Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BAGIAN PEMANENAN KELAPA SAWIT PT. X Novitrie, Ayu; Malaka, Tan; Flora, Rostika
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 10, No 2: Agustus 2025 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v10i2.1424

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan suatu gejala yang disebabkan atau diperparah oleh pekerjaan, lingkungan kerja dan performansi kerja sehingga menimbulkan gangguan musculoskeletal. Aktivitas kerja bagian pemanenan kelapa sawit yang dilakukan secara manual berisiko untuk menyebabkan Musculoskeletal Disorder (MSDs). Tujuan: untuk menganalisis risiko Musculoskeletal Disorder (MSDs) serta keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bagian pemanenan kelapa sawit PT. X Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar kerja REBA, WAC 296-62-051 Ergonomics, dan Nordic Body Map. Sampel penelitian berjumlah 84 pemanen kelapa sawit PT. X Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan yang dipilih secara simple random sampling. Hasil: Hasil analisis menunjukan bahwa pekerja yang mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 66 orang (78,6%). Faktor risiko yang berpengaruh terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah skor REBA (risiko Musculoskeletal Disorder)  p-value 0,020 (OR 24,325; 95% CI 1,636-361,731) dan kebiasaan olahraga p-value 0,000 (OR 0,005; 95% CI 0,000-0,067). Bagian tubuh yang berisiko dengan bagian tubuh yang mengalami keluhan berkesesuaian sebesar 78,6% sehingga dikategorikan sebagai Work-related. Saran: Diharapkan manajemen perusahaan mengaplikasikan program yang mengurangi risiko ergonomi dan dilakukan kegiatan olahraga seperti angkat barbel untuk melenturkan otot bahu. Kata Kunci: Musculoskeletal Disorders (MSDs), Skor REBA, Pemanen Kelapa Sawit.
Hubungan Kadar Timbel dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit pada Petugas Pintu Tol Jagorawi Malaka, Tan; Iryani, Meiri
Kesmas Vol. 6, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian tentang hubungan antara kadar timbel dalam darah dengan anemia yang tercermin dalam kadar hemoglobin dan hematokrit pada petugas pintu tol Jagorawi Jakarta. Landasan teori penelitian ini adalah hasil pemantauan kualitas udara Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta dimana kadar timbel di udara ambien melebihi Baku Mutu Lingkungan (BML) dan adanya petunjuk literatur bahwa timbel memiliki pengaruh negatif terhadap sistem hemopoitik pada manusia. Seratus orang pekerja terpilih untuk penelitian ini. Sebanyak 12% dari pekerja yang merupakan subjek pada penelitian ini tergolong anemia berdasarkan kadar hemoglobin darah dan 10% anemia berdasarkan nilai hematokrit. Kadar timbel darah yang didapatkan pada penelitian ini adalah 20,1 ± 1,1μgr% dengan maksimum 22,9μgr%; dengan kadar hemoglobin sebesar 15,2 ± 1,5gr% minimum 9,9gr%; nilai hematokrit sebesar 45,2 ± 4,4%, minimum 30%. Seluruh subjek memiliki nilai Pb darah di atas 10 μgr% termasuk 16 wanita dalam usia subur. Secara umum tidak ditemukan asosiasi yang bermakna antara kadar timbel darah terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit. Asosiasi yang tidak bermakna antara kadar timbel darah terhadap kadar dan abnormalitas hemoglobin dan hematokrit bersesuaian dengan hasil studi peneliti lainnya yang menyatakan bahwa hubungan bersifat tidak bermakna pada kadar Pb darah di bawah 40 μgr%. A study on the association of lead in blood and haemoglobin and hematocrit value as a measure of anaemia among toll booth workers at Jagorawi Jakarta, has been conducted. The rational of the study is that high aerial lead content has been reported by the Jakarta environmental authority and health literature indicates that lead is toxic to human hemopoeitic system. The toll booth workers are exposed to air pollutants in their day to day work. One hundred workers, randomly selected, participated in the study. On the haemoglobin concentration, 12% of the study subjects were categorized as anaemia, while on hematocrit values 10% were considered as anaemia. Blood lead concentrations found in this study were 20,1 ± 1,1 (mean ± SD) μgr% and the maximum value was 22,9μgr%. The haemoglobin values were 15,2 ± 1,5gr% with a minimum of 9,9gr%, while the hematocrit values were 45,2 ± 4,4% with a minimum of 30%. All blood lead values were above 10μgr% including 16 women of child-bearing age. In general, no association was found between blood lead and haemoglobin and hematocrit values. This discovery is in line with other studies which found that there is no meaningful association between blood lead and anaemia when the blood lead concentrations were below 40 μgr%.
Food Hygiene and Sanitation in Six Food Providers at University X, South Sumatra Isnadi, Yul; Malaka, Tan; Dahlan, Hatta; Novrikasari, Novrikasari
Kesmas Vol. 12, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Food provider at university is one of places that needs to implement standards of food hygiene and sanitation (FHS). This study aimed to evaluate and analyze practices of FHS based on Regulation of Health Minister No. 1098 of 2003 and best practices in six food providers at University X. This study used mixed method evaluation with sequential explanatory design through two stages. Stage I was in forms of assessment on six food providers, food handlers and laboratory examination on food and beverage samples as well as on eating utensils. Stage II was in form of focus group discussion (FGD) to deepen findings at stage I. Results of this study showed that 100% of food providers had not yet met the government’s regulation. As much as 67% of eating utensils and 83% of food were contaminated with bacteria. Based on food handler examination results, 100% of food handlers were not yet to get medical checkups and training. FGD results indicated that findings at stage I were associated with a lack of knowledge among food handlers and the absence of special unit to oversee FHS at campus. In conclusion, six food providers in the study area have not met the regulation.