Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Analisa Distribusi Sedimen Untuk Manajemen Umur Layanan Waduk Ponre-Ponre Rosyidi, Adi; Maricar, Farouk; Bakri, Bambang
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 24 No 1 (2020)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.052020.11

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis perilaku pergerakan sedimen jangka panjang yang akan berpengaruh terhadap umur layanan waduk dan (2) menemukan konfigurasi rekayasa barrier berupa soft structure atau hard structure yang paling efektif dalam mengalihkan distribusi sedimen untuk memperpanjang umur layanan waduk. Metode yang digunakan adalah kombinasi pendekatan modifikasi dan perhitungan secara kuantitatif berdasarkan data di lapngan. Penelitian dilaksanakan di Waduk Ponre-Ponre Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak Mike Zero yang dikalibrasi dengan data Bathimetri, kemudian dilakukan validasi dan verifikasi dengan pendekatan pada besaran penambahan elevasi yang didapatkan dari hasil pengukuran data di lapangan. Hasil yang didapatkan bahwa (1) setelah beroperasi kurang leibh 11 tahun, Waduk Ponre-Ponre mengalami pengurangan kapasitas tampungsebesar 6,95 juta m3 dengan luas chatchment area 78,55 km ,maka penambahan elevasi sedimentasi yang terjadi adalah sebanyak 0.008 per tahun atau sama dengan 7,602 mm per tahun (2) rekayasa distribusi barrier paling tepat ditempatkan dengan metode parallel barrier yang menujukkan penekannan jumlah sedimen sekitar 83,23% atau 6,327 mm per tahun. Kata kunci: rekayasa topografi, sedimentasi, waduk
Pengaruh Bukaan Pintu Terhadap Karakteristik Gerusan Sekitar Pintu Sorong Pada Saluran Terbuka Masruniwati, Afifah; Maricar, Farouk; Hatta, Mukhsan Putra
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 24 No 2 (2020)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.112020.08

Abstract

Abstrak Sewaktu pintu dioperasikan akan terjadi pola aliran di daerah bukaan pintu yang mana arus aliran tersebut akan berinteraksi dengan material-material yang ada di sekelilingnya sehingga menyebabkan material di dasar saluran tergerus. Penelitian dilakukan untuk mempelajari bagaimana karakteristik gerusan yang terjadi disekitar pintu sorong pada saluran terbuka dengan variasi debit. Penelitian berbentuk eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Penelitian dilakukan dengan 3 variasi debit (Q) yaitu 1382,837 cm3/detik; 1462.746 cm3/detik; dan 2013.328 cm3/detik. Sedangkan bukaan pintu sorong (Yg) menggunakan tiga variasi yaitu 0,5 cm; 1,0 cm; dan 1,5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola gerusan yang terjadi disekitar pintu sorong pada saluran terbuka sangat dipengaruhi oleh variasi debit aliran dan besaran bukaan pintu sorong, dan akibat dari adanya frame pada pintu sorong maka konsentrasi aliran cenderung mengarah ketengah dan ke pinggir sebelah kanan saluran sehingga terjadi dominasi gerusan di tengah dan sebelah kanan saluran. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil bukaan pintu maka gerusan yang terjadi semakin besar. Hubungan karakteristik antara kedalaman gerusan disekitar pintu sorong pada saluran terbuka yaitu semakin kecil bukaan pintu dan semakin besar debit yang melewati bawah pintu maka semakin besar gerusan yang terjadi. Abstract When the door is operated, there will be a flow pattern in the sluice gate opening area, where the flow will interacts with the materials around it causing local scouring at the bottom of the channel. The Research was conducted to study the characteristics of the scour around the sluice gate in an open channel with variations in discharge. It was conducted in the form of an experimental study at the Hydraulics Laboratory of the Faculty of Engineering, Hasanuddin University. The Research was conducted with 3 discharge variations (Q), namely 1382,837 cm3/second; 1462,746 cm3/second; and 2013,328 cm3/second. The sliding door opening (Yg) uses three variations, namely 0.5 cm; 1.0 cm; and 1.5 cm. The results show that the scouring pattern that occurs around the sliding door in the open channel is strongly influenced by variations in the flow rate and the size of the sliding door opening, and due to the presence of a frame on the sliding door, the concentration of the flow tends to lead to the middle and the right edge of the channel, so that the scouring dominates in the middle and right of the channel. This shows that the smaller the door opening, the greater the scouring. The characteristic relationship between the depth of the scour around the sliding door in the open channel is that the smaller the opening of the door and the greater the discharge that passes under the door, the larger the opening of the door.
Optimasi Layanan Air Baku dan Irigasi Embung Kawari Kabupaten Jeneponto Amin, Muh Nur Asri; Maricar, Farouk; Hatta, Mukhsan Putra
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 25 No 1 (2021)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.052021.04

