Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Pertunjukan Pajoge Makkunrai pada Masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan -, Jamilah
PANGGUNG Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i1.160

Abstract

ABSTRACT This paper discusses the Performances Pajoge Makkunrai using textual approach multilapis Marco de Marinis. They were collected by observation and interview  with the Pajoge  Makkunrai players and the prominent  figures  of the lokal society.  The research  result  of Pajoge  Makkunrai are consists of dancers (Pajoge), nurse (Indo pajoge), guardian (Pengibing),  musician (Paganrang), dance, consists of Tettong mabborong  (assembled),   Mappakaraja  (reverence),  Mappasompe (gift giving), Ballung (lay down),  Mappaccanda  (rejoice),  Mattekka (cross), Massesere  (sur- round), Majj u lek ka  le bba (tre ad width) ,  Mattap po (s owi ng), Mag gali o  (con tor t  bod y), Mappaleppa  (clapping)  and motion  Massimang   (goodbye). Playing (Paganrang) consists of two tambour,  and one gong  beater.  The musical  accompaniment  consists  of a drum beat and the lyrics sung. Pattern floor consists  of a range themselves one (mabbulo sipeppa), circle (mallebu), and quadrangular   (sulapa eppa).  Beautiful makeup dadasa,  and costumes  is baju bodo  and pakambang. Jungge accessories,  fans and shawls  property.  The show of Pajoge  Makkunrai  on the stage (Baruga). Keywords: Pajoge,  Indo Pajoge,  and Pengibing  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertunjukan Pajoge Makkunrai  dengan menggunakan pendekatan tekstual multilapis Marco de Marinis. Pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara dengan para pemain Pajoge Makkunrai dan tokoh- tokoh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertunjukan Pajoge Makkunrai terdiri atas penari (Pajoge), inang pengasuh (Indo Pajoge), pengawal (Pengibing), pemusik (Paganrang), ge r ak  tari,  te rdir i  atas  Tetto ng  m ab boro ng ( be rkumpul ),  Mappak araja (pe n gh or ma ta n) ,  M ap pa so mp e  (member i  h ad ia h) ,  B al l u ng (m e r e b a hk an  ba da n) , Mappaccanda (bergembira), Mattekka (menyeberang), Massesere (mengelilingi), Majjulekka lebba  (melangkah lebar), Mattappo  (menabur), Maggalio  (meliukkan badan), Mappaleppa (bertepuk tangan) dan gerak Massimang  (pamit). Musik iringan terdiri atas tabuhan gendang dan syair atau elong  kelong.  Pola lantai bersaf satu (mabbulo sipeppa), lingkaran (mallebu),  dan segi empat (Sulapa Eppa). Tata rias cantik disertai dadasa,  kostum baju bodo  dipakai di istana,   baju pakambang  dipakai di luar istana. Asesoris jungge, properti kipas dan selendang. Pertunjukan Pajoge Makkunrai  bertempat pada sebuah panggung (Baruga). Kata kunci: Pajoge,  Indo Pajoge,  dan Pengibing
Kajian Tari Moriringgo Pada Acara Penyambutan Tamu Pemerintahan Di Kabupaten Luwu Timur Rizky Lestari; Jamilah Jamilah
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/p.v4i2.12087

