Claim Missing Document
Check
Articles

Makna Gelar Adat Terhadap Status Sosial Pada Masyarakat Desa Tanjung Aji Keratuan Melinting Kholiffatun, Umi; Luthfi, Asma; Kismini, Elly
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 6 No 2 (2017): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Tanjung Aji berada di daerah pesisir Lampung yang masuk dalam Keratuan Melinting. Mayoritas masyarakatnya adalah ulun (orang) Lampung yang berprofesi sebagai petani. Masyarakat Tanjung Aji masih berpegang teguh pada kearifan lokalnya, salah satunya adalah ritual pemberian gelar adat saat atau setelah perkawinan.Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan proses pemberian gelar adat pada masyarakat Lampung Saibatin dan mengetahui implikasi pemberian gelar adat terhadap status sosial masyarakat Lampung Saibatin. Dengan metode penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik sebagai kajian analisis. Hasil penelitian menjelaskan bahwa prosesi pemberian gelar melalui beberapa proses diantaranya membayar uang adat seperti dau penerangan, dau pengecupan, serta babak kibau. Makna dari pemberian gelar adat meliputi, penghormatan dan status sosial dalam upacara adat, pengaturan relasi dalam kekerabatan, simbol kedewasaan, serta mekanisme pelestarian budaya yang dilakukan secara turun temurun. Implikasi gelar adat terhadap status sosial meliputi, peran, pengakuan sosial dalam komunitas, dan sebagai kontrol sosial. Tanjung Aji Lampung village is located in the coastal areas which are included in Keratuan Melinting. The majority of people in Tanjung Aji are ‘ulun’ (the people) Lampung people working as farmers. The people in Tanjung Aji still cling to their local wisdom, one of which is the traditional ritual of customary title granting done during or after a marriage ceremony. This study aimed at explainingthe process of customary title granting to Lampung Saibatin communityand knowing the implications of customary title granting toward the social statusof Lampung Saibatin community. In applying qualitative research methods, this study used the theory of symbolic interactionism as the study analysis. The results of the study explained that customary title granting involves several processes such as paying customary money like ‘dau penerangan’,’dau pengecupan’, and ‘babak kibau’. The meanings of customary title granting are admiration and social status in traditional ceremonies, setting the relations in kinship, a symbol of maturity, as well as the mechanisms of cultural preservation which is done for generations. Implications of customary title toward social status are role, social recognition in the community, and social control.
Eksistensi Ojek Pangkalan Didalam Perkembangan Transportasi Berbasis Informasi Dan Teknologi Purwanto, Andhika Cahya; Luthfi, Asma; Arsal, Thriwarty
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 1 (2018): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi ojek pangkalan ditengah perkembangan transportasi berbasis informasi dan teknologi di kota Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didasarkan pada penggunaaan metode pengumpulan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian menemukan bahwa Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Pelanggan Ojek Pangkalan adalah ibu rumah tangga yang memiliki tingkat mobilitas rendah dan lebih banyak berada pada sektor domestik, pekerja swasta yang bertempat tinggal dekat dengan tempat bekerja, serta pelajar dan mahasiswa yang memiliki keterbatasan dalam mengakses kendaraan, (2) Pengemudi Ojek Pangkalan melakukan berbagai strategi dan inovasi seperti meningkatkan pelayanan, memberikan layanan pemesanan melalui pesan singkat, serta memiliki pelanggan tetap yang diupayakan agar para pengemudi ojek pangkalan tetap mendapatkan pelanggan, (3) Faktor yang mempengaruhi ojek pangkalan tetap bertahan adalah rasa solidaritas dan rasa kekeluargaan yang tinggi, adanya sistem antri yang memberikan kesempatan yang sama dalam mendapatkan pelanggan, adanya arisan bulanan yang menjadi jaminan sosial dan ekonomi, lokasi dari pangkalan ojek yang lebih menguntungkan, dan pelanggan yang setia menggunakan ojek pangkalan This article aim is to know the existence of motorcycle taxi in the development of information and technology-based transportation in Semarang City, Central Java. This study uses qualitative method based on interview, observation and studying document. The result of this study found that 1) the customer of motorcycle taxis are housewives who have low mobility and more are in the domestic sector, employee who lives near the workplace, and students and college students who have limited access to vehicles. (2) motorcycle taxi drivers perform various strategies and innovation such as improving services, provide booking service via short message, and having a regular customer strived to keep motorcycle taxi drivers steady in getting customers. (3) the factors that affecting the motorcycle taxi survive are a sense of solidarity and high sense of kinship, the existence of queue system that provide equal opportunities in getting customers, a monthly social gathering (arisan) that becomes social and economic security, the location of motorcycle taxi base is more profitable, and the loyal customers that using motorcycle taxi.
