Hikmat Kasmara
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Uiversitas Padjadjaran

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Effectiveness of Storage Time Formulation of Bacillus Thuringiensis Against Aedes aegypti Larvae (Linnaeus, 1757) ., Melanie; Rustama, Mia Miranti; Sihotang, Inriyani Sintia; Kasmara, Hikmat
CROPSAVER - Journal of Plant Protection Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.668 KB)

Abstract

Aedes aegypti is known as the main vector of dengue fever in Indonesia which causes a high number of deaths and become an outbreak every year. This disease is generally controlled by breaking the life cycle of mosquitoes with restricted breeds and using synthetic insecticides. So far biological agents from natural enemies and natural pathogens have been developed to anticipate the negative effects of synthetic insecticides. Bacillus thuringiensis is well known as entomopathogenic bacteria that can control various insect pests of cultivated plants and vector insects, such as Ae.aegypti.  B. thuringiensis can form endospores that produced toxin to Ae.aegypti, while the advatages are safe against non-target organisms such as natural predators and parasites, safe for mammals and humans and do not pollute the environment. Effective duration of B. thuringiensis in infecting Ae. aegypti is an important thing to be studied, moreover it is important to know the effectiveness of the expired formulation on the market and the residual effect. This ensures that the use of B. thuringiensis remains safe and does not create new problems such as Ae. aegypti  resistance. The experimental research was used bioassay method, toxicity test was performed B. thuringiensis expired and non expire as comparison at concentration 0 ppm (control), 0,3 ppm; 0.1 ppm; 0.07 ppm; 0.05 ppm; 0.03 ppm; 0.01 ppm. The parameters observed were mortality for 48 hours of toxicity test that results were indicated by LC 50, LC90 and recidual values. The results obtained were LC50 and LC formulations B.thuringiensis expired 0.305 ppm and 1.513 ppm much higher than the non expire LC50 and LC formulations of 0.0363 ppm and 0.8971 ppm. The recidual effect of expired B. thuringiensis on larvae Ae. Aegypti was only effective until day 12, whereas B. thuringiensis  that  non expire formulation was effectively until day 14.Keywords : Ae. aegypti, B. thuringiensis, mortality, recidual values, expired formulation
Ketahanan Kayu Meranti Merah dan Kayu Kamper terhadap Serangan Rayap Tanah Fitriani, Nurullia; Kasmara, Hikmat; Maulana, Jimmy
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.056 KB)

Abstract

Rayap merupakan salah satu organisme perusak kayu, bangunan dan bahan berlignoselulosa yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar dalam kehidupan manusia. Jenis kayu yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan di Indonesia adalah Kayu Meranti Merah dan Kayu Kamper. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ketahanan Kayu Meranti Merah dan Kayu Kamper terhadap serangan rayap tanah dan mengidentifikasi jenis rayap yang menyerang kayu di sekitar Gedung Program Studi Biologi Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpanan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus Sornnuwat et al. (1995) dan uji ANAVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kayu Meranti Merah dan Kayu Kamper diserang dan dirusak oleh rayap tanah yang dikenal sebagai Macrotermes gilvus Hagen dari familia Termitidae. Kayu yang dirusak rayap mengalami penyusutan massa kayu. Rata – rata penyusutan Kayu Meranti Merah yang diakibatkan oleh M. gilvus Hagen sebesar 15,91% pada bulan I, pada bulan ke II sebesar 17,99% dan bulan ke III sebesar 20,53%. Sedangkan pada Kayu Kamper rata –rata penyusutan sebesar 5,66% pada bulan I, bulan ke II sebesar 3,72% dan bulan ke III sebesar 19,23%.. Rata – rata penyusutan Kayu Meranti Merah selama 3 bulan sebesar 23,86%, sedangkan penyusutan rata – rata Kayu Kamper sebesar 16,2%, hal ini menunjukan bahwa Kayu Kamper lebih tahan terhadap serangan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen dibandingkan Kayu Meranti Merah.
Potensi Jamur Entomopatogen Metarhizium Anisopliae dan Beauvaria Bassiana dalam Pengendalian Populasi Aedes Aegypti (Linnaeus, 1762) Fase Imago Melanie, M; Kasmara, Hikmat; Aliana, Zelan Dzulhimmatul; Putri, Maharani Herawan Ossa
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.744 KB)

