Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

ANALISIS BIOFISIK KAWASAN JEMBATAN NASIONAL SURAMADU SISI MADURA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK PERTANIAN Eko Murniyanto; Zainul Hidayah; Wahyu Andy Nugraha
Agrovigor Vol 3, No 1 (2010): MARET
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrovigor.v3i1.254

Abstract

This research aimed to identify biophysics, development of spatial data base contained information of biophysics condition and also biophysics potency mapping in Suramadu Bridge Surroundings area. This biophysics research was located in the Suramadu Bridge area especially in Bangkalan side with area more or less about 600 hectare using information geographic systems and remote sensing application. Result of land suitability evaluation for agricultural land showed that there is no study area has very suitability for become agricultural land. The highest rank was only fairly suitable which is Burneh, Masaran, Petapan and Markopek Village. Meanwhile, other village such as Sendang Daya, Pangpong and Sukolilo Barat was not suitable for agriculture.
Laju Pertumbuhan dan Pertumbuhan Mutlak Karang Lunak Cladiella sp. pada Substrat yang Berbeda Diah Putri Fitriani; Muhammad Zainuri; Wahyu Andy Nugraha
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 1 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i1.5383

Abstract

Soft corals have a soft textured skeletal like tiny spikes made of calcium carbonate present in their tissues. In general, soft corals are attached to hard substrates in the bottom of the waters. This study aims to determine the survival rate, relative and absolute growth rate, and comparison of soft coral growth rates on different substrates. The survival rate obtained was 100%, or 20 soft coral fragments lived until the end of the study. The growth rate and absolute growth of soft coral is relatively varied due to environmental and water quality, with the highest growth rate and absolute growth found in rubble substrate. week and 2,875 cm / week. There was no significant difference in growth rate of soft coral Cladiella sp. on the different substrate. In transplantation or soft coral cultivation activities, the selection of substrates becomes very important, and it is recommended to use rubble or dead coral substrates. Karang lunak mempunyai tekstur  kerangka yang lunak berupa duri-duri kecil dari kalsium karbonat yang ada dalam jaringan tubuhnya. Pada umumnya karang lunak melekat pada substrat yang keras di dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan relatif dan mutlak, dan perbandingan laju pertumbuhan karang lunak pada substrat yang berbeda. Tingkat kelangsungan hidup yang didapatkan yaitu 100 % atau 20 fragmen karang lunak dapat hidup sampai akhir penelitian. Laju pertumbuhan karang lunak relatif bervariasi karena pengaruh lingkungan dan kualitas air. Laju pertumbuhan dan pertumbuhan mutlak karang lunak Cladiella sp. relatif bervariasi karena pengaruh perbedaan substrat yang berbeda, dengan laju pertumbuhan dan pertumbuhan mutlak tertinggi ditemukan pada substrat rubble. Tidak ada perbedaan yang nyata pada laju pertumbuhan karang lunak Cladiella sp. pada substrat yang berbeda. Pada kegiatan transplantasi ataupun budidaya karang lunak, pemilihan substrat menjadi sangat penting, dan disarankan untuk menggunakan substrat rubble atau karang mati.
Mikroplastik pada Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Tebul Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Madura Wahyu Andy Nugraha; Atiqotul Fitriyah; Insafitri Insafitri
Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan Vol 13 No 1 (2022): Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan
Publisher : Faculty of Science and Technology University Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.931 KB) | DOI: 10.35316/jsapi.v13i1.1218

Abstract

Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran kecil (<5mm-330μm). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, jumlah dan berat mikroplastik yang terdapat pada rajungan, sedimen dan air laut di perairan Desa Tebul Kwanyar. Pengambilan sampel menggunakan alat tangkap berupa jaring nelayan. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali pengamatan dalam 1 bulan dengan jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Identifikasi bentuk, jumlah dan berat mikroplastik pada rajungan, sedimen dan air laut dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura. Indentifikasi mikroplastik pada rajungan menggunakan larutan basa KOH 10%, sedimen menggunakan larutan NaCl pekat sebanyak 150ml, dan air laut disaring 100ml menggunakan kertas saring. Pengamatan mikroplastik menggunaan mikroskop stereo. Hasil mikroplastik pada rajungan, sedimen dan air laut ditemukan 3 bentuk mikroplastik yaitu fiber, film dan fragmen. Rata-rata jumlah mikroplastik paling tinggi terdapat pada sedimen yaitu sebesar 58,7 partikel. Rata-rata jumlah mikroplastik pada air yaitu 41,2 partikel. Rata-rata jumlah mikroplastik pada rajungan yaitu 34,7 partikel. Bentuk mikroplastik yang paling tinggi ditemukan yaitu bentuk fiber.
Mikroplastik dalam Kerang Darah (Anadara granosa) pada Ukuran yang Berbeda di Perairan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Madura Nesi Wahyu Listiani; Insafitri Insafitri; Wahyu Andy Nugraha
Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik Vol 5 No 2 (2021): Mei
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.Vol.5.No.2.156

