Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

FAKTOR RISIKO TERJADINYA DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN RAWAT JALAN DENGAN PENYAKIT KRONIS Bekti Meilani Nurcahya; Tri Murti Andayani; Fita Rahmawati
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.136

Abstract

Apoteker farmasi klinik memiliki peran untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi drug related problems (DRPs). Identifikasi dan penyelesaian DRPs dengan tepat dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi DRPs dan mengetahui faktor risiko terjadinya DRPs. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional, dilakukan di RSUD Kabupaten Sleman dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Oktober sampai Desember 2014. Penelitian diawali dengan mengidentifikasi jenis dan angka kejadian DRPs pada peresepan pasien rawat jalan dengan penyakit kronis di kedua Rumah Sakit. Selanjutnya dianalisis faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian DRPs meliputi usia, jenis kelamin, jumlah diagnosis, jenis diagnosis, jumlah obat, dan penulis resep. Jenis, angka kejadian DRPs dan data demografi pasien ditampilkan dengan statitistik deskriptif. Hubungan faktor risiko dengan kejadian DRPs dianalisa dengan analisa bivariat menggunakan Chi- Square test atau Fisher’s exact test. Dari 185 pasien rawat jalan, 123 pasien (66,49%) mengalami kejadian DRPs dengan total kejadian adalah 192. Jenis kejadian DRPs berturut- turut dari yang paling banyak adalah interaksi obat (36, 98 %), kepatuhan ( 29,69%), obat tidak tepat (8,33 %), dosis terlalu rendah (7,81 %), terapi obat yang tidak perlu (7,29 %), efek samping obat (6,25%), dan membutuhkan terapi obat tambahan (3,65 %). Faktor - faktor yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian DRPs adalah polifarmasi (peresepan 5 macam obat atau lebih) , adanya komorbid (diagnosis lebih dari 1 macam), dan diagnosis gagal jantung (p < 0,05) dengan nilai odds ratio (OR) berturut – turut adalah 2,43 ; 2,79 dan 3,37 .
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH Sefi Megawati; Fita Rahmawati; Djoko Wahyono
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.138

Abstract

Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi. Penggunaan antibiotik profilaksis di rumah sakit merupakan pemberian antibiotik yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk mencegah terjadinya ILO. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besar angka kejadian ILO, persentase penggunaan antibiotik profilaksis yang rasional (kategori 0), jenis ketidak rasionalan penggunaan antibiotik profilaksis (kategori I-V) dan hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Penelitian merupakan penelitian observasional mengunakan metode cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Analisa dan evaluasi data berupa analisis deskriptif untuk mengetahui jumlah ILO serta melihat rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode Van der Meer dan Gyssens serta analisa bivariat menggunakan metode Chi-square untuk mengetahui hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya angka kejadian ILO sebanyak 7 pasien (4,0%) dari 177 pasien. Penggunaan antibiotik yang rasional 0% dan jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik menurut kategori V (indikasi) sebanyak 4,0%, kategori IVA (efektifitas) sebanyak 98,2%, kategori IVC (harga) sebanyak 5,9%, kategori IVD (spektrum) sebanyak 98,2%, kategori IIIA (durasi terlalu lama) sebanyak 99,4%, kategori IIA (dosis) sebanyak 0,6%, dan kategori I (waktu pemberian) sebanyak 27,1%. Tidak ada hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan infeksi luka operasi.
EVALUASI PENGGUNAAN INFUS ALBUMIN Setiyati Jatiningsih; I Dewa Putu Pramantara; Fita Rahmawati
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.139