Abstract

Abstrak Perencanaan pembangunan Embung Kawari untuk mengatasi keterbatasan sumber air yang ada di Kecamatan Bontoramba, Provinsi sulawesi Selatan. Embung tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku dan irigasi. Pemenuhan layanan embung perlu dioptimasi untuk memenuhi jumlah kebutuhan air baku dan irigasi dengan berbagai skenario. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan jumlah pemakaian air untuk kebutuhan air baku dan irigasi secara optimal. Optimasi dilakukan dengan metode Generalized Reduced Gradiant (GRG). Untuk fungsi tujuan memaksimalkan penggunaan air embung.Hasil optimasi diperoleh dua kriteria, kriteria A pemanfaatan air untuk air baku sebesar 42% dari proyeksi penduduk di tahun 2029 dan areal layanan irigasi untuk tanaman padi seluas 316,13 Ha dan tanaman jagung 63,87 Ha, kriteria B pemanfaatan untuk air baku sebesar 42% dari proyeksi penduduk di tahun 2029 dan areal layanan irigasi pada tanaman jagung seluas 697,35 Ha. Abstract Optimization of raw water and irrigation services for kawari dam, Jeneponto Regency. Kawari dam construction design to overcome the limitations of water resources in Kecamatan Bontoramba, South Sulawesi. The Dam is used to comply raw water needs and irrigation. The fulfillment of raw service requirements optimization to fulfill the amount of raw water in vary scenarios. This research aims to determine the amount of water usage for raw water and irrigation needs optimally. The optimation performed with Generalized Reduced Gradiant (GRG) Methods. For the purpose of its function is to maximize the dam water usage. The optimization results obtained two criteria, Criterion A The use of water for raw water is 42% of the estimated population in 2029 and the irrigation service area for rice plants is 316.13 Ha and corn 63.87 Ha, Criterion B utilization for raw water is 42% from the estimated population in 2029 and the corn crop irrigation service area is 697.35 Ha.
Studi terhadap Penumpukan Debris Kayu dengan Backwater Rise Kenaikan Muka Air pada Hulu Jembatan Maricar, Muhammad Farid; Maricar, Farouk; Lopa, Rita Tahir
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jrsl.v7i1.38617