Abstract

Microplastic is plastic waste that has a small size of less than 5 mm. Microplastic itself has a dangerous impact due to the nature of plastic which is difficult to decompose. The purpose of this study is to determine the shape, average number and highest weight, total amount, type of microplastic polymer and comparison between sizes of Anadara granosa in locations near mangroves, river estuaries and settlements in the waters of Kwanyar Bangkalan, Madura. Microplastic analysis of Anadara granosa samples was carried out using a 10% KOH solution as much as 3x the weight of the sample. Identification of microplastics in all samples to determine their shape using a stereo microscope, followed by counting the number and weight. The predominant form of microplastic is fiber. The highest average number of microplastics in Anadara granosa was found at location near the mangrove ecosystem, namely 23.9 particles / individual at <3 cm in size and 26.8 particles / individual for shells >3 cm in size. There was a significant difference in the number of microplastics at different sizes of shells. The types of red, black and blue fiber polymers are Poly (Ethylene Terephthalate), blue film is Polypropylene and blue fragment is Poly(Ethylene Terephthalate).
STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP Hidayatullah Hasana; Wahyu Andy Nugraha
Juvenil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i2.8448

Abstract

ABSTRACTSeagrass is the only higher plant that can live in waters with high salinity. This plant has true roots, stems, leaves. Sapudi Island is an island that is rich in marine biota, which live in seagrass or that only feed on seagrass, so it is necessary to know the structure of the seagrass community. This study aims to determine the type, density, cover, community structure and substrate of seagrass in Sapudi Island, Sumenep Regency. Sampling was carried out by using the transect squared plot measuring 1x1 m in size with a plot inside measuring 20x20 cm. Data is taken at 4 stations according to the cardinal directions and at each station 3 points are taken and each point there are 10 transects by carrying out transects along 100 m parallel to the coastline. The results showed that the types of seagrass found were Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium and Halophila ovalis. The highest value of density and cover of seagrass is at station 1 and the lowest value is at station 4. The highest frequency occurs at station 1 with a total number of 2.067 and the lowest value is at station 4 with a total amount of 0.8. The value of diversity at stations 1, 2 and 3 was medium, while at station 4 was low. The uniformity values at stations 1, 2, 3 and 4 are in the stable category. And the domination values at stations 1, 2, 3 and 4 are in the non-domination category. The highest Importance Value Index results in Enhalus acoroides seagrass ranged from 158 to 250 and the lowest was in Halophila ovalis from 6,989 - 27.30. The results of the relationship between seagrass density and sediment are said to have a weak variable relationship with a value of 0.006 (0.6%)Keywords: Community Structure, Seagrass, Sapudi IslandABSTRAKLamun adalah satu satunya tumbuhan tingkat tinggi yang dapat hidup di perairan dengan salinitas tinggi. Tumbuhan ini memiliki akar, batang, daun yang sejati. Pulau Sapudi merupakan pulau yang kaya akan biota laut yang bertempat tinggal di lamun atau yang hanya sekedar mencari makan di lamun, sehingga perlu untuk mengetahui struktur komunitas lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kepadatan, penutupan, struktur komunitas dan substrat lamun yang ada di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode transek kuadrat petak yang berukuran 1x1 m dengan petak didalamnya berukuran 20x20 cm. Data diambil di 4 stasiun sesuai dengan arah mata angin dan di setiap stasiun di ambil 3 titik dan setiap titik ada 10 transek dengan melakukan trasnsek sepanjang 100 m yang sejajar dengan garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa jenis lamun yang ditemukan Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Halophila ovalis. Nilai kepadatan dan penutupan lamun tertinggi pada stasiun 1 dan nilai terendah pada stasiun 4. Frekuensi tertinggi terjadi pada stasiun 1 dengan jumlah total 2,067 dan nilai terendah pada stasiun 4 dengan jumlah total 0,8. Nilai keanekaragaman pada stasiun 1, 2 dan 3 kategori sedang, sedangkan pada stasiun 4 kategori rendah. Nilai keseragaman pada stasiun 1, 2, 3 dan 4 kategori stabil. Dan nilai dominasi pada stasiun 1, 2, 3 dan 4 masuk kategori tidak dominasi. Hasil Indeks Nilai Penting tertinggi pada jenis lamun Enhalus acoroides berkisar 158 – 250 dan terendah pada lamun Halophila ovalis 6,989 – 27,30. Hasil hubungan kepadatan lamun dan sedimen dikatakan mempunyai hubungan variable lemah dengan nilai 0,006 (0,6%) Kata kunci: Struktur Komunitas, Lamun, Pulau Sapudi
ANALISIS KESESUAIAN EKOWISATA BAHARI KATEGORI DIVING DAN SNORKELING DI PULAU GILI BIDADARI KABUPATEN SUMENEP Agil Gusti Tsanianto Nugroho; Wahyu Andy Nugraha
Juvenil Vol 2, No 4 (2021)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v2i4.12544

