Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesadarana Masyarakat Pesisir Terhadap Pengelolaan Sampah di Perairan Teluk Ambon Kota Ambon Marthinus J Saptenno; Lidya BE Saptenno; Natelda R Timisela
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 2 (2022): April 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.2.365-374

Abstract

Penelitian bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah di perairan Teluk Ambon Kota Ambon. Penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah responden sebesar 148 orang. Analisis Data penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif untuk menjelaskan kesadaran masyarakat terhadap sampah di daerah pesisir sedangkan analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah menggunakan analisis SEM-PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan sampah domestik terutama sampah plastik di Teluk Ambon bagian dalam mengalami peningkatan dalam 20 tahun terkahir. Kesadaran masyarakat yang dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan perilaku menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat rendah terhadap kesadaran dalam pengelolaan sampah. Sikap dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah baik, namun masih harus ditingkatkan terus kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah bagi masyarakat pesisir. Model struktural berdasarkan nilai t-value, menunjukkan bahwa konstruk pengetahuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konstruk perilaku, karena nilai t-nya (t Pengetahuan -> Perilaku =0,472 lebih kecil dari nilai yang disarankan (t-value < 1,96). Pada konstruk perilaku memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konstruk kesadaran, nilai t-nya > 1,96 (t perilakuàkesadaran=3,647). Sementara itu, konstruk sikap memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konstruk perilaku, nilai t-nya (t sikapà perilaku= 6,290) lebih besar dari nilai t yang disarankan (t > 1,96). Nilai R-Square, diperoleh nilai untuk konstruk kesadaran dan perilaku masing-masing sebesar 0,235 dan 0,686. Hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk setiap peningkatan sikap dapat memberikan pengaruh terhadap kesadaran dan perilaku masing-masing sebesar 23,5% dan 68,6%. Sedangkan sisanya yaitu masing-masing sebesar 76,5% dan 31,4% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.ABSTRACTThis study aims to analyze the factors that influence the level of awareness of coastal communities towards waste management in the waters of Ambon Bay, Ambon City. Determination of the sample is done by simple random sampling with the number of respondents amounted to 148 people. Analysis of research data was carried out qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis is to explain public awareness of waste in coastal areas, while quantitative data analysis is carried out to analyze factors that influence public awareness of waste management using SEM-PLS analysis. The results showed that the density of domestic waste, especially plastic waste in the inner Ambon Bay, has increased in the last 20 years. Public awareness seen from the aspect of knowledge, attitude and behavior shows that public knowledge is low on awareness in waste management. The attitude and behavior of the community in waste management is good, but awareness must continue to be increased about the importance of waste management for coastal communities. The structural model based on the t-value shows that the knowledge construct does not have a significant effect on the behavioral construct, because its t-value (t Knowledge -> Behavior = 0.472 is smaller than the recommended value (t-value < 1.96). The behavioral construct has a significant effect on the construct of consciousness, the t-value is > 1.96 (t behavioràawareness=3.647). Meanwhile, the attitude construct has a significant influence on the behavioral construct, the t-value (t attitudeàbehavior) = 6.290) which is greater than the recommended t value (t > 1.96). The value of R-Square, obtained values for the constructs of consciousness and behavior of 0.235 and 0.686, respectively. This can be explained that for each increase in attitude can have an effect on awareness and behavior are 23.5% and 68.6%, respectively, while the remaining 76.5% and 31.4% are influenced by other factors outside the model, respectively.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA MAHASISWA ANGKATAN 2018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA Merlin Margareth Maelissa; Alessandra Flowrence Saija; Lidya Bethsi Evangeline Saptenno
Molucca Medica VOLUME 13, NOMOR 2, OKTOBER 2020
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.179 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2020.v13.i2.1

Abstract

Pendahuluan: Perilaku seksual remaja merupakan tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat seksual, baik pada lawan jenis maupun sesama jenis. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja pada mahasiswa angkatan 2018 Fakultas kedokteran Universitas Pattimura. Hal ini dilakukan karena masih tingginya perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif secara cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah 157 mahasiswa. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Hasil. Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi adalah sebesar (34%), sedangkan perilaku seksual remaja adalah sebesar (77,5%). Kesimpulan. Hasil penelitian menggunakan uji Uji Chi Square dapat disimpulkan bahwa yang tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. (p=0.091). Hal ini berarti tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik, tidak menjamin perilaku seksual dari remaja juga akan baik.
KENDALA PELAKSANAAN POSBINDU PTM DI PULAU SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH DARI SUDUT PANDANG PENGAMBIL KEBIJAKAN Annastasia Eklesia Ohoiulun; Christiana R Titaley; Bertha Jean Que; Aldo Evan Wijaya; Maxwell L. V. Malakauseya; Putri Ulandari; Leonardo S Liesay; Filda de Lima; Lidya Saptenno; Anggun L. Hussein
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.994 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.1

