Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK Phytophthora capsici Leonian ASAL LADA (Piper nigrum L.) MENGGUNAKAN PENANDA MOLEKULER CHAERANI, CHAERANI; KOERNIATI, SRI; MANOHARA, DYAH
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPhytophthora capsici adalah penyebab penyakit busuk pangkalbatang yang paling merugikan pada lada di Indonesia dan sulitdikendalikan karena dapat bertahan lama dalam tanah serta memilikikeragaman agresivitas isolat luas. Pengetahuan mengenai keragamangenetik strain-strain P. capsici dapat membantu perancangan strategiefektif pengelolaan patogen. Penelitian ini bertujuan mengevaluasikeragaman dan struktur genetik isolat-isolat P. capsici asal ladamenggunakan penanda RAPD. Penelitian dilaksanakan pada bulanOktober 2009 sampai April 2010 di Laboratorium Biokimia BB Biogendan Laboratorium Hama dan Penyakit Balittro. Keragaman genetik 59isolat P. capsici yang berasal dari koleksi kultur tahun 1982-2009 dari 37lokasi di Sumatera, Bangka, Jawa, dan Kalimantan, dikarakterisasimenggunakan enam primer RAPD. Pengelompokan menggunakanunweighted pair-group method with arithmatic averaging (UPGMA)berdasarkan profil RAPD membagi ke-59 isolat ke dalam lima gerombolutama; yang menunjukkan adanya keragaman genetik tinggi antar isolat.Pengelompokan RAPD tidak berkaitan dengan asal lokasi isolat. Analysisof molecular variance (AMOVA) juga menunjukkan adanya keragamangenetik yang tinggi di antara isolat-isolat P. capsici, dengan ragam genetiktotal sebesar 96% terletak di dalam masing-masing pulau (withinpopulations). Namun demikian, terdapat ragam genetik antar isolat daripulau berbeda (among populations) yang signifikan (4% ; P=0,001), yaituantar populasi di Sumatera dan Bangka dengan jarak genetik sebesar 0,081(P=0,002). Ketidakterkaitan antara pengelompokan RAPD dengan asallokasi geografik isolat dan ragam genetik yang tinggi dalam satu pulaudapat diakibatkan oleh terjadinya penyebaran isolat antar daerah, terutamamelalui bibit tanaman yang terinfestasi P. capsici. Pencegahan penyebaranisolat antar pulau perlu dilakukan melalui sertifikasi bibit bebas penyakitBPB dan pengembangan sistem perbenihan lokal.Kata kunci: lada, penyakit busuk pangkal batang, Phytophthora capsici,RAPD, keragaman genetik, struktur populasiABSTRACTPhytophthora capsici is the causal agent of foot rot, the mostdestructive disease of pepper in Indonesia and difficult to control .Knowledge in the genetic structure of P. capsici strains can enrichdesigning effective disease management strategies. This study was aimedat analyzing the genetic variability and structure of P. capsici isolates frompepper using RAPD. The study was done from October 2009 until April2010 at the Biochemical Laboratory of Indonesian Center for AgriculutralBiotechnology and Genetic Resources Research and Development, and thePlant Pest and Disease Laboratory of the Indonesian Research Institute ofSpice and Medicinal Crops. Fifty-nine isolates collected from 1982 to2009 from Sumatera, Bangka, Java, and Kalimantan were characterizedbased on six RAPD markers. Unweighted pair-group method witharithmatic averaging (UPGMA) clustering based on RAPD profilesdivided the isolates into five major cluster, which indicated high geneticvariability among isolates. No apparent relationship between RAPDclustering and geographic origin of isolate was observed. Hierarchicalpartitioning of genetic variation using analysis of molecular variance(AMOVA) confirmed the overall high variability among isolates, with96% of total genetic variance was resided among isolates within islands(within populations). Nevertheless, a small (4%) but significant (P=0.001)genetic variance among isolates between different islands (amongpopulations) were observed, which was detected between populations inSumatera and Bangka with genetic distance (Ф PT ) as high as 0,081(P=0,002). The lack of association between RAPD clustering andgeographic origin as well as high genetic variance within populations mayhave been the result of movement of isolates between locations, mostlikely through infested plant cuttings. Use of certified and development ofblackpepper clones locally are required to prevent disease spread amongislands.Keywords: black pepper, foot rot disease, Phytophthora capsici, geneticdiversity, RAPD, population structure
