Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Kaki Manusia Sebagai Objek Estetik Penciptaan Fotografi Seni Dira Herawati
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 10, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v10i1.3243

Abstract

AbstrakLaporan pertanggungjawaban adalah deskripsi tertulis pengalaman kreatif seorang senimanatau fotografer dalam upaya eksplorasi estetika pada gambar dan gagasan manusia sebagaistimulan dasar bagi penciptaan karya seni fotografi. Kaki manusia sebagai objek estetika adalahmasalah yang berhubungan dengan berbagai fenomena yang terjadi di bidang sosial, budaya,dan politik di Indonesia saat ini. Berdasarkan hubungan ini, kaki manusia akan dirumuskansebagai gambar yang memiliki nilai, dan kesan tersendiri dalam penciptaan sebuah karya senifotografi. Oleh karena itu, penciptaan seni fotografi ini berjudul Kaki Manusia sebagai ObjekEstetik Penciptaan Seni Fotografi. Dari latar belakang ini, kaki sebagai seni fotografi objekpilihan, akan dikelola secara kreatif dan sistematis melalui tahapan penciptaan. Fase penciptaanterdiri dari: (1) eksplorasi wacana, (2) eksplorasi artistik, (3) tahap elaborasi fotografi, (4) tahapsintesis, dan (5) tahap penyelesaian. Metodis, melalui tahapan proses kreatif di mana dirumuskandalam berbagai bentuk gambar artistik dari kaki manusia. Berbagai bentuk gambar artistik yangdihasilkan dari endapan dari proses penciptaan, dapat disimpulkan sebagai objek estetika dalamkarya-karya fotografi seni. Hal ini secara khusus ditandai dengan pembentukan ‘pencitraan laindi balik gambar kaki terlihat, serta dari berbagai bentuk citra baru’ sebagai hasil dari eksplorasiartistik gambar umum kaki. Secara umum, seluruh gambar dari kaki dalam karya fotografi senimemiliki hubungan reflektif dengan situasi sosial, budaya, dan politik yang berkembang dalammasyarakat Indonesia, yang mengandung nilai, makna, dan kesan. Human Foot as Aesthetic Object Creation Art Photography. Accountability report is a writtendescription of creative experiences as an artist or a photographer of aesthetic exploration effortson the image and the idea of a human as a basic stimulant for the creation of works of artphotography. Human foot as an aesthetic object is a problem that relates to various phenomenathat occur in the social sphere, culture and politics in Indonesia today. Based on these linkages,human feet would be formulated as an image that has a value, and the impression of eatingalone in the creation of a work of art photography. Hence the creation of this art photographyentitled The Human Foots as Aesthetic Object Creation of Art Photography. Starting from thisbackground, then the legs as an option object art photography, will be managed creatively andsystematically through a phases of creation. The creation phases consist of: (1) the explorationof discourse, (2) artistic exploration, (3) the stage of elaboration photographic, (4) the synthesisphase, and (5) the stage of completion. Methodically, through the phases of the creative processthrough which this can then be formulated in various forms of artistic image of a human foot. Thevarious forms of artistic images generated from the foots of its creation process, can be summedup as an object of aesthetic order in the photographic works of art. It is specifically characterizedby the formation of ‘imaging the other’ behind the image seen with legs visible, as well as of thevarious forms of ‘new image’ as a result of an artistic exploration of the common image of legsvisible. In general, the whole image of the foot in a photographic work of art has a reflectiverelationship with the social situation, cultures, and politics that developed in Indonesian society,by value, meaning and impression that it contains.
Kaki Manusia Sebagai Objek Estetik Penciptaan Fotografi Seni Dira Herawati
Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Rekam 9
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v0i0.546

