Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Simulasi Eddy Mindanao dan Eddy Halmahera Pada Saat El Nino dan La Nina Martono martono; Safwan Hardi; Nining Sari Ningsih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.386 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.1.33-41

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari variasi Eddy Mindanao dan Eddy Halmahera dalam skala tahunan yang mewakili kondisi El Nino dan La Nina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan hidrodinamika barokiinik tiga dimensi yang disebut dengan A Coupled Hydrodynamical - Ecological Model for Regional and Shelf Seas (COHERENS). Data yang digunakan sebagai input model adalah batimetri, temperatur air, salinitas, angin, temperatur udara, curah hujan, penguapan, kecerahan, dan tekanan udara. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh bahwa variabilitas Eddy Mindanao dan Eddy Halmahera dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan La Nina. Secara umum diameter dan kecepatan Eddy Mindanao danEddy Halmahera saat El Nino lebih kecil dan saat La Nina lebih besar daripada saat normal.   Kata Kunci : Eddy Mindanao, Eddy Halmahera, El Nino, La Nina, Model COHERENS
Studi Awal Pemodelan Medan Gelombang di Laut Jawa dan Karakteristik Spektrum Energi Gelombang di Teluk Jakarta Safwan Hadi; Nining Sari Ningsih; Kandaga Pujiana
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 10, No 3 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.294 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.10.3.169-176

Abstract

Informasi tentang karakteristik gelombang suatu perairan merupakan hal yang penting untuk diketahui guna melakukan berbagai aktifitas di laut seperti penangkapan ikan, pelayaran, rekayasa pantai dan lepas pantai.Pengukuran lapangan dalam waktu yang panjang dapat memberikan informasi ini tetapi memerlukan biaya yang sangat besar. Dengan semakin meningkatnya kemampuan komputer, informasi ini dapat diperoleh melalui simulasi model numerik. Dalam studi ini simulasi model numerik dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik gelombang di laut Jawa dan spektrum energi gelombang di Teluk Jakarta. Model numerik yang digunakan adalah model gelombang generasi ke – 3, WAM Model Cycle 4. Penerapan model dilakukanpada musim barat dan musim timur untuk melihat pengaruh arus laut pada karakteristik gelombang di Laut Jawa dan spektrum energi gelombang di Teluk Jakarta. Hasil simulasi model di Laut Jawa menunjukkan bahwa pada musim barat tinggi gelombang signifikan dan perioda puncak secara berturut-turut berkisar antara 0,44 – 1,83 m dan 2 – 5 detik sementara pada musim timur berkisar antara 0,35 – 1,06 m dan 2 – 5 detik. Arus laut berperan dalam penguatan tinggi gelombang. Pada musim barat tinggi gelombang signifikan bertambah dari 0,44 m menjadi 0,5 m sementara pada musim timur bertambah dari 0,35 m menjadi 0,37 m. Spektrum energi gelombang di Teluk Jakarta menunjukkan pengaruh Sea lebih dominan pada musim timur semantarapengaruh Swell lebih dominan pada musim barat. Pengaruh arus mengubah kondisi gelombang di Teluk Jakarta baik Sea maupun Swell pengaruhnya dominan pada musim timur.Kata kunci : Model Gelombang, Variasi Musim, Pengaruh ArusInformation about ocean wave characteristics is very important for working on various activities in the ocean such as fishing, navigation, coastal and offshore engineering. This information can be derived from long termfield observation, but this would require substantial amount of money. With ever increasing computer capabilities such information could be derived by applying a numerical model. In this research third generation wave model, WAM Model Cycle 4, was applied to study wave characteristics in Java Sea and wave energy spectrum in Jakarta Bay. The model was applied for two conditions i.e west and east monsoons and theinfluence of current on wave was also taken into consideration. Simulation results indicate that significant wave height during west monsoon is higher than east monsoon. Significant wave height and peak period during west monsoon vary between 0,44 – 1,83 m and 2 – 5 second respectively while during east monsoon they vary between 0,35 – 1,06 m and 2 – 5 second respectively. Ocean current causes wave height to increase. During west monsoon significant wave height increases from 0,44 m to 0,5 m while during east monsoon it increases from 0,35m to 0,37 m. Wave energy spectrum of Jakarta bay indicates that Sea is more dominant during east monsoon while Swell during west monsoon. The influence of current changes the wave condition in which both Sea and Swell are dominant during east monsoon.Key words : Wave model, Seasonal variation, Effect of ocean current.
Karakteristik Upwelling di Sepanjang Perairan Selatan NTT Hingga Barat Sumatera Kunarso Kunarso; Nining Sari Ningsih; Agus Supangat
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 10, No 1 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.813 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.10.1.17-23