PENGARUH UMUR PANEN RIMPANG TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGI DAN VIABILITAS BENIH JAHE PUTIH BESAR SELAMA PENYIMPANAN RUSMIN, DEVI; SUHARTANTO, M.R.; ILYAS, SATRIYAS; MANOHARA, DYAH; WIDAJATI, ENY
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSalah satu faktor yang menentukan daya simpan benih jahe putihbesar (JPB) adalah mutu. Mutu benih sangat ditentukan oleh tingkatkemasakan rimpang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruhumur panen terhadap perubahan fisiologi dan viabilitas benih selamapenyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan LaboratoriumTeknologi Benih, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat sertaLaboratorium Pascapanen IPB Bogor, mulai bulan Juli 2012 sampaidengan Februari 2013. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap(RAL) dengan lima ulangan. Perlakuan yang diuji adalah tiga tingkat umurpanen benih 7, 8, dan 9 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan dilakukanterhadap perubahan fisiologis (penyusutan bobot, persentase rimpangbertunas, tunas, kadar air, dan laju respirasi), serta viabilitas rimpang benih(daya tumbuh, tinggi, dan bobot kering bibit). Hasil penelitianmenunjukkan rimpang benih umur 7 dan 8 BST mempunyai daya simpanterbaik karena menghasilkan masing-masing total angka penyusutan bobotlebih rendah (24,65 dan 25,25%) dan tunas lebih pendek (0,30 dan 1,08cm) dibandingkan dengan umur panen 9 BST (27,13% dan 1,62 cm),selama 4 bulan disimpan. Masa dormansi rimpang benih JPB mulai pecahsetelah mengalami periode simpan 2 bulan. Pertumbuhannya mulaiseragam setelah 3 bulan simpan. Umur panen jahe 7 dan 8 BSTmempunyai derajat dormansi yang lebih tinggi dibanding 9 BST. Rimpangbenih umur panen 7, 8, dan 9 BST mempunyai daya tumbuh tinggi (>95%)dan pertumbuhan bibit seragam setelah 3 bulan disimpan.Kata kunci: Zingiber officinale Rosc., penyimpanan, benih, perubahanfisiologis, viabilitasABSTRACTOne of the factors that determine the storability of seed rhizome ofwhite big ginger (WBG) is quality. The quality is determined by thematurity levels of seed rhizome. The aim of the experiment was to observethe effect of harvesting time on physiological changes and seed viability ofWBG seed rhizomes during the storage. The experiment was conducted atGreen House and Seed Technology Laboratory of Indonesian Spice andMedicinal Crops Research Institute, Bogor and Postharvest Laboratory,IPB, from July 2012 to February 2013. The experiment was arranged in acompletely randomized design with five replications. The treatmentstested were three levels of WBG seed rhizome harvesting time: 7, 8, and 9month after planting (MAP). Variables observed were physiologicalchanges of seed rhizomes during the storage (weight loss, sproutingpercentage, shoot height, respiration rate, and moisture content) andviability (growth ability, height, and dry weight of the seedling). Theresults showed that seed rhizomes at 7 and 8 had the best storability, sinceit was produced each low rate of weight loss (24.65 and 25.25%), andshoots shorter (0.3 and 1.08 cm) than 9 MAP (27.13% and 1.62 cm), for 4months in storage. Dormancy of WBG seed rhizomes has been brokenafter 2 months in storage. Harvesting at 7 and 8 showed a degree ofdormancy higher than the harvesting age 9 MAP. Harvesting time at 7, 8,and 9 MAP had high growth ability (> 95%) and uniform seedling growthafter 3 months in storage.Keywords: Zingiber officinale Rosc., storage, seed, physiologicalchanges, viability
Phytophthora capsici Penyebab Busuk Pucuk Vanili di Indonesia Andriyani, Nina; Wahyono, Dono; Manohara, Dyah; Gunawan, Agustina W.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 5, No 2 (2008): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.416 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v5i2.3201

