Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DOMINANT FACTORS ON OSTEOARTHRITIS PATIENTS IN dr. MOHAMAD SOEWANDHIE HOSPITAL, SURABAYA, INDONESIA Bimo Sasono; Nova Aulia Amanda; Desak Nyoman Surya Suameitria Dewi
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 11 (2020): Vol 9 No 11(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i11.P01

Abstract

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling umum dijumpai pada orang dewasa di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan rasa sakit pada tulang dan kerusakan pada sendi sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Faktor risikonya adalah umur, jenis kelamin, obesitas, genetik, hormonal, dan beban pada sendi. Terdapat 1.353 kasus di klinik rawat jalan dr. Rumah Sakit Mohamad Soewandhie yang telah mendaftarkan pasien dengan OA pada Januari hingga Desember 2017 (m = 33,5%, f = 66,4%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik pasien dengan OA di klinik rawat jalan dr. Rumah Sakit Mohamad Soewandhie. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dari rekam medis pasien OA yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (705 orang) dilanjutkan dengan analisis SPSS untuk menentukan karakteristik dari OA. Diantara 705 pasien ini, 38,8% berumur 61-70 tahun (rata-rata = 61,8), 77,9% adalah perempuan, 50,9% memiliki obesitas (rata-rata = 26,9 kg/m2), 10,4% memiliki riwayat traumatis, 2% diantaranya merupakan penyakit turunan, 20,1% disertai dengan diabetes mellitus (DM). Sebanyak 15,9% diasosiasikan dengan hiperkolesterolemia, 4% dengan hyperuricemia, 0,7% dengan rheumatoid arthritis, 0,1% dengan gout arthritis, tidak berasosiasi dengan juvenile rheumatoid, dan 87% pasien wanita telah mengalami menopause.
TINJAUAN PUSTAKA: PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS May Fanny Tanzilia; Betty Agustina Tambunan; Desak Nyoman Surya Suaemitria Dewi
Syifa'Medika Vol 11, No 2 (2021): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v11i2.2788

Abstract

Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis dengan manifestasi klinis yang luas. Perjalanan penyakit dan prognosis dari SLE pun juga beragam. Faktor lingkungan, imunologi, hormonal, dan genetik diketahui memegang peranan dalam perkembangan SLE. Penyakit SLE lebih banyak menyerang wanita terutama usia produktif. Patogenesis SLE mengikutsertakan berbagai sel dan molekul yang berperan pada proses apoptosis, respons imun innate dan adaptif. Diagnosis SLE ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, yang harus memenuhi 4 dari 11 kriteria American Rheumatology Association (ARA) (1997), dan pemeriksaan laboratorium. Terapi SLE bersifat individual berdasarkan manifestasi klinis yang dialami pasien, aktivitas penyakit dan derajat keparahan penyakit serta komorbiditas. Prognosis SLE bervariasi mulai dari ringan hingga berkembang cepat menjadi berat disertai kegagalan multiorgan bahkan kematian. Studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai patogenesis dan cara menegakkan diagnosis SLE sehingga dapat menjadi dasar dalam pengembangan penelitian mengenai SLE di masa yang akan datang.
NASAL COLONIZATION OF STAPHYLOCOCCUS AUREUS AMONG PRECLINICAL MEDICAL STUDENTS: IMPLICATIONS AS FUTURE SOURCES OF INFECTION IN HOSPITALS Lidya Handayani; Vincentia Amaranggana Zebada Susanto; Desak Nyoman Surya Suameitria Dewi; Natalia Yuwono; Salmon Charles P.T. Siahaan
Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol 11, No 2 (2024): Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia
Publisher : Lambung Mangkurat University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jpkmi.v11i2.19487

Abstract

Staphylococcus aureus, a leading pathogen in various human infections, can colonize different anatomical sites asymptomatically, posing risks to immunocompromised individuals. This study aims to determine the prevalence of asymptomatic nasal carriage of S. aureus among pre-clinical medical students. Nasal swab samples were collected from 57 medical students on two occasions, ten months apart, and S. aureus was identified by culture method. S. aureus nasal carriage was found in 10 (17%) participants. Nearly all participants (98%) had more than one bacterial type on nasal swab, with only 1 (2%) showing S. aureus as the sole bacterium. Among the isolated S. aureus, 1 (10%) was Methicillin-Resistant S. aureus (MRSA). Among the 37 individuals who participated in both samplings, S. aureus was detected at least once in the nasal swabs of 18 individuals (49%): 13 participants (35%) were intermittent carriers, and 5 participants (14%) were persistent carriers. Our study reveals that a significant number of pre-clinical medical students are asymptomatic carriers of S. aureus in their nasal passages, either intermittently or persistently. As they transition into healthcare roles, these carriers may act as reservoirs for transmission of this bacteria within healthcare settings.
Peran bedaquiline untuk tuberkulosis resisten obat: A literature review Darmanto, Arief Gunawan; Dewi, Desak Nyoman Surya Suameitria
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 4 (2025): Volume 19 Nomor 4
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i4.940