Abstract

Nyamuk Aedes aegypti dikenal sebagai vektor utama Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Indonesia DBD merupakan penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi dan menjadi wabah setiap tahun. Cara yang umum dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk melalui membatasi perkembangbiakan nyamuk serta menggunakan insektisida sintetik sistem aerosol Ultra Low Volume, Fogging, maupun Mist Blower, sebagai contoh bahan dasar insektisida sintetik yang umum digunakan adalah malathion. Pengendalian nyamuk menggunakan insektisida sintetik mempertinggi tingkat resistensi nyamuk sehingga tahan terhadap insektisida juga menimbulkan pencemaran lingkungan. Residu bahan aktif kimia berbahaya terpapar pada pangan dan beresiko toksik terhadap makhluk hidup bukan target. Pengendalian hayati yang menekan efek negatif insektisida sintetik sejauh ini masih belum banyak dikembangkan untuk memutus siklus hidup nyamuk khususnya diaplikasikan terhadap nyamuk dewasa (imago). Musuh alami dari jenis jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae dan Beauvaria bassiana sejauh ini diketahui dapat menginfeksi larva nyamuk Ae. Aegypti. Keunggulannya tidak menimbulkan resistensi terhadap nyamuk dan aman bagi manusia. Melalui penelitian ini, potensi infeksi jamur dikembangkan untuk menginfeksi nyamuk Ae. Aegypti fase imago (dewasa) dan melihat potensi penularannyadiantara imago, sehingga dapat secara alami mengendalikan populasi imago di alam. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan uji hayati (bioassay test), dengan menggunakan imago Ae. aegypti diinfeksi suspensi spora jamur M. anisopliae dan B. bassiana yang terdiri dari 7 taraf pengenceran, yaitu kontrol (0 spora/ml); 10-1; 10-2; 10-3; 10-4; 10-5; 10-6.Parameter yang diamati jumlah kematian imago selama 48 jam. Selanjutnya, imago Ae.aegypti jantan dan betina yang diinfeksi spora masing-masing jamur pada konsentrasi LC50 48 jam. Parameter yang diamati jumlah persentasi mortalitas penularan imago Ae.aegypti jantan dan betina yang terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan infeksi jamur M. anisopliae lebih efektif menyebabkan mortalitas imago Ae. aegypti dibandingkan jamur B. bassiana dengan kerapatan spora lebih rendah. Hal ini dilihat dari nilai LC50 48 jam jamur M. anisopliae sebesar 9,28 × 102 spora/ml adapun LC50 48 jam jamur B. bassiana sebesar 1,49 ×105 spora/ml. Kemampuanpenularan terbaik terjadi pada infeksi spora M. anisopliae terhadap Ae. aegypti be-tina dengan persentasi mortalitas sebesar 63% pada 24 jam dan 86% pada 48 jam. Adapun penularan infeksi spora B. bassiana terhadap imago Ae. aegypti betina dengan persentasi mortalitas sebesar 67% pada 24 jam dan 77% pada 48 jam.
Studi Populasi dan Keanekaragaman Gastropoda di Pantai Cigebang Cagar Alam Bojonglarang Jayanti, Cianjur, Jawa Barat Nurjamilah, Widiani; Kasmara, Hikmat
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.936 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui keadaan populasi dan keanekaragaman gastropoda di Pantai Cigebang Cagar Alam Bojonglarang Jayanti dengan menggunakan metode survey, yaitu dengan membuat garis tegak lurus garis pantai sepanjang 25 meter. Pada setiap garis transek yang dibuat, ditempatkan plot kuadrat ukuran 1 m x 1 m, yang ditempatkan secara sistematik denganjarak antarplot sepanjang 4 m. Parameter yang diamati pada setiap plot adalah jenis-jenis gastropoda dan jumlah individu setiap jenis gastropoda yang ditemukan. Gastropoda yang didapatkan diidentifikasi dan data yang diperoleh dianalisis dengan menghitung KM, KF, FM, FR, dan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon-Wiener. Hasil penelitian di Pantai Cigebang Cagar Alam Bojonglarang Jayanti didapatkan 21 spesies gastropoda. Berdasarkan hasil analisis, spesies yang memiliki kepadatan tertinggi dan luas penyebarannya merata adalah Clypeomorus moniliferus dengan nilai rata-rata kepadatan relatif adalah 88,98% dan frekuensi relatif 38,76%. Sedangkan hasil analisis keanekaragaman gastropoda di Pantai Cigebang termasuk kedalam kategori yang tidak stabil atau tergolong rendah karena nilai indeks Shannon-Wiener yang menunjukkan kurang dari 1, yaitu sebesar 0,4.
BACTERIAL CONTAMINATION TEST IN POWDER-FORMULATED Helicoverpa armige-ra NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS (HaNPV1) SUBCULTURE Miranti, Mia; Kasmara, Hikmat; Fitriani, Nurullia; Melanie, Melanie; A'yun, Inas Qurrata; Syaputri, Yolani; Doni, Febri; Madihah, Madihah; Rahayuningsih, Sri Rejeki; Azizah, Nabilah Sekar; Hermawan, Wawan
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 10 No. 2 (2023)
Publisher : BRIN - Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jbbi.2023.2947

Abstract

The Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV1) is a subculture derived from the original HaNPV, and it has been cultivated in Spodoptera litura larvae as an alternative host. HaNPV1 was subsequently formulated using gypsum and talcum as carrier media. Following this formulation, a bacterial contamination test was conducted to assess the quality of the viral formulation.  The experiment was arranged in the randomized factorial block design (RFBD) with 2 replications. The viral formulations was stored for 16 weeks and the samples were taken every two weeks for contamination analysis. The data was then analyzed with the analysis of variance (ANOVA) and a post-hoc using Duncan’s Multiple Range test. The variable observed was the number of the bacterial colonies cultivated on the specific media i.e., Nutrient Agar (NA), Salmonella Shigella Agar (SSA) and Eosin Methilen Blue Agar (EMB). The results showed that the bacterial contaminants was detected from 0 to 12 weeks of storage time. However, the highest contamination was found in viral formulation after 8 weeks of storage time and the highest bacterial contaminations were recorded from all viral formulation tested in NA. The results indicated that the bacterial contamination were found around 1.45 × 109 cfu/gram and 1.97 × 109 cfu/gram in gypsum and talcum formulations, respectively. On SSA and EMB media, the bacteria contaminants from all formulation found in 8 weeks of storage time, but Salmonella, Shigella, or Escherichia coli (aspathogenic bacteria) were not found. After 12 weeks storage time, there was no indication of  contamination found in all media. Furthermore, Bacillus species was found as a most dominant contaminant in all samples. In conclusion, although the viral formulations using gypsum and talc were not contaminated by pathogenic bacteria such Salmonella, Shigella, or E. coli. Nevetherless, the viral formulation was still easily contaminated by other non-pathogenic bacterial species. Thus, a more standardized and stricted strategy needs to be developed for a better viral formulation product.