Abstract

ABSTRAKTari Moriringgopada acara penyambutan tamu pemerintahan di Kabupaten Luwu Timur. Skripsi, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan permasalahan penelitian dijelaskan dalam beberapa aspek yaitu (a) latar belakang tari Moriringgo pada acara penyambutan tamu pemerintahan di Kabupaten Luwu Timur, (b) bentuk penyajian tari Moriringgo pada acara penyambutan tamu pemerintahan di Kabupaten Luwu Timur. Penelitiannya difokuskan kepada bagaimana  latar belakang dan bentuk penyajian tari Moriringgo pada acara penyambutan tamu pemerintahan di Kabupaten Luwu Timur. Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi termasuk perekaman kegiatan penelitian. Sehingga, Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif sebagai cara untuk menganalisis rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Metode ini digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian sebagai berikut. (a) Latar belakang tari Moriringgo pada acara penyambutan tamu pemerintahan merupakan tarian asli dari anak suku Padoe yang berdiam di Kabupaten Luwu Timur. Sebagai bentuk syukur, kegembiraan dan suka cita dari masyarakat suku padoe untuk merekatkan hubungan masyarakat yang terkesan sudah modern. (b) Bentuk Penyajian tari Moriringgo pada acara penyambutan tamu pemerintahan yaitu tarian dengan gerakan yang dinamis dan kompak, memadukan kelincahan penari dalam melompat dengan permainan instrumen tari berupa kayu (alu) dan instrumen musik berupa gendang dan gong. Dengan pakaian adat lengkap, Tari Moriringgo dipentaskan oleh 16-21 orang ada sebagai pemukul kayu (alu), penari utama (pelompat), penari pedang (momaani), penyanyi pengiring, penari pendukung (moduku atau menari berputar) serta penabuh gendang dan gong. Selain itu syair lagu berisi puja dan puji terhadap keindahan dan kekayaan alam “Wute Nuha” (Tanah Nuha).
Simbol dan Makna Tari Toerang Batu Suraya Suraya; Jamilah Jamilah; Syakhruni Syakhruni
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.005 KB) | DOI: 10.26858/bl.v1i1.32396

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjawab permasalahan tentang simbol dan makna yang ada pada tari Toerang Batu di Kecamatan Binuang Kabupaten Binuang Polewali Mandar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dengan melakukan teknik pengumpulan data (observasi, wawancara terstruktur, dan Dokumentasi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) simbol yang ada pada tari Toerang Batu di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar yang meliputi ragam gerak terdiri dari 3 ragam yaitu; angnggaru’ (pesan yang disampaikan), mapapi-papi (mengipas) dan  minani (menyambut). Penari tari Toerang Batu terdiri 6 orang yaitu,  3 orang penari laki-laki yang masing-masing memegang properti yaitu tombak, pedang dan keris dan 3 orang penari wanita memegang bosara. Musik iringan terdiri dari 2 jenis irama yaitu irama musik gendang dan gong juga syair lagu bahasa pattae, pola lantai, busana dan aksesoris, dan tempat pertunjukan; 2) makna yang ada pada Tari Toerang Batu di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar yaitu ragam gerak angnggaru’ memiliki makna sumpah setia seorang prajurit kepada atasannya dan bertanggung jawab melindungi keluarganya, ragam gerak mapapi-papi dan minani memiliki makna rasa hormat sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur, properti yang digunakan penari laki-laki memiliki makna keseluruhan yaitu alat untuk membela diri dan kejantanan seorang laki-laki serta bosara dimaknai sebagai piring untuk menjamu tamu.  This study aims to answer problems about the symbols and meanings that exist in the Toerang Batu dance in Binuang District, Binuang Polewali Mandar Regency. This research is qualitative research. Data was obtained by performing data collection techniques (observation, structured interviews, and documentation). The results of this study indicate that: 1) the symbols in the Toerang Batu dance in Binuang District, Polewali Mandar Regency which include a variety of movements consist of 3 variations, namely; angnggaru' (message delivered), mapapi-papi (fan) and minani (welcome). Toerang Batu dance dancers consist of 6 people, namely, 3 male dancers who each hold a property, namely spears, swords, and kris, and 3 female dancers holding bosara. The musical accompaniment consists of 2 types of rhythm, namely the rhythm of drum and gong music as well as pattae language songs, floor patterns, clothing, and accessories, and performance venues; 2) the meaning of Toerang Batu Dance in Binuang District, Polewali Mandar Regency, namely the variety of angnggaru' movements which means a soldier's oath of loyalty to his superiors and is responsible for protecting his family, the various movements of mapapi-papi and minani have the meaning of respect as a sign of respect and sense of belonging. thankfully, the properties used by male dancers have an overall meaning, namely a tool for self-defense and a man's virility, and bosara is interpreted as a plate to entertain guests.
TARI PAKARENA BULUTANA DENDANG RI DENDANG PADA UPACARA PERNIKAHAN DI KELURAHAN BULUTANA Asyifah Chaedar; Jamilah Jamilah
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.229 KB) | DOI: 10.26858/bl.v1i2.35001

