Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DESAIN RAGAM HIAS PELAMINAN MELAYU RIAU SEBAGAI INSPIRASI INOVASI KRIYA BATIK Nita Sahara; Agusti Efi; Reni Fitria; Hadiastuti Hadiastuti
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.11854

Abstract

AbstrakPelaminan Melayu adalah bagian dari tradisi budaya masyarakat Melayu yang berfungsi sebagai tempat duduk ketika pengantin wanita memiliki upacara pernikahan. Pelaminan Melayu dihiasi dengan sulaman tekat dengan menggunakan berbagai desain ragam hias Melayu. Pelaminan Melayu sebagai simbol perkawinan di Riau telah digunakan sebagai sumber inspirasi dalam pengembangan batik di Pekanbaru Riau, yang disebut batik tabir. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa ide batik tabir terinspirasi dari pelaminan Melayu Riau. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagian pelaminan Melayu yang menjadi inspirasi batik, desain ragam hias yang terdapat pada pelaminan Melayu Riau dan inovasi pada kerajinan batik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan ditetapkan dengan teknik snow ball sampling. Selanjutnya, data ditinjau dan dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Validitas data dilakukan dengan partisipan, observasi, triangulasi, pengecekan dan memberchek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) bentuk Tabir salah satu bagian pelaminan  Melayu berbentuk susunan garis-garis vertikal. 2) desain ragam hias Pelaminan Melayu Riau mengacu pada pola flora dan fauna. 3) Pelaminan Melayu sebagai inspirasi untuk inovasi batik. Konsep pola dasar batik berberupa garis-garis vertikal terinspirasi dari bentuk tabir belang pelaminan Melayu dan motif yang dirancang bersumber dari desain ragam hias yang terdapat di pelaminan Melayu Riau. Kata Kunci: Pelaminan Melayu Riau, Desain Ragam Hias dan BatikAbstractMalay pelaminan is part of the cultural traditions of the Malay community that serves as a seat when the bride has wedding ceremony. Malay pelaminan is decorated with tekat embroidery by using various pattern of Malay ornament. Malay pelaminan as a symbol of marriage in Riau has been used as a source of inspiration in the development of batik in Pekanbaru Riau, called batik tabir. However, not many people know that the idea of batik tabir is inspired from Malay pelaminan of Riau. Therefore, this study aims to describe the shape of the Malay pelaminan, pelaminan ornament motifs and innovations to the craft of batik.This research used descriptive method with qualitative approach. Its data collection of the study was conducted by using the interview technique, observation and documentation. The informants were set with snow ball sampling technique. Furthermore, the data reviewed and analyzed  by data reduction steps, presentation of data, drawing conclusions.  The validity of data was done with the participation, the observation, triangulation, checking and memberchek.The results revealed that: 1) the shape of the Malay pelaminan as a whole is rectangular. 2) The decorative motive of Malay Pelaminan Riau refers to flora and fauna pattern. 3) Malay Pelaminan as a inspiration for batik innovation. Batik is the concept of vertical lines of the form tabir belang pelaminan shape, and it is designed from  ornament  in the Malay pelaminan of Riau.Keywords: Riau Malay Pelaminan, Ornament  and Batik 
Analysis of student learning outcomes through the task learning approach toward cash pattern construction course Hadiastuti, Hadiastuti; Ernawati, Ernawati; Suci, Puji Hujria
Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan Vol 7 No 1 (2024): Regular Issue
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jptk.v7i1.30223