Abstract

Penyakit tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. PTM juga merupakan penyebab tersering kematian prematur di seluruh dunia. Pada tahun 2016, PTM menjadi penyebab 71% kematian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri pada tahun yang sama, 73% kematian disebabkan oleh PTM. Akibat tingginya angka kematian yang disebabkan oleh PTM inilah maka pemerintah menetapkan berbagai program yang salah satunya adalah melalui deteksi dini faktor risiko PTM dalam kegiatan Posbindu PTM. Pulau Saparua merupakan salah satu area di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku yang hingga akhir tahun 2019 belum melaksanakan Posbindu PTM secara optimal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di tiga desa di Pulau Saparua yakni desa Paperu, Porto dan Ouw. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai Januari 2020. Dalam penulisan ini peneliti hanya menggunakan hasil wawancara mendalam dengan pengambil kebijakan di tingkat desa hingga provinsi. Berdasarkan hasil wawancara kendala yang dilaporkan di tingkat desa adalah minimnya pengetahuan pengambil kebijakan tentang PTM maupun posbindu PTM, rumitnya pertimbangan alokasi dana, belum adanya pemahaman masyarakat mengenai PTM dan pemeriksaannya di Posbindu. Kendala di tingkat kecamatan ialah tidak adanya penjelasan dan pendampingan dari Dinas Kesehatan terkait pelaksanaan Posbindu, kurangnya kesadaran masyarakat, dana bantuan dari pemerintah desa susah didapat, lokasi pelaksanaan posbindu, keterbatasan jumlah kader, kekhawatiran kader untuk melakukan pemeriksaan, ketidak percayaan masyarakat terhadap kader non-medis yang melakukan pemeriksaan, ketidak percayaan masyarakat terhadap hasil pemeriksaan dengan menggunakan alat digital, tidak fokusnya pemerintah pada masalah PTM. Kendala di tingkat kabupaten termasuk pelaksanaan posbindu oleh Puskesmas belum tepat dan tidak efektif, petugas Puskesmas belum dilatih, seringnya pergantian pemegang program di Puskesma, kurangnya pemahaman pemegang program di Puskesmas tentang Posbindu PTM, kekhawatiran kader dalam melakukan tindakan pemeriksaan dan kurangnya alat yang dimiliki Puskesmas. Di tingkat Provinsi, kendala yang dilaporkan adalah minimnya bantuan dari pemerintah pusat. Dari berbagai kendala yang ditemukan pada penelitian ini kemudian dibahas sesuai panduan yang berlaku untuk mengoptimalkan pelaksanaan Posbindu PTM di pulau Saparua
KEPERCAYAAN TERHADAP KADER DALAM MENJALANKAN PELAYANAN KESEHATAN PADA POSBINDU PTM DI PULAU SAPARUA DAN KOTA AMBON Filda Violita Ingrad de Lima; Christiana Rialine Titaley; Bertha Jean Que; Maxwell L. V. Malakauseya; Anggun L. Hussein; Lidya Saptenno; Annastasia Ohoiulun; Leonardo S. Liesay; Aldo Evan Wijaya; Putri Ulandari
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.313 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.12

Abstract

Salah satu usaha kesehatan berbasis masyarakat yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah penyakit tidak menular di Indonesia adalah Posbindu PTM. Sebagai sebuah UKBM, kader berperan sebagai pelaksana kegiatan Posbindu PTM. Keterbatasan kader terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan menjadi hambatan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sering kali mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kader. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif pengambil kebijakan, masyarakat, dan kader tentang kepercayaan kepada kader dalam melakukan pelayanan kesehatan di Posbindu PTM. Penelitian kualitatif ini dilaksanakan di lima wilayah kerja Puskesmas yang ada di Kota Ambon dan Pulau Saparua pada bulan November 2019-Januari 2020. Penelitian ini melibatkan 46 informan dalam diskusi kelompok terfokus dan 43 informan dalam wawancara mendalam. Dalam penelitian ini dipeorleh beberapa alasan masyarakat meragukan pelayanan yang dilakukan kader yaitu masalah legal etik pemeriksaan oleh tenaga non kesehatan, kader tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, kader tidak percaya diri dalam melaksanakan pemeriksaan, takut kader melakukan kesalahan dalam pemeriksaan, kurangnya dukungan pengambil kebijakan dan masih kurangnya pemahaman tentang konsep penyelenggaraan posbindu. Sebaliknya, kader lebih mendapatkan kepercayaan apabila telah mendapatkan pelatihan dan tetap mendapatkan pendampingan dari puskesmas Pembina, dukungan pengambil kebijakan kepada para kader, serta masyarakat yang telah memiliki pengetahuan yang baik tugas kader di Posbindu.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI KADER POS BINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA Anggun L Husein; Christiana Rialine Titaley; Bertha Jean Que; Putri Ulandari; Aldo Evan Wijaya; Maxwell L. V. Malakauseya; Annastasia Ohoiulun; Filda de Lima; Lidya Saptenno; Leonardo S. Liesay
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.111 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.26

