Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN BENIH TERHADAP PENINGKATAN VIGOR BENIH KAKAO HIBRIDA , Baharudin; Ilyas, Satriyas; Rahmad Suhartanto, Mohamad; Purwantara, Agus
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Effect of Length Storage and Seed Treatment to Improve Seed Vigour of Kakao Hybrid. Cacaoseeds are categorized as recalcitrant which have some problems such as: hight water content, short storability,sensitive to desiccation, sensitive to low temperature and pathogen contamination. The aims of the research wasto observe the interaction effect between the period of storage and seed treatment on viability and vigor of hybridcacao seeds and seedling of TSH 858. This research was conducted at Seed Main Garden of Indonesian Centreof Coffee and Cacao Research Institute (Puslitkoka) in Jember, Laboratory of Bogor Agricultural University, andMicrobiological laboratory and glass house of Biotechnology Research Institute for Estate Crops of Indonesia inBogor during May to December 2008. Seeds used were derived from results of open cross pollination betweencacao TSH 858 vs Sca 6 from Puslitkoka. Factorial completely randomized design was used, the first factor wasthe period of seed storage and the second factor was the seed treatment. Result showed that interaction betweenthe period of seed storage and seed treatment were statistically significant on germination ability, speed growthrelatively, T50, and number of leaf. The germination ability of seed decreased after 4 weeks storage, but the useof Trichoderma harzianum DT/38 and T. pseudokoningii DT/39 able to increase the germination ability from 8%to 63%. Seed vigor was showed by speed growth relatively, growth velocity (T50- ), and number of leaf werealso improved in matriconditioned seeds compared with the untreated ones. Matriconditioning plus T. harzianumDT/38 and T. pseudokoningii DT/39 treatment also increased index of vigor 32%, speed of germination 0, 5 mg,height of seedlings 3,5 cm, length of roots 0,6 cm and number of roots 8,7 compared with those were untreated.Key words : Biological control, hybrid seed, seed storages, seed vigor, Theobroma cacaoBenih kakao tergolong rekalsitran yang memiliki beberapa kendala antara lain berkadar air tinggi, periodehidup yang relatif singkat, tidak tahan desikasi dan suhu rendah, dan mudah terkontaminasi patogen. Penelitianbertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan perlakuan benih terhadapviabilitas dan vigor benih, serta bibit kakao hibrida TSH 858. Penelitian dilaksanakan di Kebun Induk Benih PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, Laboratorium Benih IPB, Laboratorium dan rumah kaca mikrobiologiBalai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Bogor, pada bulan Mei sampai Desember 2008. Benih hibridaberasal dari hasil persilangan terbuka antara kakao TSH 858 x Sca 6 dari Puslitkoka. Penelitian menggunakanPengaruh Lama Penyimpanan dan Perlakuan Benih terhadap Peningkatan Vigor Benih Kakao Hibrida (Baharudin, SatriyasIlyas, Mohamad Rahmad Suhartanto dan Agus Purwantara)74rancangan lingkungan acak lengkap faktorial, faktor pertama adalah lama penyimpanan secara alami dan faktorkedua perlakuan benih. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara lama penyimpanan benih dengan perlakuanbenih nyata mempengaruhi daya berkecambah, kecepatan tumbuh relatif,T50dan jumlah daun. Benih kakaosetelah penyimpanan empat minggu menunjukkan daya berkecambah yang menurun, tetapi dengan perlakuanmatriconditioning plus Trichoderma harzianum DT/38 dan T. pseudokoningii DT/39 mampu meningkatkan dayakecambah dari 8% menjadi 63%. Vigor benih yang ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh relatif, kecepatan tumbuh(T50 -), dan jumlah daun juga ikut meningkat dengan perlakuan matriconditioning. Perlakuan matriconditioningplus T. harzianum DT/38 dan T. pseudokoningii DT/39 mampu meningkatkan indeks vigor 32%, laju pertumbuhankecambah 0, 5 mg, tinggi bibit 3,5 cm, panjang akar 0,6 cm dan jumlah akar 8,7 dibanding tanpa perlakuan.Kata kunci : Pengendalian hayati, benih hibrida, penyimpanan benih, Theobroma cacao, vigor benih
