Laode M Sabri
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 32 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

SURVEI DEFORMASI SESAR KALIGARANG DENGAN METODE SURVEI GNSS TAHUN 2019 Bagas Yanna Aulia Fattaah; L.M Sabri; Moehammad Awwaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.9 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Semarang dilalui oleh Sesar Kaligarang yang membelah antara Semarang Timur dan Semarang Barat. Sesar Kaligarang terdapat pada lembah Sungai Kaligarang yang membelah wilayah Semarang pada arah utara sampai selatan. Lembah dari sungai ini diduga merupakan sesar yang aktif sejak zaman tersier hingga kuarter. Sesar aktif dapat bergerak relatif kecil maupun besar. Pergeseran dari sesar ini dapat berdampak pada infrastruktur di sekeliling sesar seperti jalan, jembatan, dan lain lain. Permasalahan tersebut yang mendasari penelitian ini untuk melakukan pemantauan terhadap Sesar Kaligarang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi deformasi di daerah sekitar Sesar Kaligarang pada 2 periode yaitu tahun 2018 dan 2019. Titik pengamatan pada penelitian ini tersebar di 12 titik di Kota Semarang. Penentuan deformasi Sesar Kaligarang dapat ditentukan dengan pengamatan GNSS secara berkala. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan GNSS dual frekuensi. Data sekunder yang digunakan adalah data GNSS yang diukur pada tahun 2018 bulan Juni. Pengolahan data GNSS dilakukan dengan software GAMIT 10.7. Hasil dari penelitian ini yaitu kondisi deformasi di daerah sekitar Sesar Kaligarang dari tahun 2018 hingga 2019 mengalami pergeseran pada bagian barat sesar sebesar 0,017 m/tahun sampai 0,103 m/tahun dan pada bagian timur sebesar 0,009 m/tahun sampai 0,0115 m/tahun. Bagian barat sesar utama mengalami pergerakan yang lebih dinamis dibandingkan dengan pergerakan pada bagian timur sesar utama. Pengolahan menggunakan 1 titik ikat yang berbeda beda menunjukan hasil dengan selisih yang cukup sedikit setiap titiknya.  Kata Kunci : GNSS, Deformasi, Sesar, Sesar Kaligarang.  ABSTRACTThe city of Semarang is crossed by the Kaligarang Fault which divides East Semarang with West Semarang. The Kaligarang Fault is found in the Kaligarang River valley which divides the Semarang area from north to south. River valleys are considered as active faults from the tertiary to the quarter. Active fault can move relative slowly or faster. This movement can be effected into the infrastructur in arround of its fault. This problem that underlines this research to monitor Kaligarang Fault movement. The purpose of this research is to knowing the deformation condition at the area arround the Kaligarang Fault in 2 periods of time. Observation points of this research is spread at 12 points in Semarang City.  The determination of Kaligarang fault deformation can be calculated by periodic GNSS observations. GNSS data processing is using GAMIT 10.7 software. The results of this study are the deformation conditions in the area around the Kaligarang fault from 2018 to 2019 there was a shift in the western fault of 0.017 m / year to 0.103 m / year and in the east by 0.009 m / year for 0.0115 m / year. The western part of the main fault is more dynamic than the eastern part of the main fault. Processing data using 1 different control point shows the results with slight difference in value.