Abstract

The academic success of students can be measured by their aptitude for classroom learning, the role of lecturer as motivator facilitator, and fulfils other responsibilities in the learning process of a specific unit of competency or subject. The teaching presentation of the fashion pattern construction course incorporated many instructional techniques, including lectures, interactive Q&A sessions, practical exercises, and assignments. Such learning should be cultivated to ascertain the cognitive abilities of pupils in comprehending and effectively applying information to attain favourable learning outcomes. One of the techniques that lecturers can utilize to improve student learning outcomes in the Fashion Pattern Construction course is by adopting the Task Learning approach, because this approach incorporates activities for the benefit of students that can raise their interest and interaction in the course, enhance their engagement and participation in the classroom. So, this study aimed at increasing students’ learning outcomes through task learning approach. The employed approach is classroom action research, comprising four distinct stages: planning, activity, observation, and reflection. A total of 34 students, all of whom were D3 fashion design students, were the subjects of this study. The findings demonstrated the efficacy of the Task Learning methodology in enhancing student learning outcomes, as seen by the percentage increase in student learning outcomes observed between cycle 1 and cycle 2.
PAKAIAN PENGHULU: WARISAN BUDAYA DAN IDENTITAS LOKAL DI KANAGARIAN DURIAN TINGGI, KAPUR IX, LIMA PULUH KOTA Nayla Putri; Puji Hujria Suci; Hadiastuti Hadiastuti
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.52822