Abstract

TULISAN PENDEKPhytophthora capsici Penyebab Busuk Pucuk Vanili di Indonesia
PHYTOPHTHORA CAPSICI PENYEBAB BUSUK PUCUK VANILI DI INDONESIA Andriyani, Nina; Wahyono, Dono; Manohara, Dyah; Gunawan, Agustina W.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 5, No 2 (2008): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v5i2.3201

Abstract

TULISAN PENDEKPhytophthora capsici Penyebab Busuk Pucuk Vanili di Indonesia
BERCAK DAUN PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER INOKULUM PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA (Piper nigrum L.) Manohara, Dyah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada di sebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Kerugian akibat serang-an patogen tersebut pada awal tahun 2006 di-perkirakan Rp 4,9 milyar. Seluruh bagian tanaman lada dapat diserang Jamur P. capsici, serangan pada daun menyebabkan bercak daun sedang serangan pada akar atau pangkal batang menyebabkan kematian tanaman secara cepat. Penelitian yang telah dilakukan terdiri dari penelitian laboratorium dan rumah kaca dengan tujuan mengamati (1) perkembangan bercak daun P. capsici pada tanaman lada sampai terjadinya gugur daun sakit, (2) kemampuan bertahan hidup P. capsici pada bercak daun serta penelitian lapang dengan tujuan meng-amati (3) perkembangan intensitas bercak daun Phytophthora menjadi penyakit BPB. Inokulasi daun-daun lada dilakukan dengan menempel-kan potongan biakan P. capsici berdiameter ±0,5 cm di tengah-tengah permukaan bawah daun. Gejala bercak daun akan nampak 24 jam setelah inokulasi. Bentuk bercak agak bulat dan berkembang terus sampai tepi daun, walaupun daun telah gugur. Daun sakit mulai gugur pada hari ketiga setelah inokulasi dan pada hari ke-enam semua daun sakit telah gugur. Pada pagi hari terdapat lapisan air di permukaan bawah bercak yang mengandung sporangia dan zoos-pora. Jamur P. capsici dapat bertahan hidup di dalam tanah sebagai saprob pada bercak daun selama 14 minggu dengan kelengasan tanah 60% sedang pada kelengasan tanah 80 sampai 100%, jamur dapat bertahan lebih dari 14 minggu, selanjuntnya propagul jamur ditemu-kan pada tanah di sekitar daun sakit yang telah mulai hancur. Di lapang, propagul P. capsici dijumpai pada tanah dan di sekitar daun sakit yang gugur. Gejala bercak Phytophthora di lapang dengan intensitas awal 10 % dapat ber-kembang menjadi penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan mengakibatkan kematian pertanaman lada dengan laju peningkatan se-besar 2,99%/bulan. Adanya gejala bercak da-un pada tanaman lada di lapang merupakan peringatan dini untuk segera melakukan tin-dakan pengendalian secara terpadu.
PENGARUH KELENGASAN TANAH TERHADAP DAYA BERTAHAN HIDUP Trichoderma harzianum DAN EFIKASINYA TERHADAP Phytophthora capsici L. Manohara, Dyah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Phytophthora capsici Leonian meru-pakan jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada. Saat ini penyakit BPB dapat ditemukan di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia dengan perkiraan kerugian pada akhir tahun 2007 se-besar Rp 19,6 milyar. Alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan dan relatif murah adalah menggunakan musuh alami dari jamur patogen tersebut. Berdasarkan hasil pe-nelitian secara in vitro, jamur Trichoderma harzianum (TSM) asal risosfera tanaman lada di Kebun Percobaan Sukamulya, Sukabumi merupakan antagonis P. capsici. Formulasi starter TSM yang terdiri dari campuran alang-alang dan tanah merupakan bentuk starter yang baik untuk diaplikasikan sebagai pengendali P. capsici. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi (1) pengaruh jenis tanah dan ke-lengasan tanah terhadap perkembangan T. harzianum asal formulasi starter; dan (2) pe-ngaruh waktu aplikasi starter TSM terhadap serangan P. capsici pada tanaman lada. Pene-litian dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat sejak 2003 sampai dengan 2007. Tiga jenis tanah yang diuji adalah tanah asal Bogor (Latosol), Lampung (Latosol) dan Bangka (Podzolik) dengan kelengasan 40, 70 dan 100% kapasitas lengas. Hasil penelitian mengungkap-kan bahwa kelengasan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan propagul T. harzianum asal starter adalah 70% kapasitas lapang. Pola peningkatan populasi T. har-zianum pada tanah Bogor berbeda dengan tanah Bangka dan Lampung. Pada tanah Bogor, populasinya meningkat pada awal pengamatan (dua hari setelah diberi perlakuan starter), ka-rena tanah mangandung C-organik paling ting-gi dibandingkan tanah Bangka dan Lampung. Populasi jamur pada semua perlakuan ternyata mengalami penurunan setelah 3 minggu diin-kubasi. Pada tanah Bangka dan Lampung, populasi jamur tersebut berada stabil dalam keadaan rendah setelah 6 minggu sedang pada tanah Bogor, 9 minggu setelah inkubasi. Aplikasi starter T. harzianum harus dilakukan dua minggu sebelum inokulasi P. capsici di dalam tanah. Implikasi dari penelitian ini adalah, aplikasi starter T. harzianum (TSM) untuk mencegah terjadinya infeksi P. capsici harus dilakukan sebelum penanaman benih lada dan disertai dengan penambahan bahan organik. 
EXPLORATION AND SELECTION OF RHIZOBACTERIA THAT INHIBIT PHYTOPHTHORA CAPSICI IN VITRO Zakia, Aulia; Ilyas, Satriyas; Budiman, Candra; ., Syamsuddin; Manohara, Dyah
JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA Vol 18, No 1 (2018): MARCH, JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.999 KB) | DOI: 10.23960/j.hptt.11883-94