Abstract

Kejadian upwelling di sepanjang perairan Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Barat Sumateramerupakan bentuk evolusi upwelling yang setiap tahun berulang. Fenomena upwelling ini dipengaruhioleh musim dan iklim. Adanya perubahan fenomena iklim (Normal, El Niño, dan La Niña) diduga akanmenyebabkan perubahan karakteristik upwelling, baik temporal (periode upwelling), spasial (distribusihorisontal), maupun intensitasnya. Berdasarkan hasil analisa dari data pola angin, model pola arus, sebaran suhu baik dari model maupun dari WOD ( Word Ocean Data ), serta data satelit yang berupa SST ( Sea Surface Temperature ) dan chlorofil-a, ditemukan bahwa pada variasi fenomena iklim (Normal, El Niño dan La Niña) tahunan , menunjukkan karakteristik upwelling yang berbeda. Upwelling pada tipe periode El Niño mempunyai karakteristik lebih lama, lebih luas distribusi spasialnya dan lebih kuat intensitasnya dibanding pada periode Normal dan La Niña. Upwelling pada tipe periode La Niña mempunyai karakteristik paling singkat kejadiannya, paling sempit distribusi spasialnya dan paling kecil intensitasnya dibanding periode El Niño dan Normal.Kata kunci: Upwelling, Normal, El Niño, La NiñaUpwelling evolution on the Southern Coast of NTT to the Western Coast of Sumatera occurs periodicallyevery year. This upwelling phenomena is affected by weather and climate. The climate variability (Normal,El Niño, dan La Niña) are supposed to couses the upwelling characteristic changes, both temporally(upwelling periodic) and spacially (horizontal distribution) and also upwelling intensity. Based on wind data analysis, current patern model, temperature distribution carried out from model data, Word OceanData and Sea Surface Temperature and chlorophyl-a obtained from satelite image, it is found thatinterannual variability of climate (Normal, El Niño, and La Niña events) couses different upwellingcharacteristics. Upwelling during the El Niño event has longer period, wider spacial distibution andstronger intensity than that during the Normal and La Niña ones. Upwelling during the La Niña eventshas shorter period, narrower spacial distribution, and weaker intensity than that during the El Niño andNormal event.Key words : Upwelling, Normal, El Niño, La Niña
Kajian Daerah Rawan Bencana Gelombang Badai Pasang (Storm Tide) di Kawasan Pesisir Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat Nining Sari Ningsih; Safwan Hadi; Agung B. Harto; M. D. Utami; Amanda P Rudiawan
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 15, No 4 (2010): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7030.353 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.15.4.179-193