Abstract

The headman's clothes were passed down from generation to generation from the previous headman so that the clothes that exist today are inherited from the elders. All aspects of life in Minangkabau culture have rules, all regulated by customary rules. One of the things regulated in the traditional rules of Minangkabau traditional culture is traditional clothing. Penghulu traditional clothing has its own form, function and meaning, along with the times, the form, function and meaning of traditional penghulu clothing can change. If the shape of a piece of clothing changes, it will also change the function and meaning of the piece of clothing, as is the case with the clothes of the ruler, many people do not know about this. Many people do not know and understand the form, function and meaning of the headman's clothing. The aim of this research is to describe the form, function and meaning of the headman's clothing in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX district, Lima Puluh Kota regency. This is qualitative research with descriptive methods. The instruments in this research were the researchers themselves with observation guides, interviews, recording devices (cellphones) and writing instruments. The data used comes from observations and informants, namely the headman, village elders, soko and the community. From this research data, the form, function and meaning of the headman's clothing was found in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX District, Lima Puluh Kota Regency. The headman's clothing in Kanagarian Durian Tinggi is kopiah hitam balilik, baju hitam, sarawa hitam gadang kaki, sisampiang, cawek (ikat pinggang), selendag, keris, dan tarompa. Each form of headman's clothing has a function and meaning. The function of the headman's clothing in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX District, Lima Puluh Kota Regency, is a symbol of prosperity for the troops and as a marker as a bearer of the title of headman, each part of the headman's clothing has a meaning, the meaning of the headman's clothing as a whole in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX District, Lima Puluh Kota Regency in each set of headman clothing have a philosophy in the form of the headman's duties, the way the headman behaves, and the taboos for a headman.Keywords : Clothing, Penghulu, Form, Function, MeaningAbstrakPakaian penghulu diwariskan secara turun temurun dari penghulu sebelumnya, pakaian yang ada saat ini, adalah peninggalan para tetua. Segala rangkaian kehidupan dalam kebudayaan Minangkabau mempunyai aturan, seluruhnya diatur dalam aturan adat. Salah yang diatur dalam aturan  adat  pada budaya adat Minangkabau adalah pakaian adat. Pakaian adat penghulu memiliki bentuk, fungsi dan makna tersendiri, seiring dengan perkembangan zaman bisa mengubah bentuk, fungsi dan makna dari pakaian adat penghulu. Jika bentuk  dari sebuah pakaian berubah maka juga akan merubah fungsi dan makna dari sebuah pakaian begitupun dengan pakaian penghulu banyak masyarakat yang tidak megetahui akan hal itu. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan memahami bentuk, fungsi dan makna pakaian penghulu. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Ini merupaka penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan panduan observasi, wawancara, alat perekam (handphone) dan alat tulis. Data yang digunakan berasal dari hasil observasi dan informan yaitu penghulu, tetua kampung, soko dan masyarakat. Dari data penelitian ini ditemukan bentuk, fungsi dan makna pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi yaitu kopiah hitam balilik, baju hitam, sarawa hitam gadang kaki, sisampiang, cawek (ikat pinggang), selendag, keris, dan tarompa. Tiap bentuk dari pakaian penghulu memiliki fungsi dan makna. Fungsi pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu lambang kebeseran bagi pasukuan dan sebagai penanda sebagai pembawa gelar penghulu, setiap bagian-bagian pakaian penghulu memiliki makna, makna pakaian penghulu secara keseluruhan di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota pada tiap perangkangkat pakaian penghulu memiliki filosofi berupa tugas-tugas penghulu, cara penghulu bersikap, serta pantangan bagi seorang penghulu.Kata kunci: Pakaian, Penghulu, Bentuk, Fungsi, Makna Authors:Nayla Putri : Universitas Negeri PadangPuji Hujria Suci : Universitas Negeri PadangHadiastuti : Universitas Negeri Padang ReferencesBudiwirman, & Syafwandi. (2019). Hermeneutika Songket sebagai Pakaian Adat. Gorga Jurnal Seni Rupa, 08, 1“9.Desmaleni, R., Efi, A., & Yuliarma. (2014). Studi Tentang Desain Ragam Hias Pakaian Pengantin Tradisional Lubuk Begalung Padang. In Journal of Home Economics and Tourism (Vol. 6, Issue 2, pp. 1“16). https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=studi+tentang+desain+ragam+hias+pakaian+pengantin+tradisional+lubuk+begalung+padang&btnG=Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. (2023). Bentuk Pakaian Adat Panghulu Di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167. https://doi.org/10.24114/gr.v12i1.45337Hermalia, C., & Yuliarma. (2021). Perubahan Desain Busana Adat Pengantin Wanita Di Kota Pariaman Sumatera Barat. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 515. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.29093Jacobus, S. I. W., & Sumarauw, J. S. (2018). Analisis Sistem Manajemen Pergudangan Pada Cv. Pasific Indah Manado Warehousing Management System Analysis on Cv. Pasific Indah Manado. Analisis Sistem Manajemen¦¦ 2278 Jurnal EMBA, 6(4), 2278“2287.Muzaiyanah. (2015). Jenis Makna Dan Perubahan Makna. Wardah, 25, 145“152.Putri, R. N. (2023). Perubahan kombinasi warna busana adat pengantin tradisional wanita lintau buo sumatera barat. 1(1), 21“26.Sagala, G., Mesran, M., Sutiksno, D. U., Yuhandri, Y., & Suginam, S. (2017). Perancangan Aplikasi Pembelajaran Pakaian Adat Asli Indonesia Berbasis Multimedia Dan Web Menerapkan Metode Computer Assisted Instruction (Cai). JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 4(4), 12“15. http://www.stmik-budidarma.ac.id/ejurnal/index.php/jurikom/article/view/711Sola, E. (2020). œ BUNDO KANDUAN G MINANGKABAU Vs. KEPEMIMPINAN. 4(1), 346“359.Surasetja, R. I. (2007). Fungsi, ruang, bentuk dan ekspresi dalam arsitektur. Bahan Kuliah, 1“13.Wirandi, R., & B. P., M. M. (2021). Fungsi Musik Dalam Upacara Perayaan Ritual Thaipusam Etnis Hindu Tamil Di Banda Aceh. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 415. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28379Yuliarma. (2016). Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Busana. 1“11. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Dasar-Dasar+Teknik+Pembuatan+Busana&btnG=Yunus, R. R., Efi, A., & Yuliarma. (2014). STUDI TENTANG BUSANA PENGANTIN TRADISIONAL KURAI BUKITTINGGI. 1“21. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=STUDI+TENTANG+BUSANA+PENGANTIN+TRADISIONAL+KURAI+BUKITTINGGI&btnG= 
PENGEMBANGAN E-MODUL MATERI PEMBUATAN POLA DASAR SISTEM SO-EN MATA KULIAH KONTRUKSI POLA BUSANA UNTUK MAHASISWA TATA BUSANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG Susmelly, Sri; Ernawati, Ernawati; Nelmira, Weni; Suci, Puji Hujria; Hadiastuti, Hadiastuti
EDUTECH Vol 24, No 3 (2025): (Online First) October 2025
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v24i3.85042

