Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

REBA JUMA: KELESTARIAN PRAKTEK AGROFORESTRI LOKAL PADA MASYARAKAT KARO, PROPINSI SUMATERA UTARA Oding Affandi; Edy Batara Mulya Siregar
JURNAL AGRICA Vol 3, No 1 (2010): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v3i1.1376

Abstract

Reba Juma yang ada di Desa Kuta Tualah Kecamatan Namorambe' Kabupaten Deli Serdang,Sumatera Utara, merupakan sistem agroforestri kompleks yang telah dikembangkan olehmasyarakat sejak puluhan tahun yang lalu. Informasi komprehensif tentang bagaimanapengelolaan Reba Juma dapat bertahan, mampu memelihara praktek adat/budaya dan melindungihutan, serta menyumbang kesejahteraan hidup masyarakat setempat, masih sangat terbatas. Olehkarenanya penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhimasyarakat mempertahankan Reba Juma dan kontribusi Reba Juma terhadap perekonomianrumah tangga. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2009. Data penelitian diperolehdengan wawancara mendalam dan observasi. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisisdan menggambarkan fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Reba Jumamerupakan praktek agroforestri lokal masyarakat Karo dalam bentuk kebun campuran.Kelestarian Reba Juma hingga saat ini, memiliki kaitan yang erat dengan aspek ekonomi,lingkungan, dan sosial-budaya masyarakat Karo. Secara ekonomi, Reba Juma menghasilkanproduk yang beragam dan merata sepanjang tahu, sehingga Reba Juma memberikan kontribusipendapatan sekitar 86,79% terhadap pendapat total keluarga pemilik Reba Juma. Sedangkansecara lingkungan, Reba Juma memiliki strata tajuk yang belapis (multistrata) dankeanekaragaman jenis yang tingggi. Keadaan ini menjadikan Reba Reba Juma mampumenciptakan iklim mikro yang baik, membantu kesuburan lahan, mencegah erosi, sertamempunyai peranan penting bagi pelestarian kultivar tanaman kehutanan dan tanaman pertanian.Adapun secara sosial budaya keberadaan Reba Juma sangat terkait dengan dengan polapenguasaan lahan (tenurial), identitas kultural masyarakat, dan kelembagaan lokal yangdijalankan melalui sistem kekerabatan masyarakat Karo, yang dikenal dengan daliken sitelu.Kata kunci: Reba Juma, agroforestri, ekonomi, lingkungan, dan sosial
DAMPAK KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENGELOLAAN HUTAN TERHADAP PEREKONOMIAN MASyARAKAT SEKITAR HUTAN (STUDI KASUS KABUPATEN MALINAU, KALIMANTAN TIMUR) Oding Affandi; Edi Batara Mulya Siregar
JURNAL AGRICA Vol 1, No 1 (2008): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v1i1.1325

Abstract

Dengan pemberlakuan otonomi daerah dan desentralisasi, daerah (kabupaten) mempunyai kewenangan untuk mengelola daerahnya, termasuk sumberdaya hutan (SDH), menurut prakarsa sendiri dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Namun dengan otonomi banyak kabupaten yang mengalami dilema dalam mengelola SDH di wilayahnya yang dihadapkan pada pilihan antara pengelolaan hutan yang lestari dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjalankan roda pembangunannya.Hasil penelitian di tiga desa lokasi penelitian (Long Pangin, Laban Nyarit, and Langap) Kabupaten Malinau, menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi hutan dengan dikeluarkannya IPPK dan IUPHHK belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Hasil wawancara terhadap responden di ketiga desa menunjukkan bahwa persepsi perubahan ekonomi rumah tangga (RT) pada saat ini (setelah IPPK) adalah 53% ”lebih buruk”, 30% ”lebih baik”, dan 17% ”sama saja” jika dibandingkan dengan sebelum IPPK. Sedangkan kebijakan IUPHHK sebagai penganti IPPK juga dirasakan masyarakat belum meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini ditunjukkan oleh persepsi masyarakat Laban Nyarit (dimana ada kegiatan IUPHHK) yang menyatakan bahwa ekonomi RT pada saat ini (saat ada IUPHHK) adalah 60% ”lebih buruk”, 23% ”lebih baik”, dan 17°o ”sama saja” jika dibandingkan dengan sebelum IUPHHK. Kata kunci:          otonomi daerah, desentralisasi pengelolaan hutan, IPPK dan IUPHHK,                                 kesejahteraan masyarakat
KAJIAN PRODUKTIVITAS DURIAN (Durio zibethinus Murray) PADA AGROFOREST KARET (Hevea brasiliensis Muell) DI SEKITAR HUTAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG TORU Edy Batara Mulya Siregar; Oding Affandi
JURNAL AGRICA Vol 3, No 1 (2010): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v3i1.1377