Abstract

Debris flow is a phenomenon that occurs in both upstream and downstream watersheds. Heavy rains cause debris flow, which transports some of the material in the watershed, including pieces of wood from broken trees in the upper reaches of the watershed. The aim of this study was to conduct additional research on the phenomenon of accumulation of wood debris flow upstream of the bridge using flume experiments as the method. The wooden bridge model and a wood piece model were used as a bridge and wood debris models in this study. A tool was created in this study to release wood upstream, and the amount of drifted and trapped wood was counted. Furthermore, the depth of flow will be measured as wood debris accumulates upstream of the bridge model. According to the findings of this study, the backwater rise increased with the amount of wood debris flow accumulation on the upstream side of the bridge. According to the findings of this study, the accumulation of wood debris flow had an effect on the backwater rise upstream of the bridge. The lowest value for backwater rise is 0.02, while the highest value is 0.21. Furthermore, the accumulation of wood debris flow increases in accordance with the increase in flow discharge on the bridge caused by wood debris accumulation. For each diameter of 4 mm, 5 mm, and 6 mm, the average backwater rise difference between maximum and minimum discharge is: 0.058; 0.064; 0.1. This is due to the fact that as the discharge in the flow increases, the area upstream of the bridge model facing the direction of flow increases. This research is one step toward improving flood management knowledge. ABTRAK Aliran debris menjadi fenomena yang terjadi di berbagai daerah aliran sungai, baik pada bagian hulu maupun pada bagian hilir. Aliran debris terjadi karena hujan yang deras dan menghanyutkan sebagian material pada daerah aliran sungai, termasuk potongan-potongan kayu yang merupakan patahan dari pohon-pohon yang terletak pada bagian hulu daerah aliran sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait fenomena penumpukan aliran debris kayu pada hulu jembatan berdasarkan eksperimen pada flume sebagai metodenya. Di dalam penelitian ini, model jembatan dari kayu dan model potongan kayu digunakan sebagai model jembatan dan debris kayu. Pada penelitian ini, dibuat sebuah alat untuk melepaskan kayu pada bagian hulu, dan jumlah kayu yang hanyut dan terperangkap akan dihitung. Selain itu, kedalaman aliran akan diukur selama terjadinya proses penumpukan debris kayu pada hulu model jembatan. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa backwater rise meningkat dengan meningkatnya jumlah penumpukan aliran debris kayu pada bagian hulu jembatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penumpukan aliran debris kayu berpengaruh terhadap backwater rise pada hulu jembatan. Nilai backwater rise terendah adalah 0,02, sedangkan nilai tertinggi adalah 0,21. Selain itu, penumpukan aliran debris kayu meningkat selaras dengan meningkatnya debit aliran pada jembatan dengan penumpukan debris kayu. Rata-rata selisih backwater rise antara debit maksimum dan debit minimum pada tiap-tiap diameter 4 mm, 5 mm, dan 6 mm adalah : 0,058; 0,064; 0,1. Hal ini karena area pada hulu dari model jembatan yang berhadapan dengan arah aliran, meningkat seiring dengan meningkatnya debit pada aliran. Studi ini merupakan salah satu langkah untuk memperdalam ilmu untuk penanggulangan banjir.
UJI MODEL PEMECAH GELOMBANG RUBBLE MOUND BERBASIS REKAYASA PROFIL LERENG Fadly, Muhammad; Arsyad Thaha, Muhammad; Maricar, Farouk
Riset Sains dan Teknologi Kelautan Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62012/sensistek.v1i1.12975

Abstract

Batuan pelindung pemecah gelombang rubble mound umumnya direncanakan dengan menggunakan konsep stabilstatis melalui persamaan Hudson, akan tetapi ukuran batuan yang diperoleh sangat besar dan sulit diperolehdilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiringan struktur (), tinggi gelombang (H),periode gelombang (T), dan kedalaman (d) terhadap pembentukan profil lereng yang stabil pada pemecah gelombangrubble mound yang menggunakan batu pecah berukuran kecil. Penelitian model fisik dengan skala 1:20 dilakukan diLaboratorium Hidrolika dan Teknik Pantai, Jurusan Sipil, Unhas. Model pemecah gelombang sisi miring dengankemiringan 1:1 dan 1:2 dibuat dari batu pecah dengan ukuran batu D50 = 0,33 cm dan D50 = 0,725 cm. Ukuran tersebutdiperkecil rata-rata 5,7 kali dan 3,2 kali dari perhitungan berdasarkan metode Hudson, disimulasikan dalam 2 macamkedalaman (d), dengan 24 macam tinggi dan periode gelombang (Hi & T) dengan jumlah gelombang 2000-4000. Hasilpenelitian menunjukkan lereng pemecah gelombang yang diuji mencapai kondisi stabil dengan profil persamaan y=-y1x³-y2x²+y3x+y4 dan faktor y1, y2, y3 dan y4 memiliki korelasi cukup, kuat dan sangat kuat terhadap bilangan takberdimensi H3 [dDgT2]-1[cot ]-1. Persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk memperkirakan profil lerengpemecah gelombang rubble mound dengan ukuran batuan yang telah diperkecil dalam rentang diameter tertentu.
Evaluation of Tidal Energy Potential Using a Two-Way Tidal Energy Model Rusvan, A. Aliffathur; Maricar, Farouk; Thaha, M. Arsyad; Paotonan, Chairul
Civil Engineering Journal Vol 10, No 9 (2024): September
Publisher : Salehan Institute of Higher Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28991/CEJ-2024-010-09-016