Abstract

Exploration and Selection of Rhizobacteria that Inhibit Phytophthora capsici in vitro. Phytophthora capsici, a seed borne and the soil borne fungal pathogen is the cause of phytophthora blight on chili. The disease is difficult to control because of the resistant varieties unavailability in Indonesia. The aimed was to obtain isolates of rhizobacteria which has the ability to inhibit P. capsici in vitro. Rhizobacteria exploration was conducted in the chili production center in East Java (Malang, Batu, and Kediri) and West Java (Bogor). In one location, chili plant that had symptoms of phytophthora blight disease and a healthy plant next to it were chosen as samples to isolate P. capsici and the rhizobacteria. The rhizobacteria were isolated on NA, TSA, and TSAP (TSA with heated sample). Samples of diseased plants were used in isolation of P. capsici on V8 agar. The inhibition and compatibility of the rhizobacteria to inhibit P. capsici in vitro were tested by dual culture method. In this experiment, it was obtained 252 isolates of rhizobacteria and one isolate of P. capsici. Isolates of rhizobacteria with high to medium inhibition were E1, E3C2, and F2B1 respectively. All three isolates were then combined and tested against P. capsici in vitro. The highest inhibition was indicated by four isolate and combination of isolates, which were E1 isolate (58%), the combination of E1 + E3C2 isolates (58%), E1 + F2B1 (60%) and E1 + E3C2 + F2B1 (58 %).
Application of Fungicides and Silica Fertilization Suppress Pyricularia zingiberi Leaf Spot Disease on Red Ginger Wahyuno, Dono; Hardiyanti, Siti; Manohara, Dyah; Sari, Marlina Puspita
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol. 18 No. 4 (2022): Juli 2022
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.18.4.167-176