Abstract

Dewasa ini, hutan di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru mengahadapipermasalahan bentuk pola pemanfaatan lahan dan tekanan dari penduduk di sekitar daerahtersebut. Lokasi dari kawasan ini terdiri dari berbagai pola pemanfaatan lahan seperti pertaniandan agroforest. Selain itu DAS Batang toru merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragamanhayati yang tinggi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mempelajari produktivitas agroforestkaret dan hubungannya dengan pengetahuan lokal petani setempat. Untuk mencapai tujuantersebut, dilakukan pengukuran produktivitas durian dengan menggunakan parameter ukuranbatang, Crown position dan Crown form dan wawancara dengan petani lokal di Desa Sibulan-bulan dan Huta Gut-Gut, dengan total 32 kebun agroforest karet. Model produksi yang didapatdari kebun agroforest karet di hutan sekitar DAS Batang Toru adalah Y = 0.972 X1 -0.361 X1X2+ 0,994 X1X3. Bentuk tajuk lebih berpengaruh kuat terhadap produktivitas durian dibandingdengan posisi tajuk pohon. Hal ini terjadi, karena pohon dengan posisi tajuk yang tinggi adalahpohon tua yang tidak memiliki cukup dahan untuk tempat buah berkembang. Kondisi inibertambah buruk dengan tiupan angin yang keras pada pohon dengan posisi tajuk yang tinggi.Praktek pengetahuan lokal di daerah ini adalah teknik penanaman sisipan untuk meremajakanpohon yang sudah tua dan mati.Kata kunci : produktivitas, agroforest karet, bentuk tajuk, posisi tajuk.
KAJIAN POTENSI HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Nagori Raya Huluan dan Dusun Marubun Pane Kabupaten Simalungun) Oding Affandi
JURNAL AGRICA Vol 1, No 2 (2008): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v1i2.1322

Abstract

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik (UU No. 41/1999). Hutan rakyat telah memberikan manfaat baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial budaya. Berdasarkan taksiran potensi kayu di Nagori Raya Huluan dan Dusun Marubun Pane, potensi hutan rakyat di Kabupaten Simalungun tergolong tinggi dengan rata-rata sekitar 398,84 m3/ha dan lebih besar potensinya bila dibandingkan dengan potensi per hektar untuk seluruh jenis tanaman kayu dari hutan alam di Propinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 142,48 m3/ha. Potensi hutan yang rakyat yang tinggi menjadikan hasil dari hutan rakyat sebagai salah satu sumber pendapatan yang penting bagi rumah tangga. Meskipun pendapatan dari hutan rakyat bukan sebagai pendapatan utama namun pendapatan dari hutan rakyat telah memberikan kontribusi rata-rata 31 % terhadap pendapatan total rumah tangga.Kata Kunci : potensi, hutan rakyat, kontribusi, pendapatan, Simalungun
Analisis Kelembagaan Implementasi Perhutanan Sosial di Provinsi Sumatera Utara Oding Affandi
Inovasi Vol 16 No 2 (2019): JURNAL INOVASI VOL. 16 NO. 2 OKTOBER 2019
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33626/inovasi.v16i2.146