Abstract

Accountability report is a written description of creative experiences as an artist or a photographer of aesthetic exploration efforts on the image and the idea of a human as a basic stimulant for the creation of works of art photography. Human foot as an aesthetic object is a problem that relates to various phenomena that occur in the social sphere, culture and politics in Indonesia today. Based on these linkages, human feet would be formulated as an image that has a value, and the impression of eating alone in the creation of a work of art photography. Hence the creation of this art photography entitled The Human Foots as Aesthetic Object  Creation of Art Photography. Starting from this background, then the legs as an option object art photography, will be managed creatively and systematically through a phases of creation. The creation phases consist of: (1) the exploration of discourse, (2) artistic exploration, (3) the stage of elaboration photographic, (4) the synthesis phase, and (5) the stage of completion. Methodically, through the phases of the creative process  through which this can then be formulated in various forms of artistic image of a human foot. The various forms of artistic images generated from the foots of its creation process, can be summed up as an object of aesthetic order 160 Kaki Manusia Sebagai Objek Estetik Penciptaan Fotografi Seni in the photographic works of art. It is specifically characterized by the formation of ‘imaging the other’ behind the image seen with legs visible, as well as of the various forms of ‘new image’ as a result of an artistic exploration of the common image of legs visible. In general, the whole image of the foot in a photographic work of art has a reflective relationship with the social situation, cultures, and politics that developed in Indonesian society, by value, meaning and impression that it contains.Keywords: human foots, aestheti,; social phenomena, art photography, images
TECHNOLOGY DISCONECTING PEOPLE DALAM KARYA TOYS PHOTOGRAPHY Putri Khairina Masta; Dira Herawati; Benny Kurniadi; Ivan Saputra
ARTCHIVE: Indonesian Journal of Visual Arts and Design Vol 2, No 1 (2021): ARTCHIVE : Indonesia Journal of Visual Art and Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53666/artchive.v2i1.1731

Abstract

As technology develops, it makes the Smarphone user become a community that has minimal interaction with the environment and surrounding communities. Smartphone users become robots which are then controlled by applications in their mobile phones. People become cynical, anti-starch and easily influenced by various news that they get through their social media. So that the main function of technology is to connect people have changed to disconnecting people.This study aims to add insight and try to prove the hypothesis that every technological innovation will have a major impact and influence on a society that will be visualized into photographs through toy photography or Toys Photography.ABSTRAK Seiring canggihnya perkembangan teknologi saat ini, justru menjadikan pengguna Smarphone menjadi masyarakat yang minim berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Pengguna smartphone menjadi robot yang kemudian dikendalikan oleh aplikasi aplikasi di dalam telepon genggam mereka. Masyarakat menjadi sinis, anti pati dan mudah terpengaruh oleh berbagai berita yang mereka dapatkan melalui sosial media mereka. Sehingga fungsi utama dari teknologi adalah to connect people sudah berganti menjadi disconnecting people. Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dan mencoba membuktikan hipotesa yang mengatakan bahwa setiap inovasi teknologi akan membawa dampak dan pengaruh besar terhadap suatu masyarakat yang akan divisualisasikan ke dalam foto melalui fotografi mainan atau Toys Photography. Kata Kunci: Technology, Disconnecting, People; Toys Photography
POTRET NELAYAN IKAN BILIH DANAU SINGKARAK DALAM FOTOGRAFI DOKUMENTER Dira Herawati
ARTCHIVE: Indonesian Journal of Visual Arts and Design Vol 1, No 1 (2018): ARTCHIVE : Indonesia Journal Of Visual Art And Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53666/artchive.v1i1.579

Abstract

Penggambaran unsur-unsur kebudayaan merupakan bagian dari proses dan perkembangan peradaban dan kebudayaan itu sendiri.  Pada perkembangannya, gambar fotografi memiliki citra yang sempurna untuk menangkap fenomena berjalannya pergerakan unsur-unsur kebudayaan. Fotografi secara nyata memindahkan kejadian dalam sebuah ruang dan masa tertentu ke dalam gambar visual dua dimensi yang bersifat dokumentatif. Keberadaan pencari ikan bilih dapat dikatakan merupakan bagian unsur kebudayaan yang menyangkut sistem mata pencaharian. Dalam kaitannya dengan budaya, mata pencaharian merupakan gambaran nyata di mana dapat ditangkap secara kasat mata bahwa hal tersebut melibatkan cara-cara tertentu, teknologi tertentu, lingkungan tertentu dan keahlian tertentu pula. Di sekitar Danau Singkarak - Sumatera Barat, ikan bilih merupakan jenis ikan yang  secara khusus hanya mampu hidup pada tipe air, suhu, dan kedalaman tertentu yang setara dengan kondisi pada Danau Singkarak. Hal-hal ini tentu menarik untuk divisualkan sebagai dokumen yang berestetika dalam karya seni fotografi dokumenter. Lensa kamera memberi gambaran nyata dengan merekam secara kasat mata bahwa sebuah fenomena melibatkan cara-cara, teknologi, lingkungan dan keahlian yang memiliki estetika fotografis
PEMANFAATAN PERABOT RUMAH TANGGA SEBAGAI PROPERTI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN FOTOGRAFI KOMERSIAL Eldiapma Syahdiza; Dira Herawati; Putri Khairina Masta
ARTCHIVE: Indonesian Journal of Visual Arts and Design Vol 1, No 1 (2020): ARTCHIVE : Indonesia Journal of Visual Art and Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53666/artchive.v1i1.1560