Abstract

ABSTRAKTerumbu karang merupakan satu diantara beberapa potensi yang ada di Pulau Gilingan. Pulau Gilingan merupakan pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Gili Genting. Pulau Gilingan ini juga di kenal dengan Pulau Bidadari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kualitas perairan di Pulau Gili Bidadari, kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Gili Bidadari dan tingkat kesesuaian ekowisata diving dan snorkling di Pulau Gili Bidadari.Alat yang digunakan berupa terumbu karang, kondisi perairan (salinitas, kecerahan, pH, oksigen terlarut, suhu), dan ikan karang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer yang berupa survey lokasi, penentuan titik lokasi, pengambilan data karang, pengambilan data ikan karang sedangkan data sekunder berupa informasi yang dikumpulkan dari data data pendukung sebelumnya yang bisa mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Untuk kesesuaian ekowisata bahari snorkeling dan diving digunakan perhitungan matriks kesesuaian untuk dilihat nilai bobot dan skornya. Kondisi kualitas perairan pada Pulau Bidadari sesuai telah sesuai dengan standar baku mutu air laut menurut Kep Men LH No.51 Tahun 2004. Kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Bidadari dinilai kurang baik yang terlihat dari persentase tutupan terumbu karang kategori snorkeling pada titik I sebesar 16%, II 22,3%, III 31,2%, dan IV 29,1% sedangkan diving pada titik I 28,3%, II32,5%, III 28,2%, dan IV 31%. Tingkat kesesuaian ekowisata diving dan snorkeling di Pulau Gili Bidadari adalah sesuai bersyarat.Kata kunci : Ekowisata bahari, diving dan snorkeling, Pulau Gili Bidadari, Terumbu karang, MatriksABSTRACTCoral reefs are one of several potentials in Gilingan Island. Gilingan Island is an island located in Sumenep Regency which is included in the Gili Genting District. Gilingan Island is also known as Angel Island. The purpose of this study was to determine the condition of water quality on Gili Bidadari Island, the condition of coral reef ecosystems on Gili Bidadari Island and the level of suitability of diving and snorkeling ecotourism on Gili Bidadari Island. The tools used were coral reefs, water conditions (salinity, brightness, pH). , dissolved oxygen, temperature), and reef fish. The data collection method used in the research is primary data in the form of site surveys, determining location points, collecting coral data, collecting reef fish data, while secondary data in the form of information collected from previous supporting data that can support the research being conducted. For the suitability of marine ecotourism, snorkeling and diving, a suitability matrix calculation is used to see the value of the weight and the score. The condition of the water quality on Bidadari Island is in accordance with the standards of sea water quality according to the Minister of Environment Decree No. 51 of 2004. The condition of the coral reef ecosystem on Bidadari Island is considered unfavorable as seen from the percentage of coral reef cover in the snorkeling category at point I of 16%. , II 22.3%, III 31.2%, and IV 29.1% while diving at points I 28.3%, II32.5%, III 28.2%, and IV 31%. The level of suitability of diving and snorkeling ecotourism on Gili Bidadari Island is conditional.Keywords: Marine ecotourism, diving and snorkeling, Gili Bidadari Island, Coral reefs, Matrix
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI PANCER CENGKRONG KABUPATEN TRENGGALEK Ihsan Aditya; Wahyu Andy Nugraha
Juvenil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i2.7575