Abstract

The Social Forestry (SF) Programme, as one of the policy innovations in forest management in Indonesia, was made so the community has legal rights and access to use the forest. Since the SF programme was issued in 2016, its implementation was still slow and has not supported the achievement of good forest governance. The research objective was to analyze the institutional of the SF implementation. Data collection methods were carried out by interviews, FGD, and document review. The study analysis was carried out descriptively and institutional through a framework approach: Institutions Structure - Characteristic of Resource – Actor Behavior – Performance. The institutional situation of the PS program shown: (1) The North Sumatra Provincial Government did not yet have a specific regulation regarding Facilitation of SF Programme Implementation; (2) The SF programme was able to change the characteristics of forest resource from common pool goods to private goods; (3) differences in actor's interests and power make actor behavior not fully support the SF programme; (4) The performance of the SF programme implementation was categorized as low. To improve institutional performance should be recommended: At the national level, the government issues Presidential Instruction or Presidential Decree and at the provincial level, the regional government issues a Governor's Regulation on Facilitation of SF Implementation; Increasing the capacity and mentoring of SF programme implementing actors; The expert group developed an action plan for enhancing SF programme implementation; To increase the motivation of SF actors, the government organized a Social Forestry Innovation Award; and There were integration of SF programme with forest resource based industries or services and using digital information technology. Keywords: Social Forestry; Institutional; Forest Governance, North Sumatera Province
Upaya Membangun Harmoni Penghidupan Manusia dan Konservasi Harimau Sumatera Melalui Program Desa Binaan USU di Timbang Lawan, Kabupaten Langkat Pindi Patana; Yulia Siti Maisaroh; Apri Heri Iswanto; Adrian Hilman; Agus Purwoko; Mariah Ulfa; Alfan Gunawan Ahmad; Ma'rifatin Zahrah; Oding Affandi; Nurdin Sulistiyono; Eddy Mirwandhono; Achmad Siddik Toha; Moehar Maraghiy Harahap; Tati Vidiana Sari; Ahmad Sadeli; Ahmad Baiquni Rangkuti; Erni Jumilawaty; Yunus Afifuddin
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SINAPMAS) Perguruan Tinggi Mengabdi: Berkarya dan Berinovasi Untuk Membangun Masyarakat Semakin Tangguh di Mas
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SINAPMAS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Timbang Lawan merupakan salah satu desa di Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat dan menjadi zona penyangga (buffer zone) Taman Nasional Gunung Leuser. Salah satu masalah desa adalah kemunculan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang menyerang ternak warga di pinggiran hutan. Selain mengakibatkan kerugian materi, serangan harimau sumatera berpotensi menimbulkan persepsi negative terhadap satwaliar tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengabdian USU ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun harmoni antara penghidupan masyarakat dengan konservasi harimau. Kegiatan terdiri dari lima bagian, yaitu: membangun kandang anti harimau, pemeliharaan rusa untuk restocking pakan harimau, restorasi, pembuatan pakan ternak dan pengembangan ekowisata. Metode yang digunakan adalah transfer pengetahuan dan pelibatan masyarakat melalui praktek langsung lapangan. Masyarakat sangat antusias dan pemerintah desa sangat mendukung kegiatan ini, karena dapat memberi solusi langsung terhadap permasalahan masyarakat desa.Kata kunci: Timbang Lawan, Harimau sumatera, penghidupan, konservasi, konflik
Gayo Lues Regency Community Perception and Participation in the Implementation of Forest and Land Rehabilitation Activities (RHL) Iskandar; Orang Kaya Hasnanda Syahputra; Oding Affandi
Journal of Sylva Indonesiana Vol. 8 No. 01 (2025): Journal of Sylva Indonesiana
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/jsi.v8i01.12392

Abstract

Perceptions and participation of the community must be encouraged cso that forest and land rehabilitation activities become a shared responsibility so that forests do not experience degradation which is very worrying. The purpose of this study is to determine the perception, participation and factors that influence community participation in forest and land rehabilitation activities. The flock that will be conducted research related to Forest and Land Rehabilitation consists of 3 sub-districts namely Terangun, Blangkejeren, and Blangjerango sub-districts of Gayo Lues Regency with a total sample of 91 people. The findings showed that the level of community perception in Terangun, Blangkejeren, and Blangjerango sub-districts on Land and Forest Rehabilitation activities obtained a perception value classified as good in each aspect, namely aspects of planning, implementation, utilization and evaluation. Furthermore, the level of community participation in forest and land rehabilitation (RHL) activities in Terangun, Bangkejeren, and Blangjerango sub-districts can be said to have high participation in each aspect, namely planning, implementation, utilization and evaluation. Then the factors that influence the level of community participation in Land and Forest Rehabilitation activities are age, education level, and income
Edukasi Tentang Rehabilitasi Hutan Mangrove Lubuk Kertang Pasca Illegal Logging dan Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Batubara, Ridwanti; Afifuddin Dalimunte; Saleha Hannum; Oding Affandi
Abdi Dharma Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal ini dikelola oleh Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Ma
Publisher : LP3kM Universitas Buddhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31253/ad.v5i1.3544