Abstract

Pyricularia zingiberi merupakan penyebab penyakit bercak daun dominan di Indonesia. Pengendalian penyakit bercak daun masih bertumpu pada fungisida kimia. Kombinasi teknik pengendalian serta ketepatan waktu aplikasi fungisida perlu ditentukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian serta mengurangi dampak negatif penggunaan fungisida kimia. Penelitian ini bertujuan menentukan kombinasi pemberian fungisida dan pupuk silika serta waktu yang efektif untuk pengendalian penyakit bercak daun. Penelitian disusun dalam rancangan petak-petak terbagi, dengan aplikasi pupuk silika sebagai petak utama, fungisida sebagai anak petak, dan waktu aplikasi sebagai anak-anak petak. Pupuk silika (20 mL L-1) diaplikasikan pada tanaman jahe merah umur 4 minggu dan kemudian tanaman diinokulasi dengan P. zingiberi pada umur 8 minggu. Fungisida mulai diaplikasikan sesuai dengan perlakuan (umur 12, 14, dan 16 minggu). Tidak terdapat interaksi antara ketiga faktor yang diuji. Aplikasi silika dalam bentuk SiO2 memberikan pengaruh tidak nyata pada keparahan serta laju perkembangan penyakit. Aplikasi silika meningkatkan kadar fenol dalam tanaman jahe merah. Pestisida nabati berbahan minyak cengkeh menginduksi sintesis asam salisilat, namun tidak signifikan dalam menekan laju perkembangan penyakit bercak daun. Mankozeb lebih efektif menekan laju perkembangan penyakit bercak daun dibandingkan dengan perlakuan lain. Waktu aplikasi fungisida disarankan pada saat tanaman berumur 14–16 minggu atau saat gejala bercak daun mulai terlihat. Monitoring berkala perlu dilakukan.
Efektivitas Seed Coating dan Biopriming dengan Rizobakteri dalam Mempertahankan Viabilitas Benih Cabai dan Rizobakteri selama Penyimpanan Madyasari, Ita; Budiman, Candra; ,, Syamsuddin; Manohara, Dyah; Ilyas, Satriyas
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.861 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.3.192-202

Abstract

ABSTRACTThe objective of the study was to obtain the best coating formula for hot pepper seeds, and evaluate the effect of seed coating and biopriming with rhizobacteria on viability of hot pepper seeds and rhizobacteria during storage. Experiment 1 was arranged in a completely randomized design with one factor i.e. 11 coating formula. Experiment 2 was arranged in a nested plot design with two factors, storage period (0, 4, 8, 12, 16, 20, and 24 weeks) as main factor and seed treatment consisted of 11 treatments (control, seed coating with E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 24 h with E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 48 h with E1+F2B1, ST116B, and CM8; priming metalaxyl) as nested factor. Result of experiment 1 indicated that the best coating formula for hot pepper seed was sodium alginate 2.5% and was used in experiment 2. Experiment 2 showed that seed coating and biopriming with rhizobacteria were able to maintain seed viability (79-89%) for 24 weeks of storage at 27-30 0C as compared to priming metalaxyl (54%). Biopriming E1+F2B1 24 h or CM8 48 h resulted in the highest index of seed vigor after 24 weeks of storage. Population of rhizobacteria in seed tissue decreased in bioprimed seeds from 105-107 cfu g-1 to 104 cfu g-1 after being stored for 24 weeks. Keywords: rhizobacteria isolates, seed treatment, seed vigor, sodium alginate ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula coating terbaik pada benih cabai dan mengevaluasi pengaruh seed coating dan biopriming dengan rizobakteri dalam mempertahankan viabilitas benih cabai dan rizobakteri selama penyimpanan. Percobaan 1 menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor yang terdiri atas 11 formula coating. Percobaan 2 menggunakan rancangan petak tersarang dua faktor, periode simpan (0, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 minggu) sebagai faktor utama dan perlakuaan benih yang terdiri atas 11 perlakuan (kontrol, seed coating dengan E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 24 jam dengan E1+F2B1, ST116B, CM8; biopriming 48 jam dengan E1+F2B1, ST116B, dan CM8; priming metalaksil) sebagai faktor tersarang. Hasil Percobaan 1 menunjukkan bahwa formula coating terbaik untuk benih cabai ialah natrium alginat 2.5% dan digunakan pada percobaan 2. Percobaan 2 menunjukkan bahwa seed coating dan biopriming dengan rizobakteri mampu mempertahankan viabilitas benih (78-89%) selama 24 minggu penyimpanan pada suhu 27-30 0C dibandingkan priming metalaksil (54%). Biopriming E1+F2B1 24 jam atau biopriming CM8 48 jam menghasilkan indeks vigor paling tinggi setelah disimpan selama 24 minggu. Populasi rizobakteri di dalam jaringan benih menurun pada benih yang diberi perlakuan biopriming dari 105-107 cfu g-1 menjadi 104 cfu g-1 setelah disimpan selama 24 minggu.Kata kunci: isolat rizobakteri, natrium alginat, perlakuan benih, vigor
Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Cabai dan Pengendalian Busuk Phytophthora melalui Biopriming Benih dengan Rizobakteri Asal Pertanaman Cabai Jawa Timur Zakia, Aulia; Ilyas, Satriyas; Budiman, Candra; ,, Syamsuddin; Manohara, Dyah
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.117 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.3.171-182