PENGARUH UMUR PANEN RIMPANG TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGI DAN VIABILITAS BENIH JAHE PUTIH BESAR SELAMA PENYIMPANAN RUSMIN, DEVI; SUHARTANTO, M.R.; ILYAS, SATRIYAS; MANOHARA, DYAH; WIDAJATI, ENY
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSalah satu faktor yang menentukan daya simpan benih jahe putihbesar (JPB) adalah mutu. Mutu benih sangat ditentukan oleh tingkatkemasakan rimpang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruhumur panen terhadap perubahan fisiologi dan viabilitas benih selamapenyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan LaboratoriumTeknologi Benih, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat sertaLaboratorium Pascapanen IPB Bogor, mulai bulan Juli 2012 sampaidengan Februari 2013. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap(RAL) dengan lima ulangan. Perlakuan yang diuji adalah tiga tingkat umurpanen benih 7, 8, dan 9 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan dilakukanterhadap perubahan fisiologis (penyusutan bobot, persentase rimpangbertunas, tunas, kadar air, dan laju respirasi), serta viabilitas rimpang benih(daya tumbuh, tinggi, dan bobot kering bibit). Hasil penelitianmenunjukkan rimpang benih umur 7 dan 8 BST mempunyai daya simpanterbaik karena menghasilkan masing-masing total angka penyusutan bobotlebih rendah (24,65 dan 25,25%) dan tunas lebih pendek (0,30 dan 1,08cm) dibandingkan dengan umur panen 9 BST (27,13% dan 1,62 cm),selama 4 bulan disimpan. Masa dormansi rimpang benih JPB mulai pecahsetelah mengalami periode simpan 2 bulan. Pertumbuhannya mulaiseragam setelah 3 bulan simpan. Umur panen jahe 7 dan 8 BSTmempunyai derajat dormansi yang lebih tinggi dibanding 9 BST. Rimpangbenih umur panen 7, 8, dan 9 BST mempunyai daya tumbuh tinggi (>95%)dan pertumbuhan bibit seragam setelah 3 bulan disimpan.Kata kunci: Zingiber officinale Rosc., penyimpanan, benih, perubahanfisiologis, viabilitasABSTRACTOne of the factors that determine the storability of seed rhizome ofwhite big ginger (WBG) is quality. The quality is determined by thematurity levels of seed rhizome. The aim of the experiment was to observethe effect of harvesting time on physiological changes and seed viability ofWBG seed rhizomes during the storage. The experiment was conducted atGreen House and Seed Technology Laboratory of Indonesian Spice andMedicinal Crops Research Institute, Bogor and Postharvest Laboratory,IPB, from July 2012 to February 2013. The experiment was arranged in acompletely randomized design with five replications. The treatmentstested were three levels of WBG seed rhizome harvesting time: 7, 8, and 9month after planting (MAP). Variables observed were physiologicalchanges of seed rhizomes during the storage (weight loss, sproutingpercentage, shoot height, respiration rate, and moisture content) andviability (growth ability, height, and dry weight of the seedling). Theresults showed that seed rhizomes at 7 and 8 had the best storability, sinceit was produced each low rate of weight loss (24.65 and 25.25%), andshoots shorter (0.3 and 1.08 cm) than 9 MAP (27.13% and 1.62 cm), for 4months in storage. Dormancy of WBG seed rhizomes has been brokenafter 2 months in storage. Harvesting at 7 and 8 showed a degree ofdormancy higher than the harvesting age 9 MAP. Harvesting time at 7, 8,and 9 MAP had high growth ability (> 95%) and uniform seedling growthafter 3 months in storage.Keywords: Zingiber officinale Rosc., storage, seed, physiologicalchanges, viability
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JATI ASAL SULAWESI SELATAN BERDASARKAN MARKA SIMPLE SEQUENCE REPEAT (SSR) Satriyas Ilyas, Munarti, Sudarsono,
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Iptek dan Multi Disiplin
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.893 KB)