Abstract

Tidal energy is a renewable energy source that provides sustainable energy through the utilization of tidal differences, making it a very promising option. This study examines a more effective tidal energy reservoir model by building a 1:100 scale prototype in the laboratory with several predetermined variations, namely an earthen pond (100, 80, and 60 cm), and flow holes (1.5, 1, and 0.5 cm) with initial tidal height differences of 10 cm, 15 cm, and 20 cm. The model uses a 6-hour time period, which corresponds to a semidiurnal tidal model. The results showed that the highest energy output was 281.84 kWh, achieved with a 1.5 cm flow hole, 20 cm tidal height difference for the initial condition, and 80 cm pond width. For a 1 cm flow hole, the outputs were 1774.8 kWh and 1803.78 kWh for 15 cm and 20 cm tidal height difference for the initial condition with a pond width of 100 cm. Meanwhile, the 0.5 cm flow hole produces potential energy outputs of 2623.8 kWh and 2611.4 kWh for different tidal heights of 15 cm and 20 cm for the initial condition with a pond width of 100 cm. Better model performance can be connected to a mini generator to validate the energy generated from the designed prototype model. Doi: 10.28991/CEJ-2024-010-09-016 Full Text: PDF
Socialization of Utilization of Coastal Boundary Space and Coastal Abrasion in South Galesong District K, Riswal.; Maricar, Farouk; Thaha, Muh Arsyad; Lopa, Rita Tahir; Mustari, A. Subhan; Bakri, Bambang; Pongmanda, Silman; Pallu, Muh. Saleh; Hatta, Mukhsan Putra; Puspita, A. Ildha Dwi
JURNAL TEPAT : Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat Vol 8 No 1 (2025): Community Empowerment through Higher Education Community Service Programs
Publisher : Faculty of Engineering UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jurnal_tepat.v8i1.564

Abstract

South Galesong District, South Sulawesi, is a coastal area facing a serious threat due to beach erosion, exacerbated by the improper use of coastal setback areas that do not align with their ecological functions. The South Galesong District Government and the community of Mangindara Village, as partners in this program, face challenges in sustainably managing coastal setback areas. This community service program aims to raise public awareness and understanding of coastal setback management and erosion mitigation through various educational methods and community-based training. The implemented methods include lectures, distribution of educational leaflets and banners, as well as pre-test and post-test assessments to measure the improvement in public understanding. Additionally, community-based mitigation training was conducted using a hybrid approach that combines nature-based solutions and engineering techniques for erosion control. Baseline evaluation through questionnaires indicated that the initial level of public understanding regarding coastal setbacks and erosion issues ranged between 27% and 37.5%. After the program, post-test results showed a 40% increase in understanding of coastal protection structure planning, with an overall average improvement of 35.66%. Based on the results of this community service program, it can be concluded that the socialization of coastal setback utilization and beach erosion has had a significantly positive impact on public understanding in South Galesong District. The educational materials proved effective in increasing awareness of the importance of coastal setbacks, the risks of erosion, and the planning of protective coastal structures. Moving forward, it is expected that fishermen and communities residing in coastal setback areas will have an even greater awareness of the importance of sustainable coastal setback utilization in accordance with ecological functions, as well as a better understanding of coastal erosion.
Validasi Akurasi Data Curah Hujan Per-Jam GSMaP Menggunakan ARR Tersebar di Sulawesi Selatan Mustamin, Muhammad Rifaldi; Maricar, Farouk; Lopa, Rita Tahir; Karamma, Riswal
Jurnal Teknik Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (Juni 2024)
Publisher : Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56860/jtsda.v4i1.93