Abstract

Background: Multidrug-resistant tuberculosis (MDR/RR-TB) is a serious challenge in global TB elimination efforts. Indonesia as a country with a high TB ​​burden faces the problem of MDR/RR-TB therapy, where the effectiveness of second-line treatment is still limited. Bedaquiline, a new drug from the diarylquinoline group, has emerged as a leading candidate in the treatment of MDR/RR-TB with a unique mechanism of action. Purpose: To provide a comprehensive understanding of bedaquiline in the context of its mechanism of action, clinical efficacy, safety profile, development of resistance, and national and global guidelines for its use. Methods: This study is a literature review with reference searches from the PubMed and ScienceDirect databases using the keywords: Tuberculosis, MDR/RR-TB, and Bedaquiline. Articles that met the inclusion criteria were from 2005–2024 and included various types of research, including clinical studies, experiments, and systematic reviews. Results: Bedaquiline has been shown to increase the rate of culture conversion and the success of MDR/XDR-TB therapy. This drug is also recommended by WHO and the Indonesian Ministry of Health in short and long regimens for MDR-TB. However, the risk of side effects such as QT interval prolongation and the emergence of resistance through genetic mutations remain major concerns, so ECG monitoring and genetic resistance testing are essential. Conclusion: Bedaquiline is a major advancement in drug-resistant TB treatment, offering new hope for improving patient outcomes. Nevertheless, its use must be accompanied by careful monitoring of adverse effects and resistance. Suggestion: Further research is needed to identify optimal drug combinations, determine ideal treatment durations, and monitor long-term resistance development to ensure sustained effectiveness of bedaquiline.   Keywords: Bedaquiline; Drug Resistance; Tuberculosis.   Pendahuluan: Tuberkulosis resisten obat (MDR/RR-TB) menjadi tantangan serius dalam upaya eliminasi TB global. Indonesia sebagai negara dengan beban TB tinggi menghadapi permasalahan terapi MDR/RR-TB, di mana efektivitas pengobatan lini kedua masih terbatas. Bedaquiline, obat baru dari golongan diarylquinoline, muncul sebagai kandidat utama dalam pengobatan MDR/RR-TB dengan mekanisme kerja yang unik. Tujuan: Untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang bedaquiline dalam konteks mekanisme aksi, efikasi klinis, profil keamanan, perkembangan resistensi, serta pedoman nasional dan global penggunaannya. Metode: Studi literature review dengan pencarian referensi dari database PubMed dan ScienceDirect menggunakan kata kunci Tuberculosis, MDR/RR-TB, dan Bedaquiline. Artikel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yang diterbitkan tahun 2005–2024 dan mencakup berbagai jenis penelitian, termasuk studi klinis, eksperimen, dan tinjauan sistematis. Hasil: Bedaquiline terbukti meningkatkan tingkat konversi kultur dan keberhasilan terapi MDR/XDR-TB. Obat ini juga direkomendasikan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan RI dalam rejimen pendek dan panjang untuk MDR-TB. Namun, risiko efek samping seperti pemanjangan interval QT dan munculnya resistensi melalui mutasi genetik tetap menjadi perhatian utama, sehingga pemantauan EKG dan pengujian resistensi genetik sangat diperlukan. Simpulan: Bedaquiline merupakan inovasi penting dalam terapi TB resisten obat, memberikan harapan baru dalam meningkatkan outcome pasien. Namun, penggunaannya harus disertai dengan pemantauan ketat terhadap efek samping dan resistensi. Saran: Diperlukan penelitian lanjutan terkait kombinasi optimal, durasi terapi yang ideal, serta pemantauan jangka panjang terhadap resistensi untuk memastikan efektivitas jangka panjang bedaquiline.   Kata Kunci: Bedaquiline; Resisten Obat; Tuberkulosis.