PEMBUATAN MODEL 3D WADUK PENDIDIKAN DIPONEGORO MENGGUNAKAN DATA UAV PADA TAHUN 2019 Jonathan Ardian Hendra Pranoto; L.M Sabri; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.65 KB)

Abstract

ABSTRAKBendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun menampung dan mengatur laju air. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Waduk membutuhan pemeliharaan dalam menjalankan fungsinya sehingga dapat bekerja secara normal dan dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan rencana. Kurangnya perawatan bendungan akan mengakibatkan menurunnya efektifitas bendungan dan dapat membahayakan keamanan bendungan tersebut. Pemantaun bendungan dalam prosesnya diperlukan teknologi yang dapat memetakan kondisi kontruksi bendungan. Pemetaan terestris lapangan terkendala dengan kemiringan lahan, sementara itu pemetaan menggunakan satelit terkendala resolusi data yang rendah, sedangkan pengukuran menggunakan pesawat berawak kurang efektif karena membutuhkan biaya yang cukup besar. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka digunakan teknologi pesawat tampa awak atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle) untuk survei dan pemetaan kondisi waduk. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Waduk Pendidikan Diponegoro menggunakan data pemotretan udara dari UAV. Misi pemotretan foto udara menggunakan ketinggian 90 m dan 100 m dengan overlap foto sebesar 80%. Data tersebut diolah untuk menghasilkan model DTM (Digital Terrain Model) dan orthofoto dari bendungan. Hasil uji akurasi ketinggian, Peta hasil pemotretan udara memiliki nilai RMSE sebesar 0,116 m dengan nilai perubahan koordinat vertikal rata-rata sebesar 0,013 m. Hasil analisis Uji akurasi Planimetrik, Peta hasil pemotretan udara memiliki nilai RMSE sebesar  0,231  m dengan nilai perubahan koordinat horizontal rata-rata sebesar 0,060 m. Hasil DTM dan orthofoto yang terbentuk digunakan sebagai data pemantauan untuk pemeliharaan kawasan bendungan. Kata kunci: Bendungan, Pemodelan Tiga Dimensi, UAV, Waduk Pendidikan Diponegoro     ABSTRACT           Dams are buildings in the form of earth fill, rock fill, concrete, and / or stone pairs that are built to storing and regulate the water rate. Reservoirs are artificial containers formed as a result of the dam being built. The reservoir needs maintenance in carrying out its functions so that it can work normally and can provide benefits in accordance with the plan. Lack of maintenance of the dam will result in decreased effectiveness of the dam and can endanger the safety of the dam. Dam monitoring in the process requires technology that can map the condition of dam construction. Field terrestrial mapping is constrained by land slope, mapping using satellites is constrained by low resolution data, while measurement using manned aircraft is less effective because it requires a large enough cost. Based on these problems, the UAV (Unmanned Aerial Vehicle) technology is used to survey and map reservoir conditions. This research was conducted in the Diponegoro Educational Reservoir area using aerial photography data from the UAV. The aerial photo shoot mission uses a height of 90 m and 100 m with an overlap of photos by 80%. The data is processed to produce DTM (Digital Terrain Model) and orthophoto models from the dam. Altitude accuracy test results, the map of aerial photography has an RMSE value of 0.116 m with an average vertical coordinate change of 0.013 m. Analysis of Planimetric accuracy test results, Maps of aerial photography have RMSE values of 0.231 m with an average horizontal coordinate change of 0.060 m. The results of DTM and orthophoto formed are used as monitoring data for the maintenance of dam areas.
ANALISIS DAERAH RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN ANALYTHICAL HIERARCHY PROCESS Jauhari Pangaribuan; L M Sabri; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1027.588 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara rawan terhadap bencana alam, salah satu daerah yang mengalami kejadian bencana tersebut yaitu wilayah Kabupaten Magelang. Pada penelitian analisis daerah rawan bencana tanah logsor menggunakan empat parameter yaitu parameter kelerengan, parameter curah hujan, parameter penggunaan lahan dan struktur geologi dengan menggunakan software arcGIS. Hasil dari tiap parameter kemudian diberikan skor dan bobot dengan dua metode yaitu Standar Nasional Indonesia dan Analythical Hierarchy Process kemudian dilakukan proses overlay dari tiap pembobotan parameter untuk mendapatkan peta daerah rawan bencana tanah longsor. Nilai klasifikasi daerah rawan longsor dibagi dengan equal interval kedalam empat kelas yang didapatkan diantaranya metode SNI klasifikasi ancaman bencana tanah longsor sangat rendah dengan rentang (10-15) dengan luas 20240,32 Ha (18,05%), klasifikasi ancaman bencana tanah longsor rendah (16-21) dengan luas 51504,04 Ha (45,94%), klasifikasi ancaman bencana tanah longsor sedang (22-27) dengan luas 34488,68 Ha (30,76%) dan klasifikasi ancaman bencana tanah longsor tinggi (28-33) dengan luas 5892,408 Ha (5,25%). Sedangkan metode AHP dengan klasifikasi ancaman bencana tanah longsor sangat rendah (7,80-18,26) dengan luas 40302,72 Ha (35,95%), klasifikasi dengan ancaman bencana tanah longsor rendah (18,26-28,71) dengan luas 44448,2 Ha (39,65%), klasifikasi dengan ancaman bencana tanah longsor sedang (28,71-39,17) dengan luas 19729,06 Ha (17,59%) dan untuk kelas ancaman bencana tanah longsor tinggi (39,17-49,63) dengan luas 7645,47 Ha (6,81%). Dengan tingkat akurasi dari validasi parameter menggunakan data curah hujan metode thiessen polygon dengan parameter kelerengan menggunakan DEM TerraSAR-X dengan pembobotan AHP dengan akurasi 81,81%  sedangkan validasi peta dari parameter menggunakan data curah hujan metode thiessen polygon dengan parameter kelerengan menggunakan DEM TerraSAR-X dengan pembobotan Standar Nasional Indonesia dengan tingkat akurasi 83,64%. Oleh karena itu penggunaan sistem informasi geografis dapat digunakan lebih efisien untuk menentukan daerah rawan bencana longsor dengan cepat dan tepat.