Abstract

Data hujan adalah kebutuhan yang sangat penting dalam berbagai kegiatan. Adanya keterbatasan sebaran titik stasiun hujan menyebabkan keterbatasan data hujan di suatu daerah. Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah penggunaan data satelit seperti GSMaP. Untuk mendukung penggunaan data curah hujan satelit di suatu daerah, maka perlu dilakukan pengujian akurasi data untuk mengetahui karakteristik error yang dihasilkan. Tujuan dari peneltian ini untuk memvalidasi tingkat akurasi data curah hujan skala jam - jaman GSMaP dalam mengestimasi curah hujan di wilayah Indonesia khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan data ARR. Metode validasi akurasi dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi (r), Root Mean Square Error (RMSE), dan Relative Bias (RB) yang dilakukan berdasarkan klasifikasi kelas hujan yaitu ringan, sedang, lebat dan sangat lebat. Hasil dari validasi akurasi menunjukkan bahwa data curah hujan satelit GSMaP dan data curah hujan terukur pada skala jam – jaman memiliki hubungan yang kuat dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi 0,6–0,9. Jika ditinjau dari nilai RB dan RMSE, maka data hujan GSMaP pada intensitas hujan ringan cenderung over-estimated dari data hujan terukur, kemudian cenderung under-estimated pada intesitas hujan sedang hingga sangat lebat. Secara umum, data curah hujan satelit GSMaP masih memiliki error terhadap data pengamatan meskipun kemampuan mendeteksi curah hujannya sudah baik. Hal ini menunjukkan data curah hujan GSMaP dapat diandalkan untuk estimasi curah hujan di wilayah yang tidak memiliki titik pengamatan, namun pada daerah yang memiliki data terukur tetapi panjang data terbatas sebaiknya data satelit tersebut dilakukan koreksi/kalibrasi terlebih dahulu karena masih terdapat error.  
Hydrological Analysis In Selecting Flood Discharge Method In Watershed Of Kelara River Mustamin, Muhammad Rifaldi; Maricar, Farouk; Karamma, Riswal
INTEK: Jurnal Penelitian Vol 8 No 2 (2021): October 2021
Publisher : Politeknik Negeri Ujung Pandang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31963/intek.v8i2.2874

Abstract

For Engineers involved in planning and construction of water resources building, hydrology becomes very important data. In terms of planning stage in water resources especially waterworks, it is known that design flood discharge closed to field realistic conditions is often needed in order that a planned construction is able to control flood discharge. Several previous researches in choosing flood discharge selection method have diverse depending on observed watershed. One method in determining selected flood discharge by verification using Creager diagram, by comparing discharge calculation results of several Synthetic Unit Hydrograph (SUH) with infrastructure flood discharge (AWLR result) in observation point. This research aims to obtain  the most suitable synthetic unit hydrograph and close to analysis result of measured discharge frequency, and Creager diagram in Kelara watershed (DAS). Based on the calculation of design flood discharge according to rainfall data using synthetic unit hydrograph of Nakayasu, ITB I, ITB II, and SCS (HEC-HMS) as well as the calculation of design flood discharge according to collected data, it is concluded that the synthetic unit hydrograph method closest to design flood discharge with measured discharge rate and Q1000 rate of Creager diagram is SCS. Flood discharge rate obtained according to HSS SCS method using HEC-HMS  4.8 application in period of 2 years  is 658,40 m3/s, 25 years is 682,70 m3/s, 50 years is 787,00 m3/s, 100 years is 885,70 m3/det, and 1000 years is 1202,60 m3/s
Analisis Angkutan Sedimen Dasar Mengggunakan Metode Duboys dan Einstein Akibat Krib Permeabel Pada Saluran Terbuka (Uji Eksperimental) Susanto Putri, Adellina Sahnaz; Tungga Dewi, Dwi Juniati; Maricar, Farouk; Mansida, Amrullah
Journal of Muhammadiyah’s Application Technology Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jumptech.v2i1.10249

Abstract

Sedimentasi merupakan proses pengendapan material yang terjadi di sungai. Krib merupakan bangunan yang dibuat melintang sungai guna mengatur arus sungai dan mengurangi gerusan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh krib permeable terhadap karakteristik aliran dan mengetahui berapa besar laju angkutan sedimen dasar akibat krib permeable menggunakan metode Duboys dan Einstein. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Unhas menggunakan flume akrilik sepanjang 900 cm dengan krib permeable dari kayu bulat dan bahan uji tanah pasir lolos ayakan 20. Hasil penelitian ini diketahui bahwa terjadi penurunan bilangan Froude sekitar 18 % dan kenaikan bilangan Reynolds sekitar 14,56 % pada pengaliran menggunakan krib kerapatan (ak1) 0,9 cm. Laju angkutan sedimen dasar tertinggi ada pada Q3S3ak1 dan yang terendah pada Q1S1. Menurut Einstein didapatkan qb sebesar 7,564 m3/hari dan 0,358 m3/hari sedangkan menurut Duboys sebesar 0,4096 m3/hari dan 0,0058 m3/hari.