Abstract

This study was motivated by the limited availability of learning resources and the difficulties students face in understanding the steps involved in constructing basic patterns using the So-en system. These difficulties are particularly evident in key stages such as body measurement, fabric planning, cutting, sewing, fitting, and finishing. The instructional materials currently used in the learning process are primarily in the form of jobsheets, which do not adequately support students’ comprehensive understanding. The purpose of this study is to develop an e-module on basic pattern making using the So-en system for the Konstruksi Pola Busana (Garment Pattern Construction) course, targeted at students in the Fashion Design Diploma Program at Universitas Negeri Padang. The research employed a Research and Development (RD) approach, utilizing the 4D development model: Define, Design, Develop, and Disseminate. However, the Disseminate phase was not conducted due to time and budget constraints. The research instruments consisted of validity and practicality questionnaires. Content and media validation were carried out by two media experts and two subject matter experts. Practicality testing was conducted by one course instructor and through student trials in both small and large groups. The small group trial involved 10 students, while the large group trial included 23 students from the Fashion Design Diploma Program. The results showed that the media experts rated the e-module 91% valid, while the subject matter experts gave a 93% validity rating, both falling into the “very valid” category. The practicality assessment yielded a 94% rating from the lecturer, 92% from the small group, and 91% from the large group, all categorized as “very practical.” Based on these findings, the developed e-module is proven to be both valid and practical, making it suitable for use in the learning process of the Konstruksi Pola Busana course. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan sumber belajar dan kesulitan mahasiswa dalam memahami langkah kerja pembuatan pola dasar dengan sistem so-en, terutama pada tahap pengambilan ukuran, perancangan bahan, pemotongan, menjahit, fitting hingga finishing. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran masih terbatas berupa jobsheet, sehingga belum cukup mendukung pemahaman mahasiswa secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengambangkan e-modul pembuatan pola dasar sistem so-en pada mata kuliah Kontruksi Pola Busana bagi mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Padang. Metode yang digunakan adalah penelitian pengembangan (Research and Development) dengan model 4D, yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan, dan disseminate (penyebaran). Namun pada penelitian ini tahap penyebaran belum bisa dilakukan mengingat keterbatasan peneliti pada segi waktu dan biaya. Intrumen penelitian ini berupa angket uji validitas dan kepraktisan. Validasi dilakukan kepada dua orang ahli media dan dua orang ahli materi. Uji kepraktisan dilakukan kepada satu dosen pengampu mata kuliah, uji coba mahasiswa melalui uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompek besar. Uji coba kelompok kecil diujicobakan kepada 10 orang mahasiswa D3 Tata Busana dan uji coba kelompok besar diujicobakan kepada 23 orang mahasiswa D3 Tata Busana. Berdasarkan uji validitas ahli media mendapatkan presentase 91% dengan kategori sangat valid, lalu hasil uji validitas ahli materi mendapat presentase 93% dikategorikan sangat valid. Berdasarkan uji kepraktisan dosen didapatkan nilai dengan presentase 94% dengan kategori sangat praktis, lalu uji coba kelompok kecil diperoleh nilai dengan presentase 92% dengan kategori sangat praktis, dan uji coba kelompok besar diperoleh nilai dengan presentase 91% yang dikategorikan sangat praktis. Berdasarkan hasil uji validitas dan kepraktisan dapat disimpulkan bahwa media e-modul materi pembuatan pola dasar sistem so-en mata kuliah Kontruksi Pola Busana terbukti valid dan praktis sehingga dapat digunakan pada proses pembelajaran.
Optimalisasi limbah industri busana untuk hiasan busana dengan pendekatan zero waste dalam program pemberdayaan ibu PKK Nagari Sungai Jambu Hadiastuti, Hadiastuti; Husni, Rafikah; Dewi, Siska Miga; Suci, Puji Hujria
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 5 (2025): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i5.34184