PEMANTAUAN DEFORMASI BENDUNGAN JATIBARANG MENGGUNAKAN SURVEI GNSS TAHUN 2017-2020 Dery Rizki Purwanto; lm Sabri; Moehammad Awwaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBendungan Jatibarang menghalau air pada Waduk Jatibarang yang memiliki daerah tangkapan seluas 54 km2 dan luas genangan yang mencapai 189 Ha. Latar belakang didirikannya Bendungan Jatibarang adalah adanya banjir di Semarang yang sempat memakan korban jiwa (BBWS Pemali Juana, 2015). Bendungan rentan mengalami perubahan dimensi karena adanya tekanan oleh air yang terus menerus. Hal tersebut membuat bendungan perlu dilakukan pemantauan yang berkala sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat apabila terdapat kerusakan pada bendungan. Pemantauan deformasi menggunakan GNSS menjadi salah satu cara untuk melakukan pemantauan perubahan dimensi yang terjadi pada tubuh bendungan. Pemantauan deformasi bendungan dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei GNSS. Data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki rentang waktu tahun 2017-2020 dan pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak ilmiah GAMIT/GLOBK. Nilai deformasi pada Bendungan Jatibarang didapatkan dari pergerakan koordinat 12 titik pantau yang tersebar di badan bendungan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terjadi pergeseran di tiga titik pantau yaitu CP01, BM10, dan BM11. Pergeseran horizontal terbesar terjadi pada titik CP01 dengan nilai 0,0301 m ke arah barat laut, sedangkan pergeseran vertikal terbesar terjadi penurunan pada titik BM11 dengan nilai 0,103 m. Nilai pergeseran horizontal terkecil terjadi pada titik BM09 dengan nilai 0,0009 m ke arah barat laut, sedangkan nilai pergeseran vertikal terkecil terjadi kenaikan pada titik BM12 sebesar 0,006 m. Kata Kunci: Bendungan Jatibarang, Deformasi, GAMIT, GNSS ABSTRACTThe Jatibarang Dam dispels water on the Jatibarang Reservoir which has a catchment area of 54 km2 and inundation area 189 Ha. The Jatibarang Dam was established to be a solution to the flood that had claimed lives(BBWS Pemali Juana, 2015). Dams are prone to dimensional changes due to continuous water pressure. The dam need to carry out periodic monitoring so that can be handled properly if there is damage to the dam. Deformation monitoring using GNSS is one of several ways to monitor dimensional changes that occur in the dam body. Dam deformation monitoring can be carried out using GNSS survey method. The data used in this study have time span of 2017-2020 and data processing by GAMIT / GLOBK scientific software. The deformation value at the Jatibarang Dam is obtained from the movement of the 12 monitoring points coordinates spread over the dam body. The results show that there is a shift in the points CP01, BM10, and BM11. The largest horizontal shift occurred at point CP01 with a value of 0,0301 m to the northwest, while the largest vertical shift occurred at point BM11 with a value of 0,103 m. The smallest horizontal shift value occurs at point BM09 with a value of 0,0009 m to the northwest, while the smallest vertical shift value occurs at point BM12 of 0,006 m.