Abstract

Photography has become part of human’s life especially teenagers. It’s supported by a quite significant technology advancement particularly related to gadgets. The activity related to photography is a creative activity that enables students to become creative and imaginative persons. Data were obtained through the methods of library research and field research. Techniques used in field research were observation and documentation. Observation was done on SMAN 3 Padangpanjang students given the training about the utilization of household goods as an alternative property in the camerawork of commercial photography. The documentation of training activity also became the data source. After collecting data, they were analyzed by using comparative and descriptive techniques. Data result showed that students tried to think creatively and innovatively based on what they’d been learned in training activity. Every student has potential to become creative and innovative person if s/he is supported by her/his environment and given motivation. ABSTRAKFotografi sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia khususnya para remaja. Ini didukung oleh perkembangan teknologi yang cukup signifikan khususnya teknologi yang berhubungan dengan gawai (gadget) seperti laptop dan handphone. Aktivitas yang berkaitan dengan fotografi merupakan suatu aktivitas yang kreatif yang dapat membuat para siswa menjadi pribadi yang kreatif dan imajinatif. Data diperoleh melalui metode studi literatur dan studi lapangan. Teknik yang digunakan dalam metode studi lapangan adalah teknik observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan pada siswa SMAN 3 Padangpanjang yang diberi pelatihan tentang pemanfaatan barang-barang rumah tangga sebagai properti alternatif dalam pemotretan fotografi komersial. Selain melakukan observasi, dokumentasi kegiatan pelatihan juga menjadi sumber data untuk pembuatan jurnal ini. Setelah data terkumpul, data dianalis dengan menggunakan teknik komparatif dan deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa para siswa berusaha untuk berfikir kreatif dan inovatif berdasarkan apa yang telah dipelajarinya di kegiatan pelatihan. Setiap siswa mempunyai potensi untuk menjadi kreatif dan inovatif jika dia didukung oleh lingkungannya dan diberi motivasi.
Workshop Foto Produk untuk Pengembangan UKM di Kota Padangpanjang Roza Muliati; Dira Herawati; Rosta Minawati; Cindi Adelia Putri Emas
Jurnal Pengabdian Seni Vol 3, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v3i1.7067

Abstract

Padangpanjang merupakan kota kecil tempat berkembangnya berbagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menjadi salah satu sektor industri unggulan. Permasalahan yang dihadapi oleh UKM di kota Padangpanjang adalah kurangnya strategi dalam membranding produk ke dalam kemasan visual yang menarik sehingga produk UKM menjadi kurang menarik dan belum dapat menarik dan menjangkau pasar yang lebih luas melalui platform online seperti pemanfaatan media sosial. Tulisan ini menjelaskan workshop foto produk  untuk UKM di kota Padangpanjang sebagai solusi dalam mengembangkan pemasaran produk melalui media sosial. Kesadaran akan foto produk yang bagus merupakan upaya untuk mengembangkan daya tarik produk-produk UKM agar bernilai komersil. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Koperindag Kota Padangpanjang dan komunitas seni Ruang Tumbuh Padangpanjang. Workshop dilakukan dengan melibatkan delapan UKM dengan luaran berupa keterampilan pelaku UKM dalam membuat foto produk sendiri, mengedit foto produk menggunakan aplikasi, serta mempublikasikannya di media sosial.
Dekonstruksi Pancaik Kumun Debai dalam Fotografi Ekspresi siregar, ahmad lisin ajimuhajir; Masta, Putri Khairina; Herawati, Dira
Matalensa: Journal of Photography and Media Vol 4, No 2 (2024): Matalensa: Journal Of Photography and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/matalensa.v4i2.4133