Abstract

Jati (Tectona grandis Linn.f) merupakan salah satu pohon hutan tropis yang terkenal di dunia dan bernilai ekonomi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi keragaman genetik dan tingkat polimorfisme marker SSR pada tanaman jati asal Sulawesi Selatan. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini berasal dari empat lokasi (Ceddie, Bilokka, Welongnge, Massepe). Primer SSR yang digunakan yaitu AC01, AG04, AG16, ATC02 dan AGT10.  Analisis data menggunakan Gene Pop ver.3.1b software, AMOVA dan NTSYS ver. 2.02. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 19 alel yang terdeteksi pada lima lokus SSR. Jumlah alel tiap lokus minimum 2 dan maksimum 5 alel. Nilai Polimorphic Information Content (PIC) tertinggi pada lokus ATC02 yaitu 0.70, dengan  rata-rata keragaman genetik tertinggi pada populasi pohon asal Massepe (0.663) untuk semua lokus.  Analisis AMOVA menunjukkan komponen dan presentase ragam terbesar terdapat di dalam populasi (93.75%), dibanding antar populasi dalam grup. Analisis pengelompokan Individu untuk semua populasi menunjukkan lima kelompok utama   pada koefisien jarak genetik 0.50.   Kata Kunci : Tectona grandis. L, Keragaman genetik, marka SSR
SEED DETERIORATION PATTERN OF FOUR BAMBARA GROUNDNUT LANDRACES (Vigna subterraneasubterranean (L) Verdc) IN OPEN STORAGE SYSTEM Hamami, Happy Suryati; Qadir, Abdul; Ilyas, Satriyas; Budhianto, Bambang
Informatika Pertanian Vol 27, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.295 KB) | DOI: 10.21082/ip.v27n2.2018.p111-118

Abstract

Bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc) is a potential commodity to be developed in Indonesia, however, the production is done only once a year, therefore, it needs proper seed storage. The aim of this research was to study seed deterioration patterns of four bambara groundnut landraces stored in packages with different permeability in an open storage system for up to 6 months. This experiment was conducted from November 2015 to July 2016 at Seed Technology Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, IPB. Stages of experiment as follow: calculation of packaging permeability, seed storage, preparation and fitting data to regression equation.The packaging used in the study is aluminum foil, pp plastic and plastic sacks which have measured its permeability. The result showed that the seed deterioration of four bambara groundnut landraces in three packaging permeability has common sigmoidpattern with equation model: y = a / {1 + exp ((x + b) / c)}. The seed deterioration pattern based on SG and EC variables with the faster rate of decline occurred in Sumedang landrace packed in plastic sack (permeability = 1.4681 g/day m2 mm/Hg), thus having a shorter storability. The slower rate of decline occurred in Gresik landrace packed in aluminum foil (permeability = 0.098 g/day m2 mm/Hg), this means that it has a longer storability.
EXPLORATION AND SELECTION OF RHIZOBACTERIA THAT INHIBIT PHYTOPHTHORA CAPSICI IN VITRO Zakia, Aulia; Ilyas, Satriyas; Budiman, Candra; ., Syamsuddin; Manohara, Dyah
JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA Vol 18, No 1 (2018): MARCH, JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.999 KB) | DOI: 10.23960/j.hptt.11883-94

Abstract

Exploration and Selection of Rhizobacteria that Inhibit Phytophthora capsici in vitro. Phytophthora capsici, a seed borne and the soil borne fungal pathogen is the cause of phytophthora blight on chili. The disease is difficult to control because of the resistant varieties unavailability in Indonesia. The aimed was to obtain isolates of rhizobacteria which has the ability to inhibit P. capsici in vitro. Rhizobacteria exploration was conducted in the chili production center in East Java (Malang, Batu, and Kediri) and West Java (Bogor). In one location, chili plant that had symptoms of phytophthora blight disease and a healthy plant next to it were chosen as samples to isolate P. capsici and the rhizobacteria. The rhizobacteria were isolated on NA, TSA, and TSAP (TSA with heated sample). Samples of diseased plants were used in isolation of P. capsici on V8 agar. The inhibition and compatibility of the rhizobacteria to inhibit P. capsici in vitro were tested by dual culture method. In this experiment, it was obtained 252 isolates of rhizobacteria and one isolate of P. capsici. Isolates of rhizobacteria with high to medium inhibition were E1, E3C2, and F2B1 respectively. All three isolates were then combined and tested against P. capsici in vitro. The highest inhibition was indicated by four isolate and combination of isolates, which were E1 isolate (58%), the combination of E1 + E3C2 isolates (58%), E1 + F2B1 (60%) and E1 + E3C2 + F2B1 (58 %).
Perubahan Perilaku Dormansi selama Proses Desikasi pada Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea L. Verdc.) Sari, Maryati; Satriyas Ilyas; M. Rahmad Suhartanto; Abdul Qadir
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 48 No. 1 (2020): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.171 KB) | DOI: 10.24831/jai.v48i1.29371