Abstract

ABSTRACT The objectives of this study was to evaluate biopriming of chili seed with rhizobacteria to improve plant growth and control Phytophthora blight disease in a greenhouse. This experiment used three isolates of rhizobacteria, i.e. E1, E3C2 and F2B1, and isolate Phytophthora capsici (Cb6) isolated from the production center of chili in East Jawa. Laris variety from PT. East West was used in this experiment. This experiment used randomized block design with one factor, i.e. 11 levels of seed treatment (E1 rhizobacteria, E3C2 rhizobacteria, F2B1 rhizobacteria, E1+E3C2 rhizobacteria, E1+F2B1 rhizobacteria, E1+E3C2+F2B1 rhizobacteria, seed soaking in water, without soaking, metalaxyl, positive control and negative control). The result showed that seed treatment with combination of E1+F2B1 isolates when grown in nursery, significantly increased the height and number of leaves in chilli. Besides, seed treatment with F2B1 isolate and combination of E1+F2B1 isolates after transplanting were capable to improve plant growth and control Phytophthora blight disease in greenhouse.Keywords: greenhouse, isolate rhizobacteria, Phytophthora capsici  ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah mengevaluasi perlakuan biopriming benih cabai dengan rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan bibit dan mengendalikan kejadian busuk Phytophthora di rumah kaca. Perlakuan biopriming benih dengan rizobakteri menggunakan tiga isolat rizobakteri E1, E3C2 dan F2B1 dan isolat Phytophthora capsici Cb6 hasil eksplorasi pertanaman cabai Jawa Timur. Benih yang digunakan dalam percobaan merupakan benih varietas Laris produksi PT. East West. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor, masing-masing perlakuan diulang empat kali, dengan 11 taraf perlakuan, antara lain R0+ (kontrol positif, benih direndam dalam PDB tanpa perlakuan rizobakteri dengan inokulasi P. capsici), R0- (kontrol negatif, benih direndam dalam PDB tanpa perlakuan rizobakteri dan tanpa inokulasi P. capsici), R1 (perlakuan benih dengan isolat E1), R2 (isolat E3C2), R3 (isolat F2B1), R4 (kombinasi isolat E1+E3C2), R5 (kombinasi isolat E1+F2B1), R6 (kombinasi isolat E1+E3C2+F2B1), R0RA (benih direndam dalam air 24 jam), R0TR (benih tanpa rendam), R0M (benih direndam dalam metalaksil). Tanah inokulum P. capsici diberikan 28 hari setelah pindah-tanam di sekitar pangkal batang tanaman cabai di bawah permukaan tanah. Hasil percobaan menunjukkan, perlakuan dengan kombinasi isolat E1+F2B1 saat persemaian di rumah kaca nyata meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman cabai. Perlakuan benih dengan isolat F2B1 maupun kombinasi isolat E1+F2B1 setelah pindah-tanam di rumah kaca memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman serta mengendalikan penyakit busuk Phytophthora. Kata kunci: isolat rizobakteri, Phytophthora capsici, rumah kaca