Abstract

ABSTRACTCommunity structure is a description of the condition of a community in a place cover, species composition, density type of dominant species, species diversity, and uniformity of type. Cengkrong mangrove forest is a conservation area which is used as a place of ecotourism. This study aims to determine the types of gastropods are found in ecosystems mangove Cengkrong, Knowing gastropods contained community structure in ecosystems mangove Pancer Cengkrong and mangrove density relationship with the density of gastropods in Cengkrong mangove ecosystem. This research is located in the Gulf of Prigi using three stations are Station 1 (density mangrove lower category), Station 2 (density mangrove medium category), and Station 3 (density mangrove high category), held for 3 days from 22 November to 25 November 2018. Data collection Gastropod using transect method squares 1 × 1 m2. Each different type of gastropods be sampled for the sake of identification types. Data retrieval is done in-situ water quality at each point of the test site and sediment sampling for further analysis of sediment types. Based on the analysis that has been carried out at three research stations in the mangrove ecosystem overall Cengkrong found 7 species of gastropods and 7 species of mangroves. Polynomial regression analysis has a moderate relationship between the density of mangrove gastropods density. Each different type of gastropods be sampled for the sake of identification types. Data retrieval is done in-situ water quality at each point of the test site and sediment sampling for further analysis of sediment types. Based on the analysis that has been carried out at three research stations in the mangrove ecosystem overall Cengkrong found 7 species of gastropods and 7 species of mangroves. Polynomial regression analysis has a moderate relationship between the density of mangrove gastropods density. Each different type of gastropods be sampled for the sake of identification types. Data retrieval is done in-situ water quality at each point of the test site and sediment sampling for further analysis of sediment types. Based on the analysis that has been carried out at three research stations in the mangrove ecosystem overall Cengkrong found 7 species of gastropods and 7 species of mangroves. Polynomial regression analysis has a moderate relationship between the density of mangrove gastropods density. Based on the analysis that has been carried out at three research stations in the mangrove ecosystem overall Cengkrong found 7 species of gastropods and 7 species of mangroves. Polynomial regression analysis has a moderate relationship between the density of mangrove gastropods density. Based on the analysis that has been carried out at three research stations in the mangrove ecosystem overall Cengkrong found 7 species of gastropods and 7 species of mangroves. Polynomial regression analysis has a moderate relationship between the density of mangrove gastropods density.Keywords : Community Structure, gastropods, mangrove ecosystem CengkrongABSTRAKStruktur komunitas merupakan gambaran mengenai kondisi suatu komunitas pada suatu tempat mencakup, komposisi jenis, kepadatan jenis dominasi jenis, keanekaragaman jenis, dan keseragaman jenis. Ekosistem mangrove Cengkrong merupakan kawasan konservasi yang dijadikan sebagai tempat ekowisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis Gastropoda yang terdapat di ekosistem mangove Cengkrong, Mengetahui struktur komunitas Gastropoda yang terdapat di ekosistem mangove Pancer Cengkrong dan Hubungan kerapatan mangrove dengan kepadatan Gastropoda di ekosistem mangove Cengkrong. Penelitian ini berlokasi di Teluk Prigi dengan menggunakan tiga stasiun yaitu Stasiun 1 (kerapatan mangrove kategori rendah), Stasiun 2 (kerapatan mangrove kategori sedang), dan Stasiun 3 (kerapatan mangrove kategori  tinggi),  dilaksanakan  selama  3  hari  mulai  22  November  –  25  November  2018.Pengambilan  data  Gastropoda menggunakan  metode  transek  kuadrat  1×1m2.  Setiap jenis Gastropoda yang berbeda diambil sampel untuk kepentingan identifikasi jenis. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara insitu disetiap titik lokasi penelitian dan pengambilan sampel sedimen untuk selanjutnya dilakukan analisa tipe sedimen. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada tiga stasiun penelitian di ekosistem mangrove Cengkrong secara keseluruhan ditemukan 7 spesies Gastropoda dan 7 spesies mangrove. Hasil analisis regresi polinomial memiliki hubungan sedang antara kerapatan mangrove dengan kepadatan Gastropoda.Kata Kunci: Struktur Komunitas, Gastropoda, Ekosistem Mangrove Cengkrong
Penutupan, Rugositas Terumbu Karang dan Kelimpahan Ikan Karang di Perairan Utara Bangkalan Lisana Ainun Shafa Ariyanti; Henik Novitasari; Insafitri Insafitri; Wahyu Andy Nugraha
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 2 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i2.13769