Abstract

Benih kacang bambara seringkali menunjukkan perkecambahan yang lambat dan tidak serempak, bahkan pada benih yang baru dipanen. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dormansi benih. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi perilaku dormansi dan perkecambahan benih kacang bambara selama proses desikasi. Percobaan disusun dalam rancangan petak tersarang. Perlakuan pematahan dormansi (kontrol, skarifikasi mekanik, perendaman dalam KNO3 1% selama 2 jam, dan skarifikasi mekanik diikuti perendaman dalam KNO3) tersarang pada tingkat desikasi benih (benih segar dengan kadar air (KA) 54.7%, benih dengan desikasi hingga KA 44.4%, 18.0%, 15.4%, dan 12.1%). Hasil penelitian menunjukkan benih kacang bambara yang baru dipanen berada dalam keadaan dorman. Desikasi pada benih tidak meningkatkan intensitas dormansi, bahkan meningkatkan daya tumbuh (pada 30 hari setelah tanam) dari 43.9% pada benih segar menjadi sekitar 70% pada benih kering dengan kadar air 12-15%. Desikasi benih dari KA 44.4% hingga 12.1% meningkatkan daya tumbuh, meskipun tidak cukup untuk mematahkan dormansi. Sementara itu, desikasi juga cenderung meningkatkan rasio GA/ABA, namun mengakibatkan permeabilitas testa berkurang. Fakta menunjukkan desikasi mengurangi intensitas dormansi benih kacang bambara sehingga disarankan untuk melakukan modifikasi metode pengeringan untuk mempercepat peningkatan rasio GA/ABA dengan menjaga testa tetap permeabel. Kata kunci: after-ripening, kacang bogor, kulit keras, permeabilitas, rasio GA/ABA
PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU RIMPANG BENIH JAHE PUTIH BESAR MELALUI APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH The Production and Quality Improvement of Big White Ginger Seed Rhizomes by Plant Growth Regulator Aplication Rusmin, Devi; Suhartanto, Muhammad Rahmad; Ilyas, Satriyas; Manohara, Dyah -; Widajati, Eny -
Perspektif Vol 19, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n1.2020.29-40

