Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PROFESSIONAL ETHICS AND LEGAL PROTECTION FOR NOTARY Soegianto Soegianto
Jurnal Pembaharuan Hukum Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pembaharuan Hukum
Publisher : UNISSULA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26532/jph.v6i2.7897

Abstract

Notary is a profession that is authorized to make authentic deeds about all deeds, agreements and stipulations required by a general regulation or by the interested parties to be stated in an authentic deed, guarantee the certainty of the date, keep the deed and give the grosse, copies and quotations. Basing on the moral and ethical values of the Notary, carrying out the position of the Notary Public is a service to the community (client) independently and not taking sides in the field of notary, whose service is lived as a vocation based on the spirit of devotion to fellow human beings for the public interest and rooted in respect for dignity humans in general and notary dignity in general. In exercising its authority as a Public Official who makes an authentic deed, the Notary Public must uphold the Notary Ethics Code and be protected by Act Number 2 of 2014 amending the Law Number 30 of 2004 concerning the Position of Notary.
Perhitungan Kalkulasi Blowdown Pada Boiler Pipa Api PPSDM MIGAS Soegianto Soegianto
Swara Patra Vol 12 No 1 (2022): Swara Patra : Majalah Ilmiah PPSDM Migas
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37525/sp/2022-1/325

Abstract

Proses pengolahan air pada operasi boiler merupakan salah satu hal yang harus benar – benar diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadap kualitas uap air yang dihasikan. Apabila dalam air umpan yang diproduksi mengandung gas terlarut terutama oksigen akan menyebabkan kerusakan yang sangat serius pada boiler. Sedangkan secara umum biaya terbesar dalam proses pengolahan air yang menimbulkan persoalan dalam penanganan pada peralatan penukar panas adalah terbentuknya kerak yang menempel pada permukaan logam. Kerak yang menempel pada boiler akan sangat merugikan karena dapat menyebabkan turunnya efisiensi boiler dan dapat menimbulkan kerusakan yang sangat serius. Kerak yang dihasilkan pada boiler dihasilkan dari tingginya jumlah padatan terlarut atau biasa disebut TDS (Total Dissolved Solid) yang berasal dari mineral yang terikut kedalam air umpan boiler. Pada proses pengolahan air umpan boiler di softener maupun demineralisasi dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan mineral agar tidak terikut masuk kedalam boiler, akan tetapi tidak semua mineral tersebut dapat dihilangkan sama sekali dan bahkan tidak jarang masih terikut masuk kedalam steam drum. Untuk mengurangi jumlah mineral yang masih terikut maka perlu dilakukan blow down secara rutin dengan mempertimbangkan kandungan TDS pada air boiler
Permasalahan Hukum Lelang Barang Jaminan Secara Online Abidin, Abidin; Sofyan, Syafran; Sudarmanto, Kukuh; Arifin, Zaenal; Soegianto Soegianto
Journal Juridisch Vol. 1 No. 2 (2023): JULY
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jj.v1i2.7920

Abstract

The purpose of this study is to analyze and describe the problems that often arise in online collateral auctions and obstacles experienced by auction organizers and bidders and to find out whether online auctions are more effective and efficient than conventional auctions. The urgency of this research is a reference for researchers in particular and the public in general who are interested in the problem of online auction of collateral; besides that, the internet is an electronic communication service that connects computer networks and computer facilities organized throughout the world via telephone or satellite by connecting their devices to the internet network. Currently, internet access has become easier, and the Directorate General of State Wealth (DJKN) utilizes this convenience for the public interest with the launch of an internet auction application (e-Auction). The research method used is normative juridical, namely research that prioritizes how to research library materials and laws and regulations. The results of this study show that online auctions of collateral are seen as more effective and efficient than conventional auctions. Secondly, often bidders who do not make repayments on the grounds that their auction accounts are hacked make auction decisions inappropriately. Thirdly, online auctions make auction activities independent of threats or terror between bidders when competing in auction price negotiations.   Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan menguraikan permasalahan yang sering muncul dalam lelang barang jaminan secara online serta hambatan yang dialami oleh penyelenggara lelang maupun peserta lelang dan untuk mengetahui apakah lelang online ini lebih efektif dan efisien daripada lelang konvensional. Urgensi penelitian ini sebagai referensi bagi peneliti pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang tertarik pada masalah lelang barang jaminan secara online, selain itu internet merupakan suatu layanan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit dengan mengkoneksikan perangkatnya pada jaringan internet. Saat ini akses internet sudah semakin terasa mudah. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) memanfaatkan kemudahan ini untuk kepentingan publik dengan peluncuran aplikasi lelang internet (e-Auction). Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengutamakan cara meneliti bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian ini menunjukkan lelang barang jaminan secara online dipandang lebih efektif dan efisien daripada lelang secara konvensional; kedua, seringnya peserta lelang yang tidak melakukan pelunasan dengan alasan akun lelangnya terkena hack menjadikan keputusan lelang tidak patut; ketiga, lelang online menjadikan kegiatan lelang terlepas dari ancaman maupun teror antar peserta lelang saat bersaing dalam negosiasi harga lelang.
Village Asset Management in Toll Road Development: An Analysis of Permendagri No. 3 of 2024 Amending Permendagri No. 1 of 2016 in Central Java Province Ratuningnagari, Ayu Melati; Sudarmanto, Kukuh; Muhammad Junaidi; Soegianto Soegianto
Journal Juridisch Vol. 3 No. 1 (2025): MARCH
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jj.v3i1.11017