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan Tari Pakarena Bulutana Dendang Ri Dendang Pada Upacara Pernikahan di Kelurahan Bulutana, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Tarian ini pada upacara pernikahan dilakukan pada malam Mappacci yang merupakan proses untuk membersihkan atau mensucikan diri calon pengantin secara spiritual sehari sebelum akad nikah dilakukan. Tarian tersebut ditampilan sebelum prosesi Mappacci dilaksanakan dengan syarat calon mempelai wanita turut ikut menari dan melantunkan syair bersama penari. Tarian ini di mata masyarakat Bulutana memiliki peranan yang cukup penting yakni dilihat dari makna syair yang dilantunkan penari dan doa yang diucapkan oleh Anrongguru pada prosesi A’rara  mempunyai nilai tersendiri, seperti dimudahkan dalam menciptakan rumah tangga yanga bahagia dan harmonis serta kelak mampu menjadi istri dan menjadi suri tauladan dengan harga diri yang tinggi. Kata Kunci: Pakarena Bulutana, Dendang ri Dendang, Upacara Pernikahan AbstractThis study aims to describe the existence of Pakarena Bulutana Dance Dendang Ri Dendang at a wedding ceremony in Bulutana Village, Tinggimoncong District, Gowa Regency. This dance at the wedding ceremony is performed on the night of Mappacci which is a process to spiritually cleanse or purify the bride and groom the day before the marriage ceremony. The dance is performed before the Mappacci procession is carried out on the condition that the prospective bride joins the dance and sings poetry with the dancers. This dance in the eyes of the Bulutana community has a fairly important role, which is seen from the meaning of the poems sung by the dancers and the prayers uttered by Anrongguru at the A'rara procession. Be a role model with high self-esteem. Keywords: Pakarena Bulutana, Dendang ri Dendang, Wedding Ceremony
Pendampingan Sitasi Karya Ilmiah Mahasiswa Seni Tari FSD UNM Menggunakan Mendeley Sri Wahyuni Muhtar; Syakhruni Syakhruni; Jamilah Jamilah
Nuansa Journal of Arts and Design Vol 6, No 2 (2022): September
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/njad.v6i2.37273

Abstract

Pendampingan mahasiswa Seni Tari Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar dihadiri sebanyak 34 orang, kegiatan ini berbentuk PKM dimana mitra pengabdian adalah mahasiswa semester akhir yang membutuhkan refreshment penggunaan Mendeley untuk kepentingan penyusunan skripsi. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dan praktik terbimbing. Enam langkah pendampingan sitasi karya ilmiah telah dilaksanakan mulai dari pengenalan Mendeley, penyiapan artikel ilmiah, unduh Mendeley dan sinkronisasi Word, input artikel ilmiah ke Mendeley, sitasi karya ilmiah menggunakan Mendeley terakhir yaitu pembuatan daftar pustaka menggunakan Mendeley. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa mahasiswa mampu menggunakan Mendeley dengan baik sejalan dengan tujuan PKM menjaga kualitas tulisan karya ilmiah mahasiswa Seni Tari FSD UNM.
Pelatihan Pemanfaatan Platform Digital Untuk Mengembangkan Keterampilan Dasar Bernyanyi Siswa SMA Negeri 1 Majene Sri Wahyuni Muhtar; Jamilah Jamilah; Selfiana Saenal; Andi Taslim Saputra
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2022:PROSIDING EDISI 2
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah siswa SMA Negeri 1 Majene. Masalahnya adalah: (1) rendahnya pemahaman mitra tentang keterampilan dasar dalam bernyanyi, (2) kurangnya  keterampilan mitra dalam bernyanyi (3) kurangnya kemampuan mitra memanfaatkan platform digital dalam mengembangkan keterampilan dasar bernyanyi. Solusi yang diberikan adalah pelatihan bernyanyi menggunakan media platform digital seperti Youtube dan teknologi QR-Code melatih teknik pernafasan, teknik intonasi dan teknik interpretasi menggunakan lagu daerah Mandar. Metode yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi dan praktik terbimbing. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki pemahaman tentang keterampilan dasar dalam bernyanyi, (2) bertambahnya keterampilan mitra dalam bernyanyi solo, (3) bertambahnya kemampuan mitra memanfaatkan platform digital dalam mengembangkan keterampilan dasar bernyanyi, (4) Mitra memiliki persiapan mengikuti lomba nyanyi solo tingkat Provinsi maupun tingkat nasional seperti FLS2N.  Kata kunci: pelatihan, platform digital, bernyanyi
Inau Opusulenta: Koreografi yang Terilhami dari Tari Tradisional Ummusulen Masyarakat Suku Balantak di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Jamilah Jamilah; Heriyati Yatim; Andi Padalia; Johar Linda
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8198