Abstract

Kumun Debai merupakan salah satu Kecamatan yang berada di kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Kecamatan Kumun Debai memiliki adat istiadat yang sangat kental sampai saat ini. kegiatan adat bahkan ritual adat masih dipercayai dan dilaksanakan oleh masyarakat. Satu diantaranya ialah ritual pancaik yang dilakukan sebagai media penyembuhan untuk mengambil darah kotor seseorang yang dipercaya tujuannya untuk kesehatan dan penolak bala petaka dikemudian hari. Pancaik hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki ilmu magis saja, yang dimana ilmu tersebut diperoleh oleh keturunan sebelumnya dan menggunakan sesajen sebagai pendamping dari pelaksanaan kegiatan pancaik. Pengkarya menggunakan fotografi ekspresi dalam penciptaan karya ini  karena ingin memperlihatkan pancaik dari sudut pandang yang menarik dan memiliki estetika tersendiri melalui proses digital imaging menggunakan teknik kolase fotografi. Untuk memperkuat hal tersebut pengkarya memanfaatkan landasan teori dekonstruksi, semiotika , dan fotografi kolase pada karya fotografi, serta memaksimalkan aspek-aspek visual pada karya fotografi. Pengkarya  menggunakan metode penciptaan seperti melakukakan tahapan observasi,  wawancara, studi literatur, dan eksperimen untuk mendapatkan karya foto yang mempunyai daya tarik dan keindahan. Hasil dari penciptaan karya fotografi ekspresi dengan judul Dekonstruksi Pancaik Kumun Debai dalam Fotografi Ekspresi ini yaitu memperlihatkan pancaik dari segi adat istiadat yang kemudian dihadirkan melalui karya seni fotografi sebagai media pengenalan pengambilan darah kotor yang dilakukan secara tradisional atau yang disebut pancaik oleh masyarakat Kumun Debai yang kemudian disajikan dalam bentuk pameran karya fotografi.
Analisis Karya Julien De Wilde Dalam Foto "The House Of The Holy" Dalam Semiotika Roland Barthes Ramayanti, Desi Fitri; Muliati, Roza; Herawati, Dira
Matalensa: Journal of Photography and Media Vol 4, No 2 (2024): Matalensa: Journal Of Photography and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/matalensa.v4i2.4618

Abstract

“The House Of The Holy” merupakan salah satu karya fotografi Julien De Wilde yang dibuat pada tahun 2018. Pada foto “The House Of The Holy” ini Wilde menggunakan warna hitam putih, dimana Wilde menggabungkan fotografi jurnalistik dengan fine art photography. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau menganalisis tanda dan makna dari karya foto “The House Of The Holy” tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes untuk mengungkap makna dan tanda-tanda yang muncul pada karya “The House Of The Holy” yang terdiri dari 7 karya dari 20 karya foto serta mengungkap mitos dari kemiskinan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa karya foto “The House Of The Holy” menemukan temuan-temuan sebagai berikut : (1) Makna denotasi dan konotasi pada foto ini dapat memberikan pemahaman kepada siapa pun bahwa pentingnya rasa syukur dan kerja keras dalam menjalankan suatu kehidupan dengan kehidupan yang tergolong sulit. (2) Mitos yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah bentuk kehidupan dari sepasang suami istri yang bernama “Vien” dan “Nee” yang merupakan sebuah keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Di balik kehidupan mereka yang miskin, masih ada sebuah harapan bagi mereka untuk tetap menjalani kehidupanya.
Songket Halaban dalam Fotografi Fashion Alfindo, Andes; Herawati, Dira; Hartitom, Hartitom
Matalensa: Journal of Photography and Media Vol 4, No 1 (2024): Matalensa: Journal Of Photography and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/matalensa.v1i1.4132