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang paling penting dan bernilai, merupakan areal hutan yang berhubungan langsung dengan lautan yang mempunyai fungsi ekologi, sosial ekonomi, dan fisik. Menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove telah mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kondisi hutan mangrove Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada saat ini mengalami kerusakan akibat kegiatan illegal logging yang terjadi pada tahun 2023. Tujuan kegiatan PPM yang dilakukan adalah mengedukasi masyarakat tentang rehabilitasi hutan mangrove dan pemberdayaan Kelompok Tani Hutan (KTH). Metode kegiatan meliputi edukasi melalui pemaparan materi, tanya jawab dan diskusi serta pemberian kuisioner kepada peserta yang dihadiri oleh 18 orang.  Hasil kegiatan dari kuisionor menunjukkan bahwa anggota KTH merasa perlu dan butuh untuk merehabilitasi hutan mangrove pasca adanya kegiatan illegal logging. Anggota KTH juga bersedia untuk aktif kembali mengelola kawasan hutan yang rusak melalui kegiatan rehabilitasi.  Anggota KTH juga berharap bisa melakukan kegiatan yang dari kegiatan tersebut nantinya berdaya secara ekonomi, tentunya kegiatan tersebut membutuhkan pendampingan dan keterlibatan berbagai pihak. Pihak Universitas dalam hal ini Universitas Sumatera Utara mengambil peran turut serta dalam kegiatan pendampingan dan rehabilitasi tersebut. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan adalah melakukan penanaman pada areal hutang mangrove yang rusak, khususnya pada areal yang terbuka karena kayunya habis ditebang.
ANALYSIS OF SOCIAL FORESTRY BUSINESS MANAGEMENT IN FOREST MANAGEMENT UNIT (FMU) REGION I STABAT LANGKAT REGENCY Zumar Halim Rambe; Oding Affandi; Delvian Delvian
Multidiciplinary Output Research For Actual and International Issue (MORFAI) Vol. 5 No. 3 (2025): Multidiciplinary Output Research For Actual and International Issue
Publisher : RADJA PUBLIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/morfai.v5i3.2915

Abstract

Social forestry is a program that provides legal access for communities to manage forests in a sustainable manner to improve economic welfare while maintaining environmental sustainability. Forest Management Unit (FMU) Region I Stabat, Langkat Regency has Social Forestry Group (SFG) that successfully rehabilitated 3436 ha of mangrove forest in 2021 [1], but business development has not been managed optimally [2], [3]. This study aims to analyze the business model of social forestry business development with the Business Model Canvas (BMC) approach and analyze the business development strategies needed in developing social forestry businesses in FMU Region I Stabat[4]. The study was conducted on four SFG: KSU Bahagia Keluarga Bahari, KTH Mekar, KT Peduli Pesisir and LPHD Pasar Rawa. Data were obtained through observations, interviews, and literature studies with an analytical descriptive approach [5]. The results showed that BMC at the blue level Social Forestry Business Group (SFBG) needs to create a value prosposition so that the business has marketable products through improving the elements of key activities, key resources and cooperation with key partners [3]. Improvement at the gold level SFBG requires efforts to increase the customer segment element which is done by increasing the value proposition, customer relationship, and channels elements so that business products can be marketed to national, regional, and international consumers [3], [6]. Business development strategies are carried out with product diversification strategies, strengthening partnerships, and optimizing digital marketing to improve business efficiency and sustainability [7]. Thus, social forestry business in FMU Region I Stabat has good prospects, but requires further support in terms of capital, market access, and human resource capacity development [8].