Abstract

RINGKASANInau Opusulenta adalah judul karya tari yang berasal dari istilah bahasa Balantak yaitu Inau yang artinya ingatlah selalu, dan opusulenta artinya kita, jadi Inau Opusulenta artinya “ingatlah selalu kita”. Tarian ini menggambarkan kegembiraan dan kelincahan anak remaja putri dalam menyambut tamu. Gerak tangan dan step kaki menjadi ciri khas dari tari ini yang dipadukan dengan properti selendang. Karya Inau Opusulenta digarap dan dikemas berdasarkan tari tradisional Ummusulen yang berasal dari suku Balantak yang ada di Kabupaten Banggai. Tari Ummusulen ini selalu menjadi bagian penting dari setiap pelaksanaan upacara ritual yang dilaksanakan oleh suku Batugiri, suku Gaubee, suku Rurunna, suku Loon, suku Tanuttu dan suku Balantak menjadi pusat dari lima suku yang ada di Kecamatan Balantak, Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah. Kebersamaan dan kerukunan yang terjalin meskipun mereka berbeda suku namun tetap saling menghargai dan saling bahu membahu di dalam melaksanakan berbagai kegiatan khususnya di dalam pelaksanaan upacara ritual. Berangkat dari pengamatan tersebut kemudian melahirkan karya tari Inau Opusulenta yang merupakan koreografi kelompok yang dikemas dalam bentuk tari kreasi yang ditarikan oleh anak remaja putri dengan riang gembira. Konsep penciptaan tari mengacu pada teori Alma M Hawkins yang menyatakan tentang penciptaan karya tari dapat melalui beberapa tahap yaitu eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Inau Opusulenta: Choreography inspired by the Ummusulen Traditional Dance The Balantak Tribe Community in Banggai, Central Of Sulawesi.ABSTRACT Inau Opusulenta is the title of a dance work derived from the Balantak language term Inau which means to remember always opusulenta means us, so Inau Opusulenta means "remember always us". This dance depicts the joy and agility of young women in welcoming guests. Hand gestures and footsteps become the hallmark of this dance combined with the property of the shawl. Inau Opusulenta's work is worked and packaged based on traditional Ummusulen dance originating from the Balantak tribe in Banggai Regency. Ummusulen dance has always been an important part of every ritualceremony carried out by the Batugiri tribe, Gaubee tribe, Rurunna tribe, Loon tribe, Tanuttu tribe, and Balantak tribe to be the center of five tribes in Balantak Subdistrict, Luwuk Banggai Regency, Central Sulawesi. Togetherness and harmony are intertwined even though they are different tribes but still respect each other and shoulder to shoulder in carrying out various activities, especially in the implementation of ritual ceremonies carried out. Departing from these observations then gave birth to the dance work Inau Opusulenta which is a group choreography packaged in the form of dance creations danced by young women cheerfully. The concept of dance refers to Alma M Hawkins about the creation of dance works that can go through several stages namely exploration, improvisation, and composition.
English as medium of instruction (MOI) in classroom activities: Teachers’ perceptions from eastern Indonesia Sahril Nur; Auliyanti Sahril Nurfadhilah; Eva Meizara Puspita Dewi; Jamilah
JOALL (Journal of Applied Linguistics and Literature) Vol. 8 No. 1: February 2023
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/joall.v8i1.22792