Abstract

Permasalahan utama dalam pengembangan tanaman jahe putih besar (JPB) adalah   terbatasnya ketersediaan rimpang benih bermutu dalam jumlah yang mencukupi, pada waktu diperlukan oleh pengguna. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan oleh produksi dan mutu rimpang benih yang masih rendah, serta bobot rimpang benih yang cepat menyusut dan mudah bertunassaat di penyimpanan. Penulisan ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pengguna tentang karakter pola pertumbuhan, keseimbangan hormonal dan perubahan fisiologis yang menjadi faktor perhatian utama dalam peningkatan produksi dan mutu JPB melalui aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT).Peningkatan produksi dan mutu dapat dicapai dengan penggunaan rimpang benih  bermutu yang diperoleh  melalui: penentuan pola pertumbuhan, pengaturan keseimbangan hormon, baik secara alami (pengaturan iklim mikro), maupun dengan pemberianZPT selama proses produksi di lapangan dan di penyimpanan. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa: (1) Pola pertumbuhan tajuk dan rimpang JPB selama pembentukan dan perkembangannya secara umum diklasifikasikan atas  tiga fase yaitu: fase lambat 1–4 bulan setelah tanam (BST), cepat (> 4–6 BST), dan pemasakan (> 6 BST).Rimpang benih JPB umur 7 BST sudah dapat digunakan sebagai bahan tanaman. (2) Perbedaan lokasi tanam dan umur panen mempengaruhi pola keseimbangan hormon endogen tanaman (rasio hormonABA/GA dan ABA/sitokinin (Zeatin) dan mutu rimpang benih JPB. Rasio ABA/sitokinin (zeatin) yang lebih tinggi pada rimpang benih umur 7 BST (5,0) dan 8 BST (4,7) dibanding rimpang benih umur 9 BST (4,2) untuk rimpang benih asal Nagrak, sehingga mampu memicu dan mempertahankan dormansi sehingga benih JPB lebih tahan disimpan.  (3) Periode dormansi benih rimpang JPB pecah setelah disimpan selama 2 bulan dan merupakan periode kritis atau periode yang tepat untuk aplikasi perlakuan penundaan pertunasan. (4) Aplikasi PBZ 400 ppm meningkatkan produksi JPB yang dinyatakan dalam bobot basah (22%) dan jumlah rimpang cabang (68%), dengan karakter rimpang: kecil, ruas pendek dan bernas, serta meningkatkan mutu dan daya simpan dibanding tanpa PBZ. (5) Aplikasi PBZ 1000 ppm, pada suhu ruang simpan 20 – 22 ºC, dapat menekan susut bobot sebesar 15% dibanding kontrol, setelah disimpan selama 4 bulan dan dapat menekan persentase rimpang bertunas sebesar 26% setelah 3 bulan disimpan.Permasalahan utama dalam pengembangan tanaman jahe putih besar (JPB) adalah   terbatasnya ketersediaan rimpang benih bermutu dalam jumlah yang mencukupi, pada waktu diperlukan oleh pengguna. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan oleh produksi dan mutu rimpang benih yang masih rendah, serta bobot rimpang benih yang cepat menyusut dan mudah bertunassaat di penyimpanan. Penulisan ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pengguna tentang karakter pola pertumbuhan, keseimbangan hormonal dan perubahan fisiologis yang menjadi faktor perhatian utama dalam peningkatan produksi dan mutu JPB melalui aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT).Peningkatan produksi dan mutu dapat dicapai dengan penggunaan rimpang benih  bermutu yang diperoleh  melalui: penentuan pola pertumbuhan, pengaturan keseimbangan hormon, baik secara alami (pengaturan iklim mikro), maupun dengan pemberianZPT selama proses produksi di lapangan dan di penyimpanan. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa: (1) Pola pertumbuhan tajuk dan rimpang JPB selama pembentukan dan perkembangannya secara umum diklasifikasikan atas  tiga fase yaitu: fase lambat 1–4 bulan setelah tanam (BST), cepat (> 4–6 BST), dan pemasakan (> 6 BST).Rimpang benih JPB umur 7 BST sudah dapat digunakan sebagai bahan tanaman. (2) Perbedaan lokasi tanam dan umur panen mempengaruhi pola keseimbangan hormon endogen tanaman (rasio hormonABA/GA dan ABA/sitokinin (Zeatin) dan mutu rimpang benih JPB. Rasio ABA/sitokinin (zeatin) yang lebih tinggi pada rimpang benih umur 7 BST (5,0) dan 8 BST (4,7) dibanding rimpang benih umur 9 BST (4,2) untuk rimpang benih asal Nagrak, sehingga mampu memicu dan mempertahankan dormansi sehingga benih JPB lebih tahan disimpan.  (3) Periode dormansi benih rimpang JPB pecah setelah disimpan selama 2 bulan dan merupakan periode kritis atau periode yang tepat untuk aplikasi perlakuan penundaan pertunasan. (4) Aplikasi PBZ 400 ppm meningkatkan produksi JPB yang dinyatakan dalam bobot basah (22%) dan jumlah rimpang cabang (68%), dengan karakter rimpang: kecil, ruas pendek dan bernas, serta meningkatkan mutu dan daya simpan dibanding tanpa PBZ. (5) Aplikasi PBZ 1000 ppm, pada suhu ruang simpan 20 – 22 ºC, dapat menekan susut bobot sebesar 15% dibanding kontrol, setelah disimpan selama 4 bulan dan dapat menekan persentase rimpang bertunas sebesar 26% setelah 3 bulan disimpan. ABSTRACT The main problems in the development of big white ginger plant (BWG) is the limited availability of quality seed rhizomes in sufficient quantities, at the time required by the user. Its caused by the production and quality of seed rhizomes are still low, and the seed rhizomes weight are rapidly shrinking and sprouting when in the storage. This Overview aims to inform users about the character of the pattern of growth, the balance of hormonal and physiological changes that are primarily focused on the production and seed quality improvement BWG through the application of plant growth regulator (PGR). Increased production and quality can be achieved by the use of quality seed rhizomes obtained through: determination of growth patterns, hormonal balance regulation, both naturally (microclimate regulation), as well as by application of growth regulators (ZPT) during the production process in the field and in storage. Some research results showed that: (1) The growth pattern of the canopy and GWB seed rhizomes during its formation and development is generally classified into three phases: slow phase 1-4 months after planting (MAP), fast (> 4-6 MAP), and maturty (> 6 BST). (2) Differences in planting location and harvest age affect the balance pattern of plant endogenous hormones (ABA / GA and ABA / cytokinin (zeatin) hormone ratios) and the BWG seed rhizomes quality. ABA / cytokinin ratios are higher in BWG seedlings aged 7 MAP (5.0) and 8 MAP (4.7) compared to 9 MAP (4.2) for seed rhizomes from Nagrak, so they are able to trigger and maintain dormancy so Its are more resistant to storage. (3) The dormancy period of BWG seed rhizomes break after stored for 2 months and this is a critical period or an appropriate period for sprouting inhibition treatment. (4) Application of PBZ 400 ppm increased production and quality of BWG seed rhizomes, namely: wet weight (22%) and number of branch rhizomes (68%) with rhizome characteristics: small, short and filled out internodes compared without PBZ. (5) Application of PBZ 1000 ppm, at a storage temperature of 20-22 ºC, can reduce weight loss by 15% compared to control, after stored for 4 months and also can reduce the sprouting percentage of rhizomes by 26% after stored for 3 months.
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL PADI, DAN PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DI RUMAH KACA Agustiansyah, Agustiansyah; Ilyas, Satriyas; Sudarsono, Sudarsono; Machmud, Muhammad
JURNAL AGROTROPIKA Vol 16, No 2 (2011): Agrotropika Vol.16 No.2 2011
Publisher : JURNAL AGROTROPIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.896 KB)