Abstract

Coral reefs are marine organisms in the form of limestone (CaCO3). Reef fish are fish associated with coral reefs. The abundance of reef fish is influenced by the fertility of coral reefs in the waters. This research was conducted in September 2021 in the waters of Lembung Paseser and Labuhan with 2 stations in the waters of Lembung Paseser and 2 stations in the waters of Labuhan. This study aims to determine the condition of coral reefs, percentage of live coral cover, abundance of reef fish, diversity index (H'), uniformity (E), dominance (C) and to determine the relationship between coral reefs and reef fish. The coral cover data collection method is LIT (Line Intercept Transect) and the coral reef rugosity data collection method uses the CIT (Chain Intercept Transect) method, while the coral fish data collection methods are the belt transect method and the Underwater Visual Census (UVS). Percentage of coral cover ranging from 11% to 37% classified as damaged to moderate damage. The abundance of reef fish at station 1 was 0.18 ind/m2, station 2 was 0.106 ind/m2, station 3 was 0.908 and station 4 was 0.216 ind/m2. The average rugosity value at station 1 is 1.17, station 2 is 1.23, station 3 is 1.33 and station 4 is 1.16. The indicator fish species in Lembung Paseser waters were Chelmon rostratus and Heniochus diphreutes as many as 7 individuals while the indicator fish species in Labuhan waters were Chaetodon vagabundus and Heniochus diphreutes as many as 15 individuals. The correlation between coral reef cover and reef fish was 54.06% which showed a strong correlation, while the correlation between coral reef rugosity was 73.52% which showed a strong correlation.  Terumbu karang merupakan organisme laut berupa batuan kapur (CaCO3). Ikan karang merupakan ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang. Kelimpahan ikan karang dipengaruhi oleh suburnya terumbu karang di perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2021 di perairan Lembung Paseser dan Labuhan dengan 2 stasiun perairan Lembung Paseser dan 2 stasiun di perairan Labuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang, persentase tutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang, indeks keanekaragaman (H'), keseragaman (E), dominasi (C) dan untuk mengetahui hubungan terumbu karang dan ikan karang.  Metode pengambilan data tutupan karang yaitu LIT (Line Intercept Transect) dan metode pengambilan data rugositas terumbu karang menggunakan metode CIT (Chain Intercept Transect), sedangkan metode pengambilan data ikan karang adalah metode belt transek dan Underwater Visual Sensus (UVS).  Persentase tutupan karang berkisar 11% sampai 37% tergolong rusak hingga kerusakan sedang.  Kelimpahan ikan karang pada stasiun 1 sebesar 0,18 ind/m2, stasiun 2 sebesar 0,106 ind/m2, stasiun 3 sebesar 0,908 dan stasiun 4 sebesar 0,216 ind/m2. Nilai rugositas rata rata pada stasiun 1 yaitu 1,17, stasiun 2 yaitu 1,23, stasiun 3 yaitu 1,33 dan stasiun 4 yaitu 1,16. Jenis Ikan indikator di Perairan Lembung Paseser yaitu Chelmon rostratus dan Heniochus diphreutes sebanyak 7 individu sedangkan jenis ikan indikator di Perairan Labuhan yaitu Chaetodon vagabundus dan Heniochus diphreutes sebanyak 15 individu. Korelasi hubungan tutupan terumbu karang dan ikan karang sebesar 54,06% yang menunjukkan hubungan kuat sedangkan kolerasi hubungan rugositas terumbu karang sebesar 73,52% yang menunjukkan hubungan kuat.
Microplastic in Several Fishes at Banyusangka Waters Rivaldi Awalli Putra Pratama; Wahyu Andy Nugraha
Jurnal Airaha Vol 10 No 01: JUNE 2021
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.933 KB) | DOI: 10.15578/ja.v10i01.239