Folklor Tabu Pertanian Dalam Menanam Kacang Hijau Pada Masyarakat Dusun Pondok Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Afifah, Nor; Brata, Nugroho Trisnu; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 1 (2018): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis folklor tabu pertanian dalam menanam kacang hijau pada masyarakat Dusun Pondok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini mengunjukkan bahwa 1) masyarakat Dusun Pondok masih mempercayai dan mempraktikkan folklor tabu pertanian dalam menanam kacang hijau. Bagi masyarakat Dusun Pondok kacang hijau merupakan tanaman yang memiliki jasa bagi kehidupan mereka, sehingga sebagai wujud rasa hormat masyarakat Dusun Pondok dilarang menanam kacang hijau, 2) kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Pondok untuk mendukung folklor tabu pertanian dalam menanam kacang hijau, yaitu slametan yang dilakukan setiap hari Sabtu Wage bertempat di Sawah dan haul yang bertempat di makam, haul diadakan setahun sekali, yaitu pada bulan Sya’ban (kalender Hijriyah), 3) folklor tabu pertanian dalam menanam kacang hijau memiliki tiga fungsi, yaitu religi, ekonomi, dan nilai budaya. This article aims to analyze the folklore of agricultural taboo in planting green beans in the community of Dusun Pondok. This study uses qualitative methods, data collection techniques used, namely observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that 1) Pondok Hamlet people still believe and practice folklore farming taboo in planting green beans. For the people of Dusun Pondok, green beans are plants that have services for their lives, so as a form of respect for the people of Dusun Pondok is prohibited to plant green beans, 2) the activities undertaken by Pondok Dusun community to support folklor taboo of agriculture in planting green beans slametan performed every Saturday Wage located in Sawah and haul located at the grave, haul held once a year, ie in the month of Sha'ban (Hijri calendar), 3) folklor taboo agriculture in planting green beans has three functions, namely religion, economy , and cultural values.
Hiperealitas Kampung Pelangi Semarang Wulandari, Siti Suci; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program Kampung Pelangi Semarang merupakan salah satu program Pemerintah Kota Semarang untuk merenovasi perkampungan kumuh yaitu Kampung Wonosari. Kampung Pelangi menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang yang populer dan banyak didatangi oleh pengunjung. Tetapi, populernya Kampung Pelangi tidak merujuk pada referensi utamanya, sehingga menyebabkan terjadinya hiperealitas. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui hiperealitas yang terjadi di Kampung Pelangi. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kampung Pelangi berawal dari ketertarikan pemerintah terhadap kampung wonosari yang terlihat kumuh setelah dilakukan pemugaran pasar kembang, 2) Masyarakat mengekspresikan perasaan cemas saat awal program melalui aktifitas menutup pintu, dan duduk di depan rumah. Histeria pengunjung yang datang ke Kampung Pelangi terdiri dari histeria untuk dikonsumsi publik massa, dan mengisi waktu luang tanpa memiliki tujuan yang jelas, 3) Hiperealitas Kampung Pelangi dilakukan melalui bantuan teknologi simulasi seperti fotografi yang menghasilkan citra atau realitas semu. Kampung Pelangi memiliki polisemi makna baik di masyarakat, pengunjung, maupun pemerintah. The Program of Kampung Pelangi Semarang (Rainbow Village) is one of the programs from the Semarang City Government to renovate one area of highly populated village in this city (slums), namely Wonosari Village. Kampung Pelangi has become a popular tourist destination in the city and is visited by many visitors. However, the popularity of Kampung Pelangi does not refer to its main reference, which causes hyperreality. This article aims to find out the hyperreality occurs in Kampung Pelangi. Method used in this study is qualitative. Data collection techniques used in this study are observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that: 1) Kampung Pelangi was originated from the government's interest in the village of Wonosari which looked rather shabby after the restoration of Pasar Kembang (flower market), 2) Citizens expressed anxiety at the beginning of the program through closing the door, and sitting in front of the house. The hysteria of visitors who come to Kampung Pelangi consists of hysteria to be consumed by the masses, and to fill their spare time without having a clear goal, 3) The hyperreality of Kampung Pelangi is supported by the simulation of technology such as photography that produces false images or reality. Kampung Pelangi has a polysemy definition in the community, visitors, and the government.