Abstract

AbstrakLimbah industri busana merupakan salah satu konstributor utama limbah tekstil yang berdampak signifikan terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik dan tepat. Pendekatan zero waste menjadi solusi strategis untuk meminimalkan limbah dengan cara mendaur ulang dan memanfaatkan kembali material yang ada. Program ini bertujuan untuk memberdayakan ibu PKK di Nagari Sungai Jambu melalui pelatihan pemanfaatan limbah busana menjadi hiasan busana yang memiliki nilai estetika dan ekonomis. Metode yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR), dengan tahapan pelaksanaan meliputi: sosialisasi, penyampaian teori, pelatihan, demonstrasi, praktik, pendampingan, evaluasi, dan tindak lanjut. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta terkait konsep zero waste, keterampilan teknis dalam pengolahan limbah tekstil, serta motivasi berwirausaha. Pelatihan ini juga berhasil menghasilkan berbagai karya hiasan busana berbasis limbah yang berpotensi dipasarkan secara lokal. Dengan demikian, program ini tidak hanya berkonstribusi pada pengurangan limbah tekstil, tetapi juga memperkuat ekonomi kreatif berbasis komunitas melalui pemberdayaan perempuan. Kata kunci: zero waste; limbah industri busana; hiasan busana; pemberdayaan; ibu PKK. Fashion industry waste is one of the main contributors to textile waste that has a significant impact on the environment if not managed properly. The zero waste approach is a strategic solution to minimize waste by recycling and reusing existing materials. This program aims to empower PKK mothers in Nagari Sungai Jambu through training in the utilization of fashion waste into fashion ornaments that have aesthetic and economic value. The method used is Participatory Action Research (PAR), with implementation stages including: socialization, theory delivery, training, demonstration, practice, mentoring, evaluation, and follow-up. The results of the activity showed a significant increase in participants' knowledge related to the concept of zero waste, technical skills in processing textile waste, and entrepreneurial motivation. This training also succeeded in producing various waste-based fashion decoration works that have the potential to be marketed locally. Thus, this program not only contributes to the reduction of textile waste, but also strengthens the community-based creative economy through women empowerment. Keywords: zero waste; fashion industry waste; fashion embellishment; empowerment; women PKK.
PAKAIAN PENGHULU: WARISAN BUDAYA DAN IDENTITAS LOKAL DI KANAGARIAN DURIAN TINGGI, KAPUR IX, LIMA PULUH KOTA Putri, Nayla; Suci, Puji Hujria; Hadiastuti, Hadiastuti
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.52822