Abstract

Penggunaan albumin dalam beberapa kondisi masih kontroversial. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan infus albumin. Penelitian dilakukan dengan rancangan studi cross sectional, pengumpulan data secara prospektif pada 100 pasien, yaitu pasien rawat inap dewasa (>18 tahun) yang menerima terapi albumin selama periode Januari sampai Februari 2015 di RSU Dr. Soetomo. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif berupa persentase indikasi penggunaan albumin, persentase penggunaan albumin yang sesuai dengan guideline, rata-rata kenaikan serum albumin dan kajian kejadian efek samping. Karakteristik 100 subjek penelitian ( P= 44, L = 56) dengan rentang umur 18 – 60 tahun sebanyak 78% dan ≥ 60 tahun sebanyak 22%. Hasil penelitian menunjukan albumin digunakan pada pasien dengan indikasi pada kasus chronic liver disease sebesar 42%, pada kasus diabetes mellitus sebesar 23 %, kasus sindrom nefrotik sebesar 10%, dan 25% pada kasus lainnya. Persentase penggunaan albumin yang sesuai pedoman adalah 59% dan yang tidak sesuai pedoman 41%. Pemberian albumin efektif meningkatkan kadar serum albumin yang dilihat dari rerata kenaikan serum albumin sesudah pemberian infus albumin 20% 100ml pada keempat kelompok penyakit ( p < 0,05 ). Peningkatan kadar serum albumin pada pemberian 2 fls infus albumin 20% 100 ml sama dengan pemberian 3 fls infus albumin ( p > 0,05). Kejadian efek samping dialami oleh 2 pasien (2%) yaitu berupa sesak bertambah setelah pemberian infus albumin.
PENGARUH DURASI PENGGUNAAN OBAT ANTIKOLINERGIK TERHADAP KOGNITIF PASIEN LANJUT USIA DI RAWAT JALAN Pradhani Dhaneswari; I Dewa Putu Pramantara S.; Fita Rahmawati
JURNAL FARMASI DAN KESEHATAN INDONESIA Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Farmasi dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Universitas Kristen Immanuel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61179/jfki.v1i1.149

Abstract

Durasi penggunaan obat antikolinergik memiliki pengaruh yang cukup bervariasi terhadap masing-masing individu pasien, terutama pada pasien lanjut usia. Pasien lanjut usia memiliki karakteristik khusus terkait perubahan fisiologis yang menyebabkan mereka lebih sensitif terhadap efek kognitif antikolinergik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama penggunaan antikolinergik terhadap status fungsi kognitif pada pasien lanjut usia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pasien yang menggunakan obat antikolinergik (berdasarkan daftar Anticholinergic Drug Scale, ADS) dicatat durasi penggunaannya, kemudian penilaian status fungsi kognitif diukur menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Pengambilan data dimulai pada periode Mei – Juli 2018 di Poliklinik Rawat jalan Penyakit Dalam dan Geriatri RSUP Dr. Sardjito. Korelasi didapatkan dengan menggunakan analisis multivariat regresi linier. Jumlah pasien yang menggunakan obat antikolinergik sebanyak 58 pasien (dari 102 pasien), dengan 40 pasien menggunakan obat antikolinergik tunggal, dan 18 pasien menggunakan antikolinergik lebih dari satu. Multivariat regresi liniear menunjukkan bahwa durasi penggunaan obat antikolinergik memberikan penurunan fungsi kognitif pasien lanjut usia secara bermakna (p<0,005; p=0,003), dengan nilai koefisien korelasinya (R) adalah -0,260 (95% Confidence Interval, CI: -1,041 - (-0,177)). Hasil analisis tersebut menunjukkan semakin lama penggunaan obat antikolinergik berpotensi menurunkan fungsi kognitif pada pasien lanjut usia.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN GERIATRI DENGAN STROKE ISKEMIK DI RS BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO PONTIANAK Annafiatuzakiah, Annafiatuzakiah; Fita Rahmawati
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 9: Februari 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ischemic stroke occurs when the arteries of the brain are blocked so that blood flow is reduced to the brain. Ischemic stroke requires long treatment and the use of multiple drug regimens so that there is the potential for Drug Related Problems (DRPs), unexpected events related to drug therapy that can interfere with the success of the healing process. This study aims to identify the causes of DRPs in geriatric patients diagnosed with ischemic stroke. This study used observational crosssectional design. Data collection was carried out retrospectively through medical records in 2020 at the Bhayangkara Anton Soedjarwo Hospital, Pontianak City. A total of 94 patients met the inclusion criteria including patients with a diagnosis of ischemic stroke aged 60 years or older and complete medical records. Data collection method using questionnaires and analyzed bivariately using Chi Square. The results of the study showed a relationship between risk factors age and LOS (length of Stay) with the occurrence of DRPs. At age has a p value = 0.041 and LOS has a p value = 0.031 the value is <0.05, the test using chi square confidence level used 5% with OR and CI values respectively of 2.489 (1.043-5.937) and 0.456 (0.254-0.820).