Siasat Usaha Industri Kecil dalam Menghadapi Dominasi Industri Besar (Studi Kasus pada Industri Kecil Klaster Bordir dan Konveksi Desa Padurenan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus) Luthfi, Asma; Muasyaroh, Luthfiatul
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 8 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui siasat usaha yang dilakukan oleh industri kecil di Desa Padurenan dalam menghadapi dominasi industri besar. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah dimensi moral oleh Scott dan dimensi rasional oleh Popkin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Kondisi usaha kecil terdiri dari berbagai karakteristik yakni lama pendirian usaha, dan perluasan pangsa pasar. 2) Bentuk persaingan usaha konveksi berupa harga dan pangsa pasar, 3) Hambatan yang dialami industri kecil dalam menghadapi persaingan usaha yaitu modal, sumber daya manusia, sarana prasarana dan pemasaran. 4) Siasat usaha yang dilakukan oleh industri kecil meliputi mengikuti trend pasar, optimalisasi penggunaan bahan baku, promosi online maupun offline, sikap terbuka terhadap konsumen dan tenaga kerja, serta pemanfaatan jaringan sosial.
Sinkretisasi Nilai Islam dan Jawa Dalam Laku Ritual Peziarah Di Makam Syekh Jambu Karang Nisa, Kanita Khoirun; Alimi, Moh Yasir; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 9 No 1 (2020): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan sinkretisasi nilai Islam dan Jawa yang dilakukan dalam laku ritual peziarah di Makam Syekh Jambu Karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk-bentuk sinkretisasi yang dilakukan oleh peziarah meliputi 3 hal yaitu pertama, sinkretisasi persiapan. Disini meliputi tradisi slametan, nyadran, ruwat bumi. Kedua, sinkretisasi dalam pelaksanaan meliputi bakar kemenyan, tabur bunga dan tahlilan. Ketiga, sinkretisasi dalam tuturan doa meliputi doa secara arab dan Jawa.
Reproduksi Berita Hoax di Media Sosial Masyarakat Desa Rendeng Kabupaten Kudus Syania, Tiara Dwi; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 9 No 2 (2020): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembentukan ruang publik baru melalui media sosial yang digunakan masyarakat Desa Rendeng, menjadi akses bebas keluar masuknya berita hoax. Melalui media sosial, reproduksi berita hoax semakin mudah dilakukan dan berakibat masifnya perkembangan berita hoax pada media sosial masyarakat. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori Kekuasaan dan Pengetahuan Michle Foucault. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan reproduksi berita hoax pada meda sosial masyarakat Desa Rendeng. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) Perkembangan berita hoax di Desa Rendeng tidak terlepas dari karakteristik yang tedapat pada berita hoax, segmentasi penerimaan berita hoax di masyarakat, serta metode penyebaran berita hoax di Desa Rendeng, 2) Tipologi respon masyarakat terhadap berita hoax terdiri dari proses tidak langsung percaya dan proses langsung percaya dengan berita hoax, sedangkan cara masyarakat mengidentifikasi berita hoax terdiri dari media sosial yang dimiliki dan tingkat kesadaran literasi media sosial masyarakat Desa Rendeng, 3) Proses masyarakat Desa Rendeng dalam mereproduksi berita hoax terdiri dari mengedit berita hoax serta mengkombinasikan dari berbagai sumber.