Abstract

The objective of this research was to study the influence of biological seed treatment on plant growth, yield of rice, and controlling of bacterial leaf blight. The research was conducted at green house of Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Development, Bogor and Seed Science and Technology Laboratory, Department of Agronomy IPB from August 2009 to Febru-ary 2010. The result showed that biological seed treatment of Pseudomonas spp. and Bacillus spp. (with and without matriconditioning) could increase plant growth of rice in terms of on plant height, number of seedling, root length, root fresh weight, root dry weight, shoot fresh weight, and shoot dry weight. Seed treatments of matriconditioning + P.aeruginosa, matriconditioning + B.subtillis5/B, and Bacillus subtillis 11/C were the best seed treatments in increasing yield of rice as indicated by the highest number of filled grains/panicle, percentage of filled grain/panicle, percentage of filled grain/plant, and the lowest number of unfilled grain/panicle, percentage of unfilled grain/panicle, and percentage unfilled grain/plant. Seed treatments of Pseudomonas diminuta, matriconditioning + Pseudomonas diminuta and matriconditioning + Bacillus subtilis 11/C were significantly resulted in lower percentage of pathogen diseased leaf area (%DLA) than others seed treatment. Percentages of pathogen diseased leaf area were 15.45%, 15.94% and 19.55%. Key words: Bacillus spp Biological seed treatment, matriconditioning, Pseudomonas spp.
Produksi Umbi Mini Kentang Secara Aeroponik Melalui Penentuan Dosis Optimum Pupuk Daun Nitrogen Dianawati, Meksy; Ilyas, Satrias; Wattimena, G A; Susila, A D
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n1.2013.p47-55

Abstract

Persentase stolon menjadi umbi pada produksi umbi mini kentang secara aeroponik diperkirakan hanya 5–10%, sehingga masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksi umbi mini dengan melakukan induksi pengumbian. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan produksi umbi mini kentang melalui peningkatan induksi pengumbian dengan berbagai dosis pupuk daun nitrogen. Percobaan dilaksanakan di Rumah Plastik di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat mulai Bulan Desember 2010 sampai dengan Juli 2011. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu faktor dosis pupuk daun nitrogen yaitu 0, 500, 1000, 2000, dan 4000 ppm N dengan enam ulangan. Pupuk nitrogen yang digunakan ialah Ca(NO3)2 yang diaplikasikan 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk daun nitrogen Ca(NO3)2 dapat meningkatkan produksi umbi mini kentang melalui peningkatan bobot umbi per tanaman sebesar 17%, tetapi belum dapat meningkatkan induksi pengumbian tanaman kentang pada sistem aeroponik. Dosis optimum pupuk daun nitrogen Ca(NO3)2 untuk bobot umbi per tanaman maksimum ialah 2173 ppm. Peningkatan bobot umbi mini per tanaman pada sistem aeroponik dapat memberikan manfaat sebagai sumber benih.
Keefektifan Pelapisan Benih terhadap Peningkatan Mutu Benih Padi Selama Penyimpanan Ikrarwati, Ikrarwati; Ilyas, Satriyas; Yukti, AmiyarsI Mustika
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 34, No 2 (2015): Agustus 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.434 KB) | DOI: 10.21082/jpptp.v34n2.2015.p145-152