Abstract

The headman's clothes were passed down from generation to generation from the previous headman so that the clothes that exist today are inherited from the elders. All aspects of life in Minangkabau culture have rules, all regulated by customary rules. One of the things regulated in the traditional rules of Minangkabau traditional culture is traditional clothing. Penghulu traditional clothing has its own form, function and meaning, along with the times, the form, function and meaning of traditional penghulu clothing can change. If the shape of a piece of clothing changes, it will also change the function and meaning of the piece of clothing, as is the case with the clothes of the ruler, many people do not know about this. Many people do not know and understand the form, function and meaning of the headman's clothing. The aim of this research is to describe the form, function and meaning of the headman's clothing in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX district, Lima Puluh Kota regency. This is qualitative research with descriptive methods. The instruments in this research were the researchers themselves with observation guides, interviews, recording devices (cellphones) and writing instruments. The data used comes from observations and informants, namely the headman, village elders, soko and the community. From this research data, the form, function and meaning of the headman's clothing was found in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX District, Lima Puluh Kota Regency. The headman's clothing in Kanagarian Durian Tinggi is kopiah hitam balilik, baju hitam, sarawa hitam gadang kaki, sisampiang, cawek (ikat pinggang), selendag, keris, dan tarompa. Each form of headman's clothing has a function and meaning. The function of the headman's clothing in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX District, Lima Puluh Kota Regency, is a symbol of prosperity for the troops and as a marker as a bearer of the title of headman, each part of the headman's clothing has a meaning, the meaning of the headman's clothing as a whole in Kanagarian Durian Tinggi, Kapur IX District, Lima Puluh Kota Regency in each set of headman clothing have a philosophy in the form of the headman's duties, the way the headman behaves, and the taboos for a headman.Keywords : Clothing, Penghulu, Form, Function, MeaningAbstrakPakaian penghulu diwariskan secara turun temurun dari penghulu sebelumnya, pakaian yang ada saat ini, adalah peninggalan para tetua. Segala rangkaian kehidupan dalam kebudayaan Minangkabau mempunyai aturan, seluruhnya diatur dalam aturan adat. Salah yang diatur dalam aturan  adat  pada budaya adat Minangkabau adalah pakaian adat. Pakaian adat penghulu memiliki bentuk, fungsi dan makna tersendiri, seiring dengan perkembangan zaman bisa mengubah bentuk, fungsi dan makna dari pakaian adat penghulu. Jika bentuk  dari sebuah pakaian berubah maka juga akan merubah fungsi dan makna dari sebuah pakaian begitupun dengan pakaian penghulu banyak masyarakat yang tidak megetahui akan hal itu. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan memahami bentuk, fungsi dan makna pakaian penghulu. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Ini merupaka penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan panduan observasi, wawancara, alat perekam (handphone) dan alat tulis. Data yang digunakan berasal dari hasil observasi dan informan yaitu penghulu, tetua kampung, soko dan masyarakat. Dari data penelitian ini ditemukan bentuk, fungsi dan makna pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi yaitu kopiah hitam balilik, baju hitam, sarawa hitam gadang kaki, sisampiang, cawek (ikat pinggang), selendag, keris, dan tarompa. Tiap bentuk dari pakaian penghulu memiliki fungsi dan makna. Fungsi pakaian penghulu di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu lambang kebeseran bagi pasukuan dan sebagai penanda sebagai pembawa gelar penghulu, setiap bagian-bagian pakaian penghulu memiliki makna, makna pakaian penghulu secara keseluruhan di Kanagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota pada tiap perangkangkat pakaian penghulu memiliki filosofi berupa tugas-tugas penghulu, cara penghulu bersikap, serta pantangan bagi seorang penghulu.Kata kunci: Pakaian, Penghulu, Bentuk, Fungsi, Makna Authors:Nayla Putri : Universitas Negeri PadangPuji Hujria Suci : Universitas Negeri PadangHadiastuti : Universitas Negeri Padang ReferencesBudiwirman, & Syafwandi. (2019). Hermeneutika Songket sebagai Pakaian Adat. Gorga Jurnal Seni Rupa, 08, 1“9.Desmaleni, R., Efi, A., & Yuliarma. (2014). Studi Tentang Desain Ragam Hias Pakaian Pengantin Tradisional Lubuk Begalung Padang. In Journal of Home Economics and Tourism (Vol. 6, Issue 2, pp. 1“16). https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=studi+tentang+desain+ragam+hias+pakaian+pengantin+tradisional+lubuk+begalung+padang&btnG=Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. (2023). Bentuk Pakaian Adat Panghulu Di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167. https://doi.org/10.24114/gr.v12i1.45337Hermalia, C., & Yuliarma. (2021). Perubahan Desain Busana Adat Pengantin Wanita Di Kota Pariaman Sumatera Barat. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 515. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.29093Jacobus, S. I. W., & Sumarauw, J. S. (2018). Analisis Sistem Manajemen Pergudangan Pada Cv. Pasific Indah Manado Warehousing Management System Analysis on Cv. Pasific Indah Manado. Analisis Sistem Manajemen¦¦ 2278 Jurnal EMBA, 6(4), 2278“2287.Muzaiyanah. (2015). Jenis Makna Dan Perubahan Makna. Wardah, 25, 145“152.Putri, R. N. (2023). Perubahan kombinasi warna busana adat pengantin tradisional wanita lintau buo sumatera barat. 1(1), 21“26.Sagala, G., Mesran, M., Sutiksno, D. U., Yuhandri, Y., & Suginam, S. (2017). Perancangan Aplikasi Pembelajaran Pakaian Adat Asli Indonesia Berbasis Multimedia Dan Web Menerapkan Metode Computer Assisted Instruction (Cai). JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 4(4), 12“15. http://www.stmik-budidarma.ac.id/ejurnal/index.php/jurikom/article/view/711Sola, E. (2020). œ BUNDO KANDUAN G MINANGKABAU Vs. KEPEMIMPINAN. 4(1), 346“359.Surasetja, R. I. (2007). Fungsi, ruang, bentuk dan ekspresi dalam arsitektur. Bahan Kuliah, 1“13.Wirandi, R., & B. P., M. M. (2021). Fungsi Musik Dalam Upacara Perayaan Ritual Thaipusam Etnis Hindu Tamil Di Banda Aceh. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 415. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28379Yuliarma. (2016). Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Busana. 1“11. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Dasar-Dasar+Teknik+Pembuatan+Busana&btnG=Yunus, R. R., Efi, A., & Yuliarma. (2014). STUDI TENTANG BUSANA PENGANTIN TRADISIONAL KURAI BUKITTINGGI. 1“21. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=STUDI+TENTANG+BUSANA+PENGANTIN+TRADISIONAL+KURAI+BUKITTINGGI&btnG= 
Cultural Wisdom in Fashion Design Learning: Bibliometric Meta-Analysis of Educational Trends Aryati, Yulia; Husni, Rafikah; Oktaviani, Vina; Hadiastuti, Hadiastuti
YASIN Vol 5 No 4 (2025): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Yasin AlSys