ANALISIS SPASIAL PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SEKOLAH DASAR NEGERI BERDASARKAN SISTEM ZONASI (STUDI KASUS: KECAMATAN BANYUMANIK) Wahyu Entriana Kumala Dewi; Moehammad Awaluddin; LM Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.694 KB)

Abstract

ABSTRAKPemberlakuan sistem zonasi sekolah dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2019. Di Kota Semarang, sistem zonasi dibentuk berdasarkan kelurahan dengan mempertimbangkan rasio daya tampung dan jumlah peserta didik sesuai Keputusan Wali Kota Semarang Nomor 420/404 Tahun 2019 Tentang Penetapan Rumus Perhitungan Nilai Akhir Peringkat dan Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Satuan Pendidikan Di Kota Semarang Tahun 2019. Sistem zonasi sekolah bertujuan untuk memeratakan penerimaan peserta didik dan menghilangkan diskriminatif terhadap sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah juga berpengaruh pada pemerataan peserta didik. Tingginya angka kelahiran akan menambah jumlah penduduk usia sekolah yang banyak juga maka harus diimbangi dengan banyaknya jumlah unit sekolah. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya penerimaan peserta didik yang melebihi batas daya tampung. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sebuah sistem yang dapat digunakan untuk membangun data spasial beserta analisisnya. Dalam penelitian ini, data spasial yang dibangun berupa model sebaran sekolah jenjang Sekolah Dasar Negeri dalam satu kecamatan. Kemudian dengan menambahkan informasi pendukung dan analisis terkait sistem zonasi akan terbentuk model penerimaan peserta didik baru Sekolah Dasar berdasarkan sistem zonasi. Hasil analisis SIG menunjukkan daya tampung sekolah di Kecamatan Banyumanik sebanyak 1.259 murid. Angka kelahiran di tahun 2013 sebanyak 2.328 anak, sehingga prediksi penerimaan peserta didik baru tahun 2020 mengalami kekurangan daya tampung untuk 1.069 murid. Angka kelahiran di tahun 2014 sebanyak 1.808 anak, sehingga prediksi penerimaan peserta didik baru tahun 2021 mengalami kekurangan daya tampung untuk 549 murid. Angka kelahiran di tahun 2015 sebanyak 1.503 anak, sehingga prediksi penerimaan peserta didik tahun 2022 mengalami kekurangan daya tampung untuk 244 murid. Angka kelahiran di tahun 2016 sebanyak 1.822 anak, sehingga prediksi penerimaan peserta didik baru tahun 2023 mengalami kekurangan daya tampung untuk 563 murid. Angka kelahiran di tahun 2017 dan 2018 terdapat kesamaan data dengan angka kelahiran di tahun 2016, sehingga data tersebut dianggap tidak valid dan tidak dipergunakan untuk memprediksi penerimaan peserta didik baru tahun 2024 dan 2025.Kata Kunci: Angka Kelahiran, Daya Tampung Sekolah, Sistem Zonasi Sekolah, ABSTRACTEnforcement of the school zoning system in New Student Admissions (PPDB) began to be implemented in the academic year 2019/2020. In Semarang City, the zoning system was formed based on village administration by considering the capacity ratio and the number of learners based on Semarang Mayor Decree Number 420/404 2019 concerning Determination of the Formula for Calculating Final Value of Ranking and Zoning of New Student Admissions in Education Units in Semarang City in 2019. The school zoning system aims to equalize student admissions and eliminate discrimination against schools. The number of school-age population also affects the distribution of students. The high birth rate will increase the number of school-age population which is also large so it must be balanced with the large number of school units. This is to anticipate the occurrence of student acceptance that exceeds the capacity limit. Geographic Information System (GIS) is a system that can be used to construct spatial data and its analysis. In this study, the spatial data that was built were in the form of the distribution model of state elementary schools in one district. Then by adding supporting information and analysis related to the zoning system a new elementary school student admission model will be formed based on the zoning system. GIS analysis results show the capacity of schools in Banyumanik District as many as 1,259 students. The birth rate in 2013 was 2,328 children, so predictions of new student admission in 2020 lacked capacity for 1,069 students. The birth rate in 2014 was 1,808 children, so predictions of new student enrollment in 2021 experienced a shortage of capacity for 549 students. The birth rate in 2015 was 1,503 children, so predictions of student acceptance in 2022 experienced a shortage of capacity for 244 students. The birth rate in 2016 was 1,822 children, so the predicted acceptance of new students in 2023 experienced a shortage of capacity for 563 students. The birth rates in 2017 and 2018 have similarities with the birth rate in 2016, so the data are considered invalid and not used to predict the acceptance of new students in 2024 and 2025.