Abstract

Fashion adalah gaya hidup, tentang suatu tatanan yang salah satu dasaranya bersifat mewah dan elegan. Kostum, busana, pakaian adalah pilihan yang dikenakan seseorang. Salah satu yang bisa menjadi fashion dari sebuah kerajinan adalah Songket. Songket terbuat dari benang emas dengan berbagai motif yang akan menjadi busana modern dan tentunya fashionable. Jika dilihat dari perkembangan dunia fashion sekarang ini, songket tidak hanya dijadikan sebagai bawahan saja namun sudah banyak songket yang sudah dikombinasikan menjadi baju dan tas. Dalam penciptaan karya ini, teknik yang digunakan adalah teknik light painting. Light Painting berarti melukis cahaya dengan cara digerakkan menggunakan tangan dan direkam oleh kamera. Songket Halaban dalam fotografi fashion dengan songket menjadi objek dan light painting akan mendukung estetika karya foto nantinya. Tujuan penciptaan karya ini adalah untuk memperkenalkan Songket Halaban dengan menggunakan Eksplorasi light painting sebagai penambah daya Tarik atau nilai estetikanya. Proses penciptaan karya ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu persiapan, perancangan, perwujutdan dan penyajian karya. Keseluruhan Songket yang dipakai di eksplorasikan dengan light painting akan menunjukkan ciri khas dari songket serta pola light paintinya. lensa, memori. Karya fotografi yang dihasilkan seluruhnya berjumlah 20 foto dengan ukuran yang sama (40x60).
Eksistensi Silek Tuo Nagari Sungai Pua Dalam Fotografi Dokumenter Herawati, Dira; Rahmadinata, Melisa Fitri; Akbar, Taufik
VCoDe : Visual Communication Design Journal Volume 2, Nomor 2, Juni 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/vcode.v2i2.3691

Abstract

ABSTRAKSilek Tuo merupakan salah satu seni bela diri Minangkabau yang tumbuh dan berkembang di nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Di Nagari Sungai Pua, Silek Tuo  masih dihadirkan sebagai salah satu seni tradisi daerah yang dilestarikan. Meski demikian,  peminat akan seni bela diri mulai berkurang dari waktu ke waktu. Hal ini juga dipengaruhi oleh tidak adanya wadah serta media yang bisa meningkatkan gairah generasi millennial untuk mengembangkan silek tuo. Melalui dokumentasi dokumenter, harapannya seni bela diri silek tuo kembali dapat meningkatkan eksistensinya sebagai seni tradisi yang harus dijaga dan dilestarikan.Tujuan penelitian ini ialah sebagai upaya pelestarian dalam menjaga eksistensi  seni bela diri silek tuo dalam bentuk pendokumentasian seni bela diri silek tuo di Nagari Sungai Pua. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengenalkan, mengembangkan seni bela diri silek tuo kepada kaum milenial dengan mendokumentasikan seni silek tuo dalam fotograi dokumenter. Melalui unsur-unsur metode EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time), objek silek tuo dinarasikan dengan gaya bertutur naratif sehingga foto dokumenter ini dapat menyampaikan informasi, dan meyakinkan pemandang foto tentang eksistensi silek tuo.ABSTRACTSilek Tuo is a Minangkabau martial art that grows and develops in the Sungai Pua village, Agam Regency, West Sumatra Province. In Nagari Sungai Pua, Silek Tuo is still presented as one of the local traditional arts that is preserved. However, the interest in martial arts began to decrease from time to time. This is also influenced by the absence of forums and media that can increase the enthusiasm of the millennial generation to develop silek tuo. Through documentary documentation, it is hoped that the martial art of silek tuo can again increase its existence as a traditional art that must be preserved and preserved. The purpose of this study is as a preservation effort in maintaining the existence of the martial art of silek tuo in the form of documenting the martial art of silek tuo in Nagari Sungai Pua. This research also aims to introduce and develop the martial art of silek tuo to millennials by documenting the art of silek tuo in documentary photography. Through the elements of the EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time) method, the silek tuo object is narrated in a narrative style so that this documentary photo can convey information, and convince photo viewers about the existence of silek tuo.