolehan   biodiesel   yang                                                                                                        0  optimum pada pembuatan biodiesel secara katalis homogen dan heterogen pada suhu 60  C dan waktu  operasi   2   jam   adalah   61,6%  yield,   27,4024   mm2/s   viskositas   dan   0,936   gram/mL   densitas  dengan perbandingan KOH/ZABBrht           100 gr/100mL.  Kata Kunci: Minyak Dedak Padi,           biodiesel, Transesterifikas, Katalis Homogen, Katalis Heterogen
POTENSI MINYAK DEDAK PADI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI ASAM DAN BASA Rusdi Rusdi; Irfan Saptanjani; Rudi Hartono
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biodiesel adalah  hasil reaksi transesterifikasi dari minyak yang berasal tumbuhan atau hewani yang bisa direwenabel. Biodiesel yang dihsilkan dalam penelitian ini berasal dari  dedak padi. Proses pembuatan biodiesel dari dedak padi diawali dengan memisahkan dedak halus dan dedak kasar dengan proses screening. Hasil screening berupa dedak kasar dan halus yang di ekstraksi dengan menggunakan pelarut diperoleh minyak dan pelarut dan dengan proses distilasi didapatkan minyak dedak padi. Minyak dedak padi yang dihasilkan dengan proses transesterifikasi asam pada temperatur  600C selama 30 menit,  rasio methanol dan minyak dedak padi ( 1:1) dan 2% asam sulfat. Tahap transesterifikasi basa menggunakan variasi rasio minyak dedak padi terhadap Methanol [1:1, 1:2, 1:3, 1:4 1:5] pada temperatur 60oC .  Hasil analisa didapat nilai densitas dan viskositas yang memenuhi standar mutu sebesar 853 kg/m3  dan 2,43 mm2/s pada dedak kasar dan  844 kg/mm3 dan 2,7 mms/s pada dedak halus dengan rasio bahan baku 1:1.
PENGARUH IMPREGNASI KOH PADA KATALIS BENTONIT BOJONG MANIK LEBAK BANTEN DALAM SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH Rudi Hartono; Muhammad Triyogo Adiwibowo; Meri Yulvianti; Agus Rochmat; Ali Faozin; M. Abdurahman Aziz; Sartika Arbantini
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2022
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v11i1.14723

Abstract

Biodiesel is an alternative fuel from renewable resources that is more environmentally friendly. This study aimed to obtain the optimum conditions for making biodiesel from used cooking oil based on the percentage of NaOH impregnation on bentonite catalysts from Bojong Manik Lebak Banten. The biodiesel synthesis method used is base transesterification. The impregnation process prepared bentonite as a catalyst at variations of %KOH, namely 20, 26, 31, and 35% (w/w). The biodiesel reaction was carried out at a temperature of 60°C and a reaction time of 3 hours using a 3% catalyst for the amount of used cooking oil. The results were obtained at optimum conditions on a catalyst of 26% KOH (w/w) with a biodiesel yield of 91.2%, density of 0.870 g/mL, the viscosity of 4.1 cSt, the flash point of 129°C, and methyl ester content of 97.48%.
Degradation of methyl ester sulfonate using TiO2 photocatalyst Muhammad Triyogo Adiwibowo; Ahmad Sukarya; Fauzi Ramdani Aryanto Putra; Marta Pramudita; Rudi Hartono; Alia Badra Pitaloka
Jurnal Teknika Vol 18, No 2 (2022): Available Online in November 2022
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v18i2.16940

Abstract

One common domestic waste in the waters is detergent residue due to the daily habit of washing clothes. Thus, wastewater treatment is needed to purify the water. One of the methods is photocatalytic degradation. In this study, TiO2 nanoparticles were used to degrade methyl ester sulfonate (MES), one of the raw materials for making detergents. This study aims to investigate the effect of TiO2 concentration, reaction time, and light source on the MES degradation. The variations of the degradation tests included photocatalyst concentrations of 0.5, 1, and 1.5 mg/L, irradiation times of 1, 2, and 3 hours, and UV lamps and sunlight. The residual surfactant in water was analyzed using the Methylene Blue Active Surface (MBAS) method. The principle of this method is that MES will bind to methylene blue to form a complex blue compound so that its concentration can be quantified using a UV-Vis spectrophotometer. This study showed that the higher photocatalyst concentration increased the surfactant degradation from 11.97% to 33.91%, and the longer the degradation time, the more surfactant was degraded up to 41.56% after 3 hours. The sunlight source produces 55.72% degradation, more than a 10-watt UV lamp. The MES degradation follows the second-order reaction equation with a rate constant of 0.0963 L/mg.hour.