Abstract

This study aims to analyze the management of village assets affected by toll road construction in Central Java Province based on Minister of Home Affairs Regulation (Permendagri) Number 3 of 2024, which amends Permendagri Number 1 of 2016 on Village Asset Management, as well as to identify the obstacles encountered in its implementation. The research employs a normative juridical method with a conceptual approach, is descriptive-analytical in nature, and relies on secondary data consisting of primary, secondary, and tertiary legal materials analyzed qualitatively. The findings reveal that the management of village assets affected by toll road development is carried out through stages of inventory, planning, procurement, disposal, and transfer, guided by the principles of effectiveness, transparency, accountability, and legal certainty as stipulated in Articles 10, 11, and 19 of Permendagri Number 3 of 2024. Major challenges include difficulties in finding substitute land, unclear technical procedures, and discrepancies in asset valuation, often leading to disputes that must be settled through court proceedings. The novelty of this study lies in its focus on village assets—particularly treasury land (tanah kas desa)—which has been largely overlooked in previous research on land acquisition for toll roads, as most prior studies emphasize individual land rights under Law Number 2 of 2012. Accordingly, this research underscores the need for strengthened technical regulations and inter-institutional coordination to ensure legal certainty, protect village rights, and promote fair and sustainable asset management in the context of toll road development.
Perlindungan Hukum Atas Hak Eksklusif Remake Film Dalam Perspektif Undang-Undang Hak Cipta Laksana, Nabila Setya; Zaenal Arifin; Ani Triwati; Soegianto Soegianto; Ahmad Samudra
JURNAL USM LAW REVIEW Vol. 8 No. 2 (2025): AUGUST
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v8i2.10093

Abstract

This study aims to examine the legal protection of exclusive rights to film remakes and the legal consequences arising from such actions under Law Number 28 of 2014 on Copyright. The urgency of this research lies in the increasing prevalence of unauthorized film remakes in the digital era, particularly on social media platforms, which has not been thoroughly explored from the perspective of intellectual property law. This research uses a normative juridical method with statutory and conceptual approaches, relying on secondary data such as legislation, legal literature, and relevant references. The findings reveal that unauthorized film remakes constitute violations of the author's economic rights, subject to civil sanctions such as compensation and criminal penalties, including imprisonment or fines. The novelty of this research lies in its normative focus on exclusive rights within the context of film remakes as derivative works, an area rarely examined in previous studies. The conclusion emphasizes the need to strengthen the implementation of regulations, enhance digital monitoring systems, and improve public legal literacy regarding copyright protection. Recommendations include cross-sector collaboration among the government, rights holders, and digital platforms to establish a more effective and adaptive legal protection system.   Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perlindungan hukum terhadap hak eksklusif atas remake suatu film serta akibat hukum yang ditimbulkan dari tindakan tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Urgensi penelitian ini didasarkan pada maraknya praktik remake film tanpa izin yang semakin meningkat di era digital, khususnya melalui platform media sosial, namun belum banyak dikaji secara mendalam dari perspektif hukum kekayaan intelektual. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan konseptual, serta menggunakan data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum, dan referensi terkait lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remake film tanpa izin merupakan pelanggaran terhadap hak ekonomi pencipta, yang dapat dikenakan sanksi perdata berupa ganti rugi dan sanksi pidana berupa hukuman penjara atau denda. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada fokus analisis normatif terhadap hak eksklusif dalam praktik remake film sebagai bentuk karya turunan, yang belum banyak dijelaskan dalam kajian sebelumnya. Kesimpulan penelitian ini menegaskan perlunya penguatan regulasi turunan, sistem pengawasan digital, dan edukasi publik terkait perlindungan hak cipta. Rekomendasinya meliputi kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pemegang hak, dan platform digital untuk menciptakan sistem perlindungan hukum yang lebih efektif dan adaptif.    
Konflik Norma (Antinomy Normen) Sita Umum Dengan Sita Pidana Dalam Pemberesan Harta Pailit Harir, Moh; Soegianto Soegianto; Zaenal Arifin; Kukuh Sudarmanto; Miftah Arifin
JURNAL USM LAW REVIEW Vol. 8 No. 2 (2025): AUGUST
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v8i2.11384