Abstract

Gelombang badai pasang (storm tide) yang dibangkitkan pasang surut dan siklon tropis di Samudera Hindia sering menerjang kawasan pesisir selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada penelitian ini, model hidrodinamika dua dimensi (2D) horisontal Mike 21 digunakan untuk mensimulasikan tinggi gelombang, run-up, dan genangan di sepanjang kawasan pesisir selatan Jawa, Bali, dan NTB yang ditimbulkan oleh penjalaran gelombang pasang surut dan badai yang dibangkitkan oleh badai Jacob (2-12 Maret 2007) dan George (3-9 Maret 2007) di perairan pantai barat laut Australia. Penjalaran gelombang badai pasang disimulasikan dengan menggunakan data elevasi pasang surut di daerah batas terbuka model, angin, tekanan udara, dan lintasan badai. Data elevasi pasang surut diperoleh dari TMD (tide model driver), sedangkan data angin dan tekanan udara diperoleh dari NCEP (National Centers for Environmental Prediction). Data sea level anomaly (SLA) mingguan dari TOPEX Poseidon digunakan untuk memverifikasi tinggi gelombang badai (surge) yang dihasilkan model. Gelombang badai (surge) tertinggi di kawasan pesisir selatan Jawa, Bali, dan NTB, masing-masing  terjadi di Nusa Kambangan (Jawa; 19,0 cm), Tuban (Bali; 14,7 cm), Teluk Gumbang (Lombok; 12,2 cm), dan Tanjung Labulawah (Sumbawa; 12,5 cm). Jarak genangan maksimum gelombang badai pasang serta tinggi run-up yang menyertainya (H) terjadi di Teluk Penanjung (Jawa; R max = 835,2 m, H= 0,73 m), Tuban (Bali; R max = 623,5 m, H= 1,02 m), Tanjung Ringgit (Lombok; R max = 1112,3 m, H= 1,03 m) dan Teluk Cempi (Sumbawa; R max = 4136,5 m, H= 1,10 m)Kata kunci : gelombang badai, gelombang badai pasang, genangan, run-up, model hidrodinamika Storm surges generated by tropical cyclone in the Indian Ocean have often attacked southern coasts of Java, Bali, and Nusa Tenggara Barat (NTB). In this study, A two-dimensional (2D) hydrodynamic model of Mike 21 has been applied to simulate wave height, run-up, and inundation along the southern coasts of Java, Bali, and NTB, generated by tides and the Cyclone Jacob during 2-12 March 2007 and by the Cyclone George during 3-9 March 2007 in northwestern coastal waters of Australia. The storm tide event was simulated by imposing tidal elevations at the open boundaries, winds, air pressure, and storm tracks. Tidal elevation data were derived from TMD (tide model driver), while wind and air pressure data were obtained from NCEP (National Centers for Environmental Prediction). The weekly TOPEX Poseidon Sea Level Anomaly (SLA) was used to validate the model results of surge height. Highest surges along the southern coasts of Java, Bali, and NTB existed at Nusa Kambangan (Jawa; 19.0 cm), Tuban (Bali; 14.7 cm), Teluk Gumbang (Lombok; 12.2 cm), and Tanjung Labulawah (Sumbawa; 12.5 cm). Maximum distances of storm tide flooding (Rmax) and their associated run-up heights (H) occured at Teluk Penanjung (Jawa; R max = 835.2 m, H = 0.73 m), Tuban (Bali; Rmax = 623. m, H = 1.02 m), Tanjung Ringgit (Lombok; R max = 1112.3 m, H = 1.03 m), and Teluk Cempi (Sumbawa; Rmax = 4136.5 m, H= 1.0 m). Key words : storm surges, storm tide, inundation, run-up, hydrodynamic model.
Analisis Sinyal El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Hubungannya dengan Variabilitas Arus Lintas Indonesia di Selat Lifamatola Ajeng P. P. Oktaviani; Nining Sari Ningsih; Irsan S. Brodjonegoro; Anastasia R. T. D. Tisiana
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 4 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (19.846 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.4.209-218

Abstract

Di dalam makalah ini dijelaskan analisis transpor Arlindo yang melalui Selat Lifamatola dengan data IOS yang merepresentasikan ENSO. Selat Lifamatola merupakan salah satu jalurbagian timur Arlindo yang memiliki sill di kedalaman sekitar 1940 m. Data yang digunakan adalah kecepatan arus yang diperoleh dari mooring INSTANTpadaperioda waktu 2004-2006dan data IOS. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode low pass filter, analisis spektral, dan korelasi silang. Kecepatan arus di Selat Lifamatola pada kedalaman 1000-1300 m dominan ke arah baratlaut, sedangkan pada kedalaman 1400-2000 m ke tenggara yang merepresentasikan Arlindo. Hasil studi memperlihatkan adanya korelasi antara kecepatan arus (transpor Arlindo) di Selat Lifamatola dengan fenomena ENSO, yaitu adanya pelemahan/penguatan transpor Arlindo ke arah tenggara yang berkaitan dengan fenomena El Nino/La Nina. Nilai korelasi silang kecepatan arus dan data IOS adalah r(2-7)=0,3718-0,7040pada kedalaman 1000-1500m dengan time lag antara 2-7 bulan dan pada kedalaman 1600-2000m diperoleh nilai korelasi r(-11) = 0,5022-0,5538 dengan time lag 11 bulan.Kata kunci : Arlindo, ENSO, La Nina, El Nino, korelasi silang, IOS, Selat Lifamatola
Variabilitas Suhu dan Klorofil-a di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor Kunarso Kunarso; Safwan Hadi; Nining Sari Ningsih; Mulyono S. Baskoro
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 16, No 3 (2011): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.096 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.16.3.171-180