STUDI DEFORMASI WADUK PENDIDIKAN DIPONEGORO TAHUN 2018 Wikan Isthika Murti; Bambang Darmo Yuwono; L M Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.941 KB)

Abstract

Bendungan merupakan kontruksi yang digunakan untuk menahan pergerakan air menjadi danau atau waduk yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan fungsi, seperti pembangkit listrik, tempat rekreasi ,tempat penyimpanan cadangan air, mencegah banjir dan sebagai sumber irigasi. Kontruksi bendugan yang terdapat di kawasan Universitas Diponegoro membentuk waduk yang biasa dikenal dengan nama Waduk Pendidikan Diponegoro. Waduk ini mampu menampung genangan air normal sampai 478.240 m3 dengan luas daerah tangkapan air mencapai 7,1338 Ha. Bangunan bendungan sangat rentan mengalami perubahan dimensi dan bentuk  karena adanya tekanan air. Proses loading air menyebabkan adanya tekanan terus menerus terhadap badan bendungan, apabila tidak dilakukan suatu pemantauan berkala maka tidak akan diketahui perubahan dimensi dan bentuk yang dapat mengakibatkan kerusakan bendungan. Salah satu cara untuk mengetahui adanya perubahan tersebut adalah dengan melakukan pengamatan deformasi pada tubuh bendungan. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan pengamatan fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika buatan manusia terhadap Waduk Pendidikan Diponegoro, dengan metode pengamatan satelit menggunakan Global Navigation Satellite System (GNSS) akan dilakukan pengamatan terhadap titik tetap (bench mark) yang tersebar di sekitar bendungan. Pengamatan deformasi akan dilaksanakan pada periode April sampai dengan Juli. Setelah pengamatan maka dilakukan pengolahan data menggunakan software GAMIT/GLOBK 10.7 untuk mengetahui koordinat dari masing-masing titik tetap setiap akuisisi data. Pengolahan yang dilakukan pada penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengukuran koordinat dan jarak menggunakan GNSS maupun totalstation tidak terjadi pergeseran. Pada hasil pengukuran ketinggian menggunakan GNSS terjadi perubahan nilai pada titik pengamatan, berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan tidak terjadi pergerakan pada titik pengamatan.
Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap RTRW Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi kasus : Kec.Pedurungan dan Kec.Tembalang,Kota Semarang) Nur Aris Adi Nugroho; Bambang Sudarsono; LM Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK           Pertumbuhan Penduduk di  Kota Semarang berakibat pada kemajuan wilayah tersebut terutama perkembangan pembangunan wilayah. Pembangunan yang cepat maka menimbulkan masalah pada saat penataan ruang. Perubahan penggunaan lahan yang cepat maka akan berpengaruh terhadap kesesuaian terhadap RTRW tahun 2011-2031.Jumlah pertumbuhan penduduk yang cepat ada di Kecamatan Pedurungan dan Tembalang.Aktivitas yang dikerjakan pada analisis ini yaitu dengan menggunakan citra satelit penggunaan lahan pada tahun 2016 serta 2019 beserta metode digitasi on screen. Tata cara yang direncanakan oleh analisis ini yaitu dengan menggunakan cara overlay union yang berfungsi untuk mengetahui informasi transisi penggunaan lahan,kesesuaian atas penggunaan lahan serta kesesuaian ata perubahan kegunaan lahan dengan dibandingkan oleh Rencana Tata Ruang Wilayah.Referensi data yang diperuntukkan untuk analisis kali ini ialah citra SPOT-6 edisi tahun 2016 serta 2019Kata Kunci : Kesesuaian ,Penggunaan Lahan,RTRW,Sistem Informasi Geografis  ABSTRACTPopulation growth in Semarang City results in the progress of the region, especially the development of regional development. The rapid development creates problems during spatial planning. Rapid land use changes will affect the suitability of the RTRW for 2011-2031. The number of rapid population growth is in Pedurungan and Tembalang Districts. Activities carried out in this analysis are using satellite images of land use in 2016 and 2019 along with the digitization method. on screen. The procedure planned by this analysis is to use the overlay union method which functions to find out information on land use transitions, suitability of land use and suitability or land use changes compared to the Regional Spatial Plan. The data reference intended for this analysis is image SPOT-6 editions in 2016 and 2019
ANALISIS PERUBAHAN KEPADATAN DAN POLA LAHAN TERBANGUN MENGGUNAKAN INTERPRETASI HIBRIDA CITRA SENTINEL 2A (STUDI KASUS : KOTA UNGARAN) Dini Tiara; L.M Sabri; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Geodesi Undip