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, jumlah, dan berat mikroplastik pada masing-masing sampel ikan Tongkol (Euthynnus sp.), ikan Kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan Layur (Trichiurus sp.) yang didapatkan, serta mengetahui perbandingan serta hubungan antara temuan mikroplastik dengan ikan hasil tangkapan. Metode analisa adalah random sampling dengan periode 2x sampling, dan dilanjutkan analisa laboratorium. Organ ikan yang dianalisa terfokus pada sistem pencernaan dengan penambahan KOH 10% sebanyak 1:3 berat sampel. Hasil penyaringan selanjutnya diamati pada mikroskop stereo untuk menentukan bentuk dan jumlah mikroplastik dan dilakukan penimbangan di neraca analitik. Hasil analisa ditemukan mikroplastik dengan bentuk fiber, fragmen, dan film, dengan dominasi jumlah total temuan mikroplastik terbanyak berturut-turut adalah pada ikan tongkol, ikan kembung, dan ikan layur. Berat mikroplastik didominasi oleh jenis fiber yang mendapat jumlah temuan terbanyak. Tidak terdapat perbedaan jumlah mikroplastik antar jenis ikan.
Kelimpahan Bulu Babi (Echinoidea) di Perairan Gili Raja Kabupaten Sumenep Dian Maharani; Wahyu Andy Nugraha
Juvenil Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v3i2.16549

Abstract

ABSTRAKBulu babi adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang Avertebrata yang termasuk dalam filum Echinodermata.  Hewan ini banyak ditemukan  pada perairan  dangkal dan biasanya terdapat  pada padang lamun dan daerah  terumbu karang.  Di seluruh dunia, terdapat kurang lebih 800 jenis bulu babi dari kelas Echinodea   yang   terbagi dalam dua subkelas yaitu Perischoechinoidea dan Echinoidea. Oi Indonesia sendiri, terdapat  kurang  lebih  84 jenis  bulu babi  yang berasal  dari  31 suku dan 48  marga. Perairan pulau  Gill  Raja  Panjang memiliki beberapa  biota echinodermata salah satunya bulu babi. Bulu babi tersebar di ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Keberadaan bulu babi berpengaruh pada  terumbu  karang,  karena dapat  mejadi  kontrol  bagi perkembangan mikroalga  dan  meningkatnya bulu babi akan  berdampak   negatif bagi ekosistem lamun. Bulu babi yang di dapatkan yaitu Diedema setosum, Sa/macis belli, Mespi/ia g/obu/us, Echinometra mathaei. Kelimpahan bulu babi di Pulau Gill Raja berkisar antara 3-4.33 ind/m2,  dengan kelimpahan tertinggi terdapat di Stasiun II 4.33 ind/m2 dan terendah di stasiun I yaitu sebesar 3 ind/m2. Keanekaragaman bulu babi di Pulau Gili Raja tergolong dalam keanekaragaman rendah  dengan nilai sebesar 0,415, keseragaman tergolong keseragaman rendah sampai tinggi mempunyai nilai sebesar 0,743 sempai 0,498, dan dominansi tergolong  dalam dominansi sedang dengan  nitai sebesar 0,712.Kata Kunci  : Bulu Babi,  line transect,  dan Statified random  sampling.ABSTRACTSea urchins are a group of invertebrate animals belonging to the phylum Echinoderms. These animals are mostly found in shallow waters and are usually found in seagrass beds and coral reef areas. Worldwide, there are approximately 800 species of sea urchins from the Echinodea class which is divided into two subclasses, Perischoechinoidea and Echinoidea. Oi Indonesia itself, there are approximately 84 types of sea urchins originating from 31 tribes and 48 genera. The waters of the Gill Raja Panjang island have several echinoderms, one of which is sea urchins. Sea urchins are scattered in seagrass and coral reef ecosystems. The presence of sea urchins has an effect on coral reefs, because it can be a control for microalgae development and the increase in sea urchins will have a negative impact on seagrass ecosystems. The sea urchins that were obtained were Diedema setosum, Sa/macis belli, Mespi/ia g/obu/us, Echinometra mathaei. The abundance of sea urchins on Gill Raja Island ranged from 3-4.33 ind/m2, with the highest abundance at Station II 4.33 ind/m2 and the lowest at station I at 3 ind/m2. The diversity of sea urchins on Gili Raja Island is classified as low diversity with a value of 0.415, uniformity belonging to low to high uniformity has a value of 0.743 to 0.498, and dominance is classified as moderate dominance with a value of 0.712.Keywords : Sea urchins, line transect,  dan Statified random  sampling