Abstract

Informasi mengenai variabilitas spasial suhu dan klorofil-a permukaan laut memiliki peran penting sebagai sarana pendugaan daerah potensi ikan tuna. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menggambarkan variabilitas suhu dan klorofil-a permukaan laut baik secara spasial maupun temporal di daerah upwelling pada variasi kejadian El Nino Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Oscillation Dipole Mode (IOD) di perairan Selatan Jawa hingga Timor. Variabilitas suhu dan klorofil-a permukaan laut dikaji berdasarkan data-data MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spektroradiometer) bulanan Level 3 dari satelit Aqua dan Terra. Nilai suhu dan klorofil-a permukaan laut bervariasi menurut waktu (bulan), wilayah (provinsi) dan variasi antar tahunan iklim global (El Niño-IOD(-), El Niño-IOD(+), La Niña-IOD(-) dan  La Niña-IOD(+). Secara umum kisaran suhu permukaan laut (SPL)  di  daerah  upwelling  pada  variasi  ENSO  dan  IOD  berkisar 26,18 -28,35°C  dengan  rerata 27,04±0,93°C. Kisaran klorofil-a sebesar 0,3-0,95 mg/M³ dengan rerata 0,69±0,28mg/M³. Mulai bulan Juni umumnya nilai suhu permukaan laut (SPL) semakin turun dan klorofil-a semakin meningkat hingga mencapai puncak bulan Agustus atau September, kemudian berangsur normal kembali. Nilai suhu permukaan laut terendah  ditemukan berkembang dari timur (Bali) pada bulan Juni bergerak ke barat hingga Jawa Barat di bulan Oktober. Nilai klorofil-a tinggi berkembang sesuai dengan perkembangan suhu terendah, namun nilai klorofil-a tertinggi umumnya bergerak tidak sesuai dengan perkembangan SPL terendah. Klorofil-a tertinggi umumnya terjadi di perairan selatan Provinsi Bali. Jauh dekatnya pergerakan SPL terendah dan klorofil-a tinggi tampak dipengaruhi nilai IOD-nya, semakin besar nilai IOD maka semakin jauh gerakannya ke barat.Kata Kunci : Variabilitas, suhu, klorofil-a, upwelling, perairan selatan Jawa The information of spatial variabilities of sea surface temperature and chlorophyll-a are important for predicting potential fishing ground of tuna. The aims of the reseach are to describe and study the spatial and temporal variabilities of sea surface temperature and chlorophyll-a at  upwelling area  during the variabilities of El Nino Southern Oscilation (ENSO) and Indian Oscillation Dipole Mode (IOD) event  at southern waters of Jawa until Timor Island. They were studied based on monthly MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spektroradiometer) data  Level 3 from Aqua and Terra satelite. The values of sea surface temperature and chlorophyll-a are variable in the times (month), areas (province) and annually global climate (El Niño-IOD(-), El Niño-IOD(+), La Niña-IOD(-) dan  La Niña-IOD(+). Commonly range of the seawater surface temperature (SST) at upwelling area on the variabilities of ENSO and IOD are about 26.18-28.35°C with average 27.04±0,93°C, whereas average of chlorophyll-a are about 0.3-0.95 mg/m³ with average 0.69±0,28mg/M³. From June, sea surface temperature starts to decrease but clhorophyl-a is increasing and back to  normal after reaching peak in August or September. The lowest sea surface temperature was found developing from east (Bali) in June and then moving to west until southern west Java  in  October. The development of high chlorophyll-a values are suitable with that of low sea surface temperature. However the development of highest chlorophyll-a generally move inconsistent with that of lowest sea surface temperature. The highest chlorophyll-a generally happen at the southern of Bali Province. The distance movement of the low sea surface temperature and high chlorophyll-a distributions are affected by IOD value, the higher IOD value the further they move to the west. Key words: Variability, temperature, khlorophyll-a, upwelling, southern waters of Jawa
Study on Seasonal Variation of Cohesive Suspended Sediment Transport in Estuary of Mahakam Delta by using A Numerical Model Safwan Hadi; Nining Sari Ningsih; Ayi Tarya
Jurnal Teknik Sipil Vol 13 No 1 (2006)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2006.13.1.2