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Semarang merupakan Kota yang terus berkembang karena adanya pembangunan seperti jalan tol, pemukiman, perkantoran dan jalan raya. Perkembangan kawasan urban di Kota-kota besar berdampak pada peningkatan pertumbuhan kota-kota kecil disekitarnya (wilayah perifer). Kabupaten Semarang sebagai wilayah perifer atau penyangga dari kota besar  yaitu Kota Semarang, berdampak pada berkembangnya Kota Ungaran dan meningkatnya perkembangan kepadatan lahan terbangun. Pengukuran kepadatan lahan terbangun dalam skala Kota jika dilakukan secara manual memerlukan waktu dan biaya yang besar, oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan teknologi penginderaan jauh yaitu dengan teknik interpretasi hibrida menggunakan indeks NDBI (Normalized Difference Built-up Index) dan Urban Index. Interpretasi hibrida merupakan gabungan dari teknik interpretasi visual dan digital dalam menentukan area lahan terbangun menggunakan citra resolusi menengah yaitu Sentinel 2A yang tersedia secara gratis dan kontinyu. Hasil  interpretasi hibrida menggunakan NDBI lebih baik dibandingkan menggunakan urban index dengan overall accuracy sebesar 96.667 % untuk interpretasi hibrida menggunakan NDBI dan 90.00 % untuk interpretasi hibrida menggunakan urban index. Luas kepadatan lahan terbangun di Kota Ungaran Tahun 2016 adalah 1853.571 Ha berubah menjadi 1943.958 Ha pada tahun 2021. Perubahan kepadatan yang paling mendominasi adalah dari kepadatan sedang menjadi tinggi yaitu 602.901 Ha, dan pola lahan terbangun di Kota Ungaran pada tahun 2016 dan 2021 adalah clustered (mengelompok) dengan neraest neighbord ratio 0,7. 
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TAHUN 2013 DAN 2018 TERHADAP PENINGKATAN DEBIT PUNCAK SUNGAI KALIGARANG Febrina Mutiara Rosita Pane; Andri Suprayogi; LM Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.546 KB)

Abstract

ABSTRAKDAS Kaligarang adalah Daerah Aliran Sungai yang melintasi Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. DAS tersebut memiliki peran yang penting dalam pengairan ketiga wilayah tersebut. DAS ini adalah sistem pengairan utama yang akan mengontrol kondisi pengairan baik saat hujan maupun kemarau. Sistem pengairan utama harus memiliki sistem yang baik agar pengairan di daerah tersebut lancar. Kriteria sistem pengairan yang baik yaitu wilayah DAS yang memiliki daerah resapan air yang cukup untuk mengontrol air limpasan ketika hujan. DAS Kaligarang saat ini termasuk sebagai DAS kritis diakibatkan area tutupan lahan yang banyak beralih fungsi sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan sedimentasi semakin tahun semakin banyak, sehingga sering terjadi banjir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap peningkatan debit maksimum Daerah Aliran Sungai Kaligarang. Klasifikasi tutupan lahan dilakukan mengacu dengan klasifikasi penutup lahan USGS dengan 8 kelas tutupan lahan. Perhitungan debit dilakukan dengan menggunakan Metode Rasionalitas yang menggunakan perbandingan antara laju masukan koefisien run off , luas dengan laju intensitas hujan. Perhitungan dilakukan per sub DAS yang dibuat dengan pendekatan digitasi trace dan mengacu dengan sistem penamaan dari BBWS Pemali Juana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 2013 – 2018 pertambahan luas lahan terbesar terjadi pada kelas tutupan pemukiman sebesar 977,676 Ha dan kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas terbesar adalah kelas semak sebesar 1177,439 Ha. Pada tahun 2013 – 2018 nilai koefisien run off 0,456. Perubahan nilai koefisien run off ini mengkibatkan naiknya debit puncak DAS Kaligarang sebesar 122,87 m3/detik.Kata Kunci :DAS, Debit Maksimum ,Koefisien run off, Tutupan Lahan ABSTRACTKaligarang watershed is a watershed that crosses Semarang City, Semarang Regency and Kendal Regency. The watershed has an important role in the irrigation of the three regions. This watershed is the main irrigation system that will control irrigation conditions both during rain and drought. The main irrigation system must have a good system so that irrigation in the area runs smoothly. Criteria for a good irrigation system is a watershed area that has enough water catchment areas to control runoff water when it rains. The Kaligarang watershed is currently classified as a critical watershed due to land cover areas that have changed functions a lot, causing more water catchment areas and sedimentation to decrease, so that floods often occur. This study was