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58578/yasin.v5i4.6375

Abstract

The development of the fashion industry in the era of globalization demands adaptation to trends without abandoning cultural identity, making culture-based learning essential in fashion design education. This study aims to explore the integration of local cultural elements into the fashion design education curriculum and to assess its impact on learning through bibliometric analysis. The bibliometric method was conducted using Scopus data on publications related to fashion design and education, yielding 100 documents analyzed to identify publication trends, author and affiliation productivity, and the most cited articles. The findings reveal an annual publication growth rate of 14.9%, indicating rising interest in this topic. The analysis also identifies five of the most productive affiliations and authors, with major contributions from countries such as China, South Korea, and the United States. This study concludes that integrating local cultural values into fashion design education has considerable potential to be developed with the support of modern technology. The implications provide a foundation for developing a fashion design curriculum that is sustainable, adaptive, and culturally relevant amid the challenges of the global industry.
Analysis of student learning outcomes through the task learning approach toward cash pattern construction course Hadiastuti, Hadiastuti; Ernawati, Ernawati; Suci, Puji Hujria
Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan Vol 7 No 1 (2024): Regular Issue
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jptk.v7i1.30223

Abstract

The academic success of students can be measured by their aptitude for classroom learning, the role of lecturer as motivator facilitator, and fulfils other responsibilities in the learning process of a specific unit of competency or subject. The teaching presentation of the fashion pattern construction course incorporated many instructional techniques, including lectures, interactive Q&A sessions, practical exercises, and assignments. Such learning should be cultivated to ascertain the cognitive abilities of pupils in comprehending and effectively applying information to attain favourable learning outcomes. One of the techniques that lecturers can utilize to improve student learning outcomes in the Fashion Pattern Construction course is by adopting the Task Learning approach, because this approach incorporates activities for the benefit of students that can raise their interest and interaction in the course, enhance their engagement and participation in the classroom. So, this study aimed at increasing students’ learning outcomes through task learning approach. The employed approach is classroom action research, comprising four distinct stages: planning, activity, observation, and reflection. A total of 34 students, all of whom were D3 fashion design students, were the subjects of this study. The findings demonstrated the efficacy of the Task Learning methodology in enhancing student learning outcomes, as seen by the percentage increase in student learning outcomes observed between cycle 1 and cycle 2.
Pelatihan dan pendampingan UMKM di bidang busana meningkatkan ekonomi masyarakat di Nagari Lubuak Batingkok Ernawati, Ernawati; Efi, Agusti; Hadiastuti, Hadiastuti; Putri, Elviza Yeni; Aze, Hazevi Atila Yazel
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 6 (2025): November (In Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i6.34490