Abstract

Abstract. A coupled three-dimensional hydrodynamics and sediment transport model of HydroQual, Inc., (2002), ECOMSED, has been used to simulate variation of suspended cohesive sediment transport in Estuary of Mahakam Delta. The simulation results indicate that tides and seasonal variation of river discharges are the main causes of variations in the suspended sediment concentration in this area. A one-year simulation of suspended sediment distribution shows that the suspended cohesive sediment discharge to the Makassar Strait is mainly transported southward, namely through locations of Muara Jawa and Muara Pegah and seems to reach a maximum distance of distribution in January and a minimum one in October. The simulation results also show that river discharges less influence the suspended sediment concentration at Tanjung Bayur, which is located at the tip of the channel in the middle, compared to the other locations. Abstrak. Suatu model kopel tiga dimensi hidrodinamika dan transpor sedimen HydroQual, Inc., (2002), ECOMSED, diterapkan untuk mensimulasi variasi transpor sedimen kohesif melayang di Estuari Delta Mahakam. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pasut dan variasi musiman dari debit sungai adalah penyebab utama dari variasi konsentrasi sedimen melayang di daerah ini. Simulasi satu tahun distribusi sedimen melayang memperlihatkan bahwa sedimen kohesif yang memasuki Selat Makassar terutama ditransporkan ke arah selatan melalui Muara Jawa dan Muara Pegah. Jangkauan maksimum dari aliran sedimen memasuki Selat Makassar terjadi pada bulan Januari dan minimum pada bulan Oktober. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa pengaruh debit sungai terhadap konsentrasi sedimen di Tanjung Bayur lebih kecil daripada di lokasi-lokasi yang lain.
Identifikasi Tinggi dan Jarak Genangan Daerah Rawan Bencana Rob di Wilayah Pantai Utara Jawa yang Disebabkan Gelombang Badai Pasang dan Variasi Antar Tahunan Farrah Hanifah; Nining Sari Ningsih
Jurnal Teknik Sipil Vol 25 No 1 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2018.25.1.10

Abstract

AbstrakTinggi dan jarak genangan rob yang disebabkan oleh gelombang badaipasang (storm tide) dan variasi antar tahunan di sepanjang pantai utara Jawa disimulasikan dengan menggunakan model hidrodinamika 2D dengan fasilitas Flooding and Drying (FAD). Dalam simulasi tersebut, digunakan batimetri dari General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO), peta DISHIDROS TNI-AL, dan topografi daerah utara Pulau Jawa berdasarkan data Digital Elevation Model (DEM) dari The NASA Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM). Gaya penggerak gelombang badai pasang yang digunakan adalah data elevasi pasang surut yang diperoleh dari hasil prediksi Global Tidal Model ORI.96 dan data angin serta tekanan udara yang diperoleh dari National Centers for Environmental Prediction (NCEP). Naiknya elevasi yang disebabkan badai (surge) tertinggi di kawasan pesisir utara Jawa dan Madura terjadi di Tanjung Pangkah (Jawa: 18,6 cm) pada Januari 2008. Jarak genangan maksimum (Smax) gelombang badai pasang serta run-up yang menyertainya (H) terjadi di Sampang (Madura; Smax = 6552,3 m, H = 1,559 m) pada November 2007. Tinggi genangan tertinggi terjadi pada Januari 2008 yaitu pada saat La-Niña kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan muka laut akibat La-Niña cukup berperan menambah kenaikan muka laut yang diakibatkan gelombang badai pasang.AbstractHeight and distance inundation caused by storm tide and interannual variations along the northern coast of Java have been simulated by using a 2D hydrodynamic model with Flooding and Drying facilities (FAD). In the simulation model, bathymetry data was derived from General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) and DISHIDROS Indonesian Navy maps, whereas topography of the northern area of Java was derived from Digital Elevation Model (DEM) of The NASA Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM). Tidal elevation obtained from Global Tidal Model prediction ORI.96 and wind and air pressure data of National Centers for Environmental Prediction (NCEP) were used as generating force of storm tide. The highest surge in the northern coast of Java and Madura occurred in Pangkah Cape (Java; 18.6 cm) in January 2008. Maximum inundation distance (Smax) and run-up (H) existed in Sampang (Madura; Smax = 6552.3 m, H = 1,559 m) in November 2007. The highest inundation occurred in January 2008 during strong La-Niña period, this suggests that La-Niña have significant contribution to increase sea level rise caused by storm tide. 
Dinamika Seas dan Swell dari Laut China Selatan ke Teluk Jakarta: Studi Kasus Kejadian Badai Hagibis, November 2007 Nining Sari Ningsih; Arief Rachman; Safwan Hadi; Farrah Hanifah
Jurnal Teknik Sipil Vol 26 No 1 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2019.26.1.8