Abstract

This study aims to analyze the normative conflict between general seizure (sita umum) and criminal seizure (sita pidana) in the settlement of bankruptcy assets, as well as to examine mechanisms for resolving such conflicts when assets of a bankrupt debtor under general seizure are also subject to criminal seizure. General seizure, carried out by the bankruptcy curator, is intended to collect and liquidate all assets of the bankrupt debtor to repay creditors fairly and proportionally. In contrast, criminal seizure, conducted by investigators, is aimed at confiscating assets related to a criminal offense, either as evidence or as proceeds of crime. The normative conflict arises when assets seized for bankruptcy settlement are also targeted in criminal proceedings. This clash is rooted in Article 31(2) of Law No. 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Debt Payment, which stipulates that a bankruptcy declaration and general seizure nullify all prior seizures, and Article 39(2) of Law No. 8 of 1981 on the Criminal Procedure Code (KUHAP), which still permits the seizure of assets already under civil or bankruptcy seizure. Using a normative juridical method, the findings reveal that this inconsistency creates legal uncertainty, particularly in determining the priority of seizure enforcement, thereby hindering the settlement of bankruptcy assets and potentially causing losses to creditors. Therefore, this study recommends the establishment of a clear legal provision that explicitly prioritizes general seizure in cases of overlap with criminal seizure, in order to ensure legal certainty, safeguard creditors’ rights, and maintain a balanced approach with the objectives of criminal law enforcement.   Penelitian ini bertujuan menganalisis konflik norma antara sita umum dan sita pidana dalam proses pemberesan harta pailit, serta mengkaji mekanisme penyelesaiannya ketika aset debitur pailit yang telah berada dalam sita umum juga menjadi objek sita pidana. Sita umum yang dilakukan oleh kurator dalam kepailitan bertujuan mengumpulkan dan menjual seluruh aset debitur pailit untuk membayar utang kepada para kreditur secara adil dan proporsional. Sebaliknya, sita pidana yang dilakukan oleh penyidik ditujukan untuk menyita aset yang terkait dengan tindak pidana, baik sebagai alat bukti maupun hasil kejahatan. Konflik norma timbul ketika objek yang disita untuk pemberesan harta pailit juga menjadi sasaran sita dalam perkara pidana. Pertentangan ini berakar pada ketentuan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang menyatakan bahwa putusan pailit dan sita umum menghapus seluruh sita sebelumnya, dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang tetap memperbolehkan penyitaan terhadap objek yang telah berada dalam sita perdata maupun sita pailit. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertentangan norma tersebut menimbulkan ketidakpastian hukum, khususnya terkait penentuan prioritas pelaksanaan sita, sehingga berimplikasi pada terhambatnya pemberesan harta pailit dan potensi kerugian bagi kreditur. Penelitian ini merekomendasikan adanya pengaturan yang secara tegas menetapkan prioritas sita umum dalam konteks tumpang tindih dengan sita pidana, guna menciptakan kepastian hukum, melindungi hak kreditur, dan tetap menjaga keseimbangan dengan kepentingan penegakan hukum pidana.