Relasi Sosial Masyarakat Maya dalam Aplikasi Gojek (Kajian Interaksionisme Simbolik) Nuha, Muhammad Ulin; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 10 No 1 (2021): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan teknologi informasi yang pesat mampu menciptakan dan mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan yang baru bagi masyarakat dunia, sehingga memungkinkan manusia hidup dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya (cybercommunity). Gojek juga menyediakan ruang interaksi baru untuk berkomunikasi bagi masyarakatnya. Mereka akan melakukan interaksi dalam ruang aplikasi gojek jika pengemudi dan pengguna terikat oleh jasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode netnografi dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data hasil penelitian diuji dengan teknik keabsahan data triangulasi. Metode analisis yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Masyarakat maya dalam aplikasi gojek dapat membangun relasi sosial mereka dengan cara berinteraksi melalui aplikasi gojek dan aplikasi non gojek. (2) Bentuk relasi sosial masyarakat maya dalam aplikasi gojek yaitu kerjasama pemesanan layanan, pemberian penilaian, pertikaian, dan penolakan pesanan atau membatalkan pesanan. (3) Masyarakat maya dalam membangun relasi sosial melalui tindakan. Tindakan mereka di dasari karena dorongan hati, persepsi, manipulasi, dan penyelesaian.
Ritual Tebus Laku Sikep Samin sebagai Ritus Peralihan bagi Pasangan Suami Istri Komunitas Sedulur Sikep di Dukuh Karangpace Kabupaten Blora Muchlisin, Arif; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 10 No 2 (2021): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ritual Tebus Laku Sikep Samin merupakan ritual peralihan pada masyarakat Komunitas Sedulur Sikep. Ritual tersebut sebagai media suami istri Sedulur Sikep untuk merefleksikan diri dalam meyakini kepercayaan Paham Sikep. Terdapat fase yang dialami suami istri Sedulur Sikep sebelum dan sesudah menjalani Ritual. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori Ritus Peralihan (rites de passage) A.Van Gennep. Hasil menunjukan bahwa: 1) Pra liminal sebagai fase pertama, dialami Tiyang Sikep sebelum mengikuti Ritual, yaitu masih sebagai Sedulur Sepasang, belum mempunyai pendalaman dalam mempercayai paham sikep, masih dalam ranah ajaran Panca Sesanti dan Wewaler belum pada tingkat Laku Tuo, 2) liminal sebagai fase kedua, ialah masa transisi yang dilalui dengan mengikuti serangkaian prosesi ritual, terdiri dari Poso Ngrowot, Srasehan, dan Prosesi Deder, 3) Pasca liminal sebagai fase ketiga, masa setelah mengikuti ritual, proses perubahan dan penerapan kepercayaan Paham Sikep di kehidupan Sedulur Sikep.
Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten Fajar Subehi; Asma Luthfi; Moh. Solehatul Mustofa; Gunawan Gunawan
Umbara Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/umbara.v3i1.25670

Abstract

Desa Ponggok is one of the independent villages in Indonesia. This village can manage its natural potential through Village-Owned Enterprises (BUMDes) to improve welfare and empower its society. This research describes in detail the efforts made by the government and villagers in improving welfare through various businesses managed under BUMDes. This research uses qualitative, descriptive methods. Data collection techniques are carried out through involved observation, in-depth interviews, and documentation. This study found that managing the assets and potential of the village through BUMDes Tirta Mandiri which involved the village community had succeeded in improving the welfare of the residents was not simple. Several factors hinder and encourage the success of this effort, including technology, human resources, and business competition. However, a solid collaboration between the government and villagers has proven to be able to overcome obstacles and make BUMDes as facilitators in the socio-economic empowerment of its citizens.