conducted to determine the effect of changes in land cover on increasing the maximum discharge of the Kaligarang Watershed. Land cover classification is carried out in accordance with the USGS land cover classification with 8 land cover classes. Discharge calculation is done by using the Rationality Method which uses a comparison between the run-off coefficient input rate, area and rainfall intensity rate. Calculations are performed in sub-watershed that made using the trace digitization approach and referring to the naming system of BBWS Pemali Juana. The results showed that from 2013 to 2018 the largest increase in land area occurred in the settlement cover class of 977,676 Ha and the land cover class that experienced the largest area decline was bush class of 1177,439 Ha. In 2013 - 2018 the run off coefficient was 0.456. This change in the run-off coefficient results in an increase in the peak discharge of the Kaligarang watershed by 122.87 m3 / sec.Keyword : Watershed, Maximum Discharge, Run off coefficient, Land Cover
ANALISIS DEFORMASI KOSEISMIK GEMPA NIAS 3 JUNI 2019 MENGGUNAKAN DATA CORS BIG DAN SUGAR Sry Suando Sinaga; Moehammad Awaluddin; LM Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKAktivitas subduksi yang terjadi di Pulau Sumatra sering menimbulkan gempa sehingga Pulau Sumatra dianggap sebagai salah satu wilayah tektonik aktif di dunia. Pada tanggal 3 Juni 2019 telah terjadi gempa dengan magnituda sebesar 5,8 Mw yang berlokasi pada bagian selatan Pulau Nias tepatnya pada 0,378°U 97,722°T. Gempa bumi yang terjadi akan mengakibatkan deformasi pada objek di sekitarnya. Deformasi Pulau Nias dan sekitarnya dapat dilakukan dengan menggunakan data pengamatan stasiun CORS BIG dan SuGAr. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ilmiah GAMIT/GLOBK 10,7. Deformasi yang diamati dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu deformasi koseismik gempa Nias 3 Juni 2019 dan deformasi akibat proses subduksi di Pulau Sumatra. Pengamatan deformasi koseismik diperoleh dengan menggunakan data koordinat harian 10 hari sebelum dan sesudah gempa terjadi (21 DoY). Sementara itu, pengamatan deformasi subduksi Pulau Sumatra diperoleh dengan menghitung velocity rate dari data koordinat harian stasiun CORS selama setahun (71 DoY). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa deformasi koseismik gempa Nias 3 Juni 2019 tidak memiliki perubahan yang signifikan terhadap pergerakan stasiun GPS yang diamati. Deformasi subduksi di Pulau Sumatra terjadi secara signifikan dengan vektor pergeseran terbesar terjadi pada stasiun NIAN (Nias) sebesar 0,021 m mengarah ke barat daya. Vektor pergeseran stasiun CORS yang mengarah ke barat daya menunjukkan bahwa gempa Nias 3 Juni 2019 merupakan gempa yang terjadi pada fase postseismic gempa. Kata Kunci: Deformasi, Koseismik, Nias, Subduksi, SuGAr ABSTRACTSubduction activities that occur on the island of Sumatra often cause earthquakes so that Sumatra Island is one of the most active tectonic areas in the world. On June 3rd, 2019 an earthquake with magnitude of 5,8 Mw was located in the southern part Nias island precisely at 0,378 °N 97,722 °E, with a locking depth of 19 km. An earthquake that occurs will cause deformation of objects around it. Deformation of Nias Island and its surroundings can be determined by processing the observation data of the CORS BIG and SuGAr stations. The data processing was processed using scientific software GAMIT / GLOBK 10,7. The deformations observed in this study were divided into two parts, namely the coseismic deformation of the Nias June 3rd 2019 earthquake and deformations due to the subduction process on the island of Sumatra. Coseismic deformation observations were obtained using daily coordinate data 10 days before and after the earthquake occurred (21 DoY). Meanwhile, observations of subduction deformation in Sumatra Island were obtained by calculating the velocity rate from the daily coordinates of the CORS station for a year (71 DoY). The results of this study indicate that the coseismic deformation of the Nias earthquake June 3rd, 2019 did not have a significant shift to the observed GPS station. The subduction deformation in Sumatra Island occurs significantly with the largest vector shift occurring at NIAN station (Nias) of 0,021 m towards the southwest.  The shift vector of the CORS station that points to the southwest shows that the Nias June 3rd earthquake was an earthquake that occurred in the postseismic phase of the earthquake.