Abstract

AbstrakPakaian saat ini  bukan hanya menjadi kebutuhan pokok manusia, melainkan telah menjadi bagian fashion yang mengalami perubahan sangat pesat. Hal inilah yang mendasari banyaknya usaha busana atau usaha produktif yang dimiliki perorangan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota dengan ciri khasnya masing-masing. Masyarakat di nagari Lubuak Batingkok banyak yang berusaha dibidang fashion perorangan, salah satunya menerima jahitan  (modiste). Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan untuk meningkatkan usaha perorangan tentang  (1) pengetahuan para penjahit (pengusaha modiste) dalam mendesain dan teknik menjahit, (2) meningkatkan keterampilan dibidang menjahit baju kurung basiba dan busana muslimah sesuai dengan kebutuhan konsumen, (3) melatih dan melakukan pendampingan para pengusaha modiste agar lebih terampil  dalam memproduksi busana sesuai pesanan konsumen. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah analisis keterampilan SDM dibidang modiste, menyusun program, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi. Hasil dari PKM ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mitra dalam beberapa aspek, antara lain meningkatnya pemahaman peserta mengenai desain dan teknik menjahit, ketepatan pembuatan pola, serta kerapian hasil jahitan. Indikator keberhasilan program terlihat dari (1) meningkatnya keterampilan peserta dalam pembuatan baju kurung basiba sesuai standar teknik, (2) kemampuan peserta menghasilkan karya busana secara mandiri, (3) keaktifan peserta selama pelatihan, dan (4) tersusunnya rencana tindak lanjut berupa pendampingan usaha modiste di nagari tersebut. Secara keseluruhan, program ini memberikan solusi nyata bagi permasalahan mitra dan berkontribusi pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Nagari Lubuak Batingkok. Kata kunci: pelatihan; pendampingan; keterampilan SDM. AbstractClothing today is not only a basic human necessity but has also become an integral part of the fashion industry, which is experiencing rapid transformation. This development has encouraged the emergence of numerous fashion-related businesses and productive enterprises owned by individuals and Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) in Limapuluh Kota Regency, each with its own distinctive characteristics. Many residents of Nagari Lubuak Batingkok are engaged in individual fashion enterprises, including tailoring services (modiste). This Community Partnership Program (PKM) was implemented to strengthen individual businesses by: (1) enhancing the knowledge of tailors (modiste entrepreneurs) in fashion design and sewing techniques, (2) improving their skills in producing baju kurung basiba and Muslim fashion in accordance with consumer needs, and (3) providing training and mentoring to increase their proficiency in producing garments based on customer orders. The methods used in this program included assessing human resource skills in the modiste sector, developing an appropriate training program, conducting training activities, and performing evaluations. The results of this PKM indicate an improvement in the partners’ abilities across several aspects, including increased understanding of fashion design and sewing techniques, greater accuracy in pattern making, and enhanced neatness in the final products. Indicators of program success include: (1) improved participant skills in producing baju kurung basiba that meet technical standards, (2) the ability of participants to produce garments independently, (3) active engagement during the training sessions, and (4) the development of a follow-up plan for continued mentoring of modiste businesses in the nagari. Overall, this program provides practical solutions to the partners’ challenges and contributes to efforts to improve the welfare of the community in Nagari Lubuak Batingkok. Keywords: training; mentoring; human resource skills.