Abstract

English as the Medium of instruction (MOI) in Indonesia has experienced up and down periods, thus affecting the teachers’ use of code-switching and code-mixing strategies. This article reports on English teachers’ perceived usefulness of English as the Medium of Instruction (MOI) in classrooms. Participants of the study are English teachers from various school levels in one province in Eastern Indonesia. This exploratory case study used a self-assessment survey as the single instrument. As a result, teachers have a positive perception toward English as the Medium of Instruction (MOI) as they believe it could improve students’ proficiency. However, some are hesitant and would rather have classes taught in a blend of their native language and English. This study implies that teachers should consider elements of high-quality instructions. This study suggests developing an institutional ELT policy to infuse MOI into classroom pedagogy.
PENEKANAN (DOMINANCE) DALAM WUJUD TARI PA’JAGA LILI PADA PESTA PERNIKAHAN DI DESA ULUSALU KECAMATAN LANTIMOJONG KABUPATEN LUWU Pratiwi Sukri; Andi Jamilah; Andi Ihsan
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/bl.v2i1.43066

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitan ini untuk mengetahui nilai estetika dalam gerak tari Pa’jaga Lili pada pesta pernikahan sebagaimana yaitu penekanan (Dominance) pada gerak tari Pa’jaga Lili pada pesta pernikahan di Desa Ulusalu Kecamatan Latimojong Kabupaten Luwu. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data dalam penelitian ini: 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penekanan (dominance) pada wujud tari Pa’jaga Lili menampilkan sebuah klimaks dan sesuatu yang terlihat lebih menonjol pada penampilannya. Penekanan yang tercapai digambarkan pada klimaks geraknya yang terdapat pada ragam terakhir, properti badik sebagai simbol kemenangan ketukan alat musik yang iramanya cepat, menjadikan sebuah penonjolan didalamnya.ABSTRACTThe purpose of this research is to find out the aesthetic value in the Pa'jaga Lili dance at a wedding as the emphasis (Dominance) on the movement of the Pa'jaga Lili dance at a wedding in Ulusalu Village, Latimojong District, Luwu Regency. The type of research used is qualitative research with data collection techniques carried out by observation, interviews, documentation and literature study. Data analysis techniques in this study: 1) Data reduction, 2) Data presentation, 3) Conclusions. The results of this study indicate that Emphasis (dominance) on Pa'jaga Lili's dance form displays a climax and something that looks more prominent in her performance. The emphasis that is achieved is described in the climax of the movement found in the last variety, the property of the badik as a symbol of victory for the beat of a musical instrument with a fast rhythm, making a protrusion in it.
Analysis of Habituation in Implementing the Merdeka Belajar Curriculum in Art Education in Schools Heriyati Yatim; Jamilah Jamilah; Nurachmy Sahnir; Amirullah Abduh
Jurnal Ad'ministrare Volume 10, Issue 1, January-June 2023
Publisher : Pendidikan Administrasi Perkantoran, Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/ja.v10i1.45310

Abstract

The implementation of the Merdeka Curriculum in art education presents its own challenges. Therefore, good habituation from teachers, schools, and students is needed, as well as preparedness and awareness in understanding and interpreting the implementation of the Merdeka curriculum in a student-focused learning process. The aim of this research is to raise teachers' awareness of the importance of understanding and implementing the Merdeka Curriculum with differentiated learning to support the development of students' character. A qualitative method was used with interviews, observations, and literature study documentation to collect data from leading schools, leading teachers, and learning committee supervisors. Data analysis was conducted to extract themes relevant to the habituation of implementing the Merdeka Belajar Curriculum in art education to improve active, independent, and creative learning, as well as improving the quality of human resources (HR) with facility infrastructure in schools. The research results are expected to contribute to optimizing the implementation of the Merdeka curriculum in schools for the development of innovative and creative art education teachers who liberate students, as well as improving students' abilities in the field of art to support the profile of Pancasila students.