Abstract

Seed coating using biological pesticides such as clove oil and citronella oil, was expected to have the ability to control seed-borne pathogens on rice. The aim of the research was to determine the effectiveness of seed coating using clove oil and lemon grass oil against seed-borne fungi and bacteria on rice seed variety “Hipa 8” during storage. The experiment was conducted in Cimanggis, from February to September 2012, using completely randomized design with single factor, consisting of four levels: (1) clove oil 1% + chitosan 3%; (2) lemon grass oil 2% + carboxymethyl-cellulose 1%; (3) Synthetic pesticide (streptomycin sulphate 0.04% + benomyl 0.1%) + arabic gum 10%; and (4) control (without coating). Results showed that seedborne fungi pathogens on seed of Hipa 8 rice were detected at 6-month storage consisted of Fusarium sp., Curvularia sp., Alternaria sp., Cladosporium sp., Aspergillus sp. and Penicillium sp. The detected pathogenic bacteria were Xanthomonas oryzae pv. oryzae and X. campestris pv. oryzicola. Coating formula most compatible with the rice seed of HIPA 8 was chemical pesticide + 10% arabic gum, which suppressed fungal infection from 80% to 45% at the first month and from 90% to 70% at the fifth month, suppressed populations of Xoo + Xco from 7.6 x 108 cfu/g of seed to 5.86 x 105 cfu/g of seed at the first month and 7.0 x 106 cfu/g of seed to 1.4 x 104 cfu/g of seeds at the sixth month. The treatment caused the smallest decrease of seed viability compared to the other coating treatments.
Co-Authors , Agustiansyah . Agustiansyah ., Syamsuddin Abdul Munif Abubakar Ibrahim Agus Purwantara Agus Purwantara AGUS PURWANTARA Agus Purwantara Agustiansyah Agustiansyah Ahmad Zamzami Ainun Nur Maulidina Hikmawati Aminuyati ANAS D SUSILA Anas D. Susila Anwar, Aswaldi Aprizal Zainal Aris Hairmansis Atin Yulyatin Aulia Zakia Bagus Kukuh Udiarto Baharudin Baharudin ; BAHARUDIN BAHARUDIN Belladina Farhana Budhianto, Bambang Candra Budiman Dedy Suhendy Devi Rusmin DEVI RUSMIN DEVI RUSMIN Diah Manohara Dianawati, Meksy Dyah - Manohara Dyah Manohara Dyah Manohara Dyah Manohara DYAH MANOHARA Dyah Manohara E Widajati Edi Guhardja Edy Suprianto Endah Retno Palupi Endang Murniati Endang Pudjihartati Enni Suwarsi Rahayu Eny Widajati Faiza C Suwarno Faiza C Suwarno Farih Najah Rosadiah Giyanto . Giyanto, Giyanto HAJRIAL ASWIDINNOOR Hamami, Happy Suryati Hipi, Awaludin Ikrarwati, Ikrarwati IRENG DARWATI Kartika Kartika Lalu Firman Budiman M.R. SUHARTANTO M.R. SUHARTANTO, M.R. Manohara, Dyah - Maryati Sari MELATI MELATI Memen Surahman Mira Landep Widiastuti Mohamad Arif Mohamad Rahmad Suhartanto MR Suhartanto Muhammad Machmud Muhammad Machmud Muhammad Machmud Nelly Fridayanti Qadir, Abdul Rubiyo Rubiyo RUSMIN, DEVI Sholeh Avivi Sri Wilarso Budi Sudarsono Sudarsono . Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Susila, A D Syamsuddin Syamsuddin Syamsudin Syamsudin Trikoesoemaningtyas Trikoesoemaningtyas Wan Tin Diarni Wattimena, G A Yukti, AmiyarsI Mustika