Abstract

Karakteristik dinamika seas dan swell di sepanjang perairan Laut China Selatan-Teluk Jakarta pada waktu terjadi Badai Hagibis (18"“27 November 2007) dikaji dengan menggunakan metode pemodelan spektrum gelombang untuk mengetahui kontribusi gelombang yang dibangkitkan angin (gelombang angin) terhadap kejadian rob tanggal 25 November 2007 di pantai utara Jakarta. Pada penelitian ini, dilakukan pula uji coba simulasi model spektrum gelombang yang mengacu pada kedalaman tetap (batimetri) dan pada kedalaman total (jumlah batimetri dan pasang surut astronomis) untuk mengetahui pengaruh pasang surut astronomis terhadap hasil simulasi model gelombang yang dibangkitkan angin. Hasil simulasi menunjukkan bahwa gelombang angin di Teluk Jakarta pada tanggal 25 November 2007 didominasi oleh swell dengan tinggi gelombang ~11 cm yang diduga berasal dari Laut China Selatan sebagai daerah pembangkitan badai.Characteristics of seas and swell dynamics along South China Sea-Jakarta Bay waters during Cyclone Hagibis passage (18"“27 November 2007) have been studied using a spectral wave model to understand the magnitude of wind wave contribution to flooding event on November 25, 2007 along the northern coast of Jakarta. In this study, the model simulation was conducted using two kinds of water depth input, namely fixed water depth and timevarying water depths resulting from tides in order to obtain a better understanding of tidal influence on wind wave simulations. The simulated result shows that wind wave in the Jakarta Bay was dominated by swell with significant wave height of ~11 cm. It was expected that the swell propagated from the South China Sea as a storm generating area.
Analisis Sensitifitas Model Pasang Surut di Laut Indonesia Bagian Timur Menggunakan ROMS_Agrif Arie Antasari Kushadiwijayanto; Nining Sari Ningsih; Muchamad Al Azhar
Jurnal Fisika FLUX Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Publisher : Lambung Mangkurat University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1552.031 KB) | DOI: 10.20527/flux.v16i2.5439

Abstract

Pasang surut laut memiliki pengaruh yang besar terhadap dinamika laut di Indonesia bagian Timur.Oleh sebab itu pemodelan hidrodinamika yang melibatkan pasang surut menajadi kunci penting dalam membantu memahami proses fisis di perairan ini. Penelitian ini memberikan ulasan mengenai pengaruh masukan model seperti kedalaman minimum daerah model dan parameter kekasaran yang diharapkan bermanfaat dalam perkembangan model hidrodinamika di perairan ini. Model hidrodinamika menggunakan ROMS_Agrif dengan memvariasikan nilai kedalaman minimum dan parameter kekasaran. Beberapa data pengamatan lapangan digunakan untuk memvalidasi hasil model. Dari penelitian ini diketahui bahwa perubahan kedua parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil model. Hasil model terbaik diperoleh dengan masukan kedalaman minimum sebesar 20 m dan parameter kekasaran bernilai 5 mm. Komponen M2 merupakan komponen pasut yang paling sensitif terhadap perubahan kedua parameter tersebut. Hasil model terbaik secara umum memberikan hasil yang lebih besar dari data pengukuran. Hal ini dapat terjadi karena pengaturan syarat batas model bagian selatan masil belum representatif sehingga masukan energi dari Samudera Hindia tidak teredam dengan baik di bagian utara Australia. Meskipun demikian, hasil model dapat diperbaiki dengan meningkatkan resolusi model.