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu tantangan kesehatan yang utama pada abad ke-21. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pengidap penyakit tidak menular tidak menyadari dirinya sakit, hingga timbul komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Salah satu strategi Pemerintah Indonesia untuk mengendalikan PTM adalah dengan membentuk Pos Binaan Terpadu (Posbindu) PTM. Kader Posbindu merupakan agen perubahan terdepan dalam pencegahan dan pengendalian PTM. Permasalahan yang ditemui oleh kader Posbindu dapat menjadi hambatan untuk mencapai tujuan Posbindu PTM. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh kader dalam pelaksanaan Posbindu PTM di Kota Ambon dan Pulau Saparua. Penelitian menggunakan data penelitian kualitatif Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura yang dilakukan pada bulan Desember 2019 - Januari 2020. Data merupakan hasil wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dari kader pada 2 puskesmas di Kota Ambon dan 3 puskesmas di Pulau Saparua. Sampel yang digunakan adalah 31 sampel yang dipilih menggunakan teknik non-probability sampling. Hasil penelitian menunjukkan kader Posbindu PTM di Kota Ambon dan Pulau Saparua memiliki permasalahan yang sama antara lain kurangnya tenaga kerja kader, keterbatasan variasi pemeriksaan, serta antusiasme masyarakat yang berbeda. Kekurangan tenaga kerja kader juga mengakibatkan munculnya permasalahan lain yakni peran ganda kader sebagai kader Posbindu PTM dan kader Posyandu, serta adanya ketidakseimbangan insentif yang diterima kader dengan beban kerja yang dimiliki. Kerja sama antara pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan kader yang kompleks tersebut.
PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN NEGERI OUW , SAPARUA, TERHADAP PELAKSANAAN POSBINDU PTM Lidya Saptenno; Maxwell L. V. Malakauseya; Aldo Evan Wijaya; Leonardo S. Liesay; Putri Ulandari; Anggun L. Hussein; Christiana Rialine Titaley; Bertha Jean Que; Annastasia Ohoiulun; Filda de Lima
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.664 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.46

Abstract

Meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM) saat ini menjadi ancaman kesehatan secara global dan nasional. Hal ini mendorong tercetusnya berbagai strategi untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satunya dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), untuk mencegah dan menemukan lebih dini fakor risiko PTM. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengetahuan dan pemahaman semua elemen masyarakat tentang PTM dan Posbindu PTM, serta upaya dan dukungan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan Posbindu PTM tahun 2020 . Studi kualitatif ini dilakukan pada bulan November 2019 di Pulau Saparua pada 22 informan di Negeri Ouw. Data diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dan FGD, dengan menganalisis pengetahuan PTM, deteksi dini faktor risiko, pengetahuan Posbindu PTM, upaya dan dukungan, tantangan, anggaran dan kader Posbindu PTM. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih minimnya pengetahuan seluruh elemen masyarakat Negeri Ouw tentang PTM dan Posbindu PTM. Respon pemerintah dan masyarakat baik dalam menyambut kegiatan Posbindu PTM, hanya saja belum memahami bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkat peran masyarakat untuk melakukan pencegahan dan penemuan dini faktor risiko sehingga mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.
BAGAIMANA PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN POS BINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA? Aldo Evan Wijaya; Maxwell L. V. Malakauseya; Annastasia Ohoiulun; Anggun L. Hussein; Christiana Rialine Titaley; Bertha Jean Que; Filda de Lima; Leonardo S. Liesay; Lidya Saptenno; Putri Ulandari
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.735 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.65

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak banyak dideteksi dan disadari karena umumnya PTM tidak menimbulkan gejala dan keluhan. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM di Indonesia. Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), merupakan salah satu solusi memberdayakan masyarakat dalam pengendalian PTM melalui promotif dan preventif faktor risiko secara terpadu. Posbindu PTM di Daerah Timur Indonesia khususnya di Provinsi Maluku, masih kurang sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat secara umum dan kader secara khusus. Menyadari permasalahan ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang PTM dan Posbindu PTM di Kota Ambon dan Pulau Saparua. Studi ini merupakan penelitian kualitatif yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Unversitas Pattimura, Ambon. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 dan informan dipilih dengan menggunakan motode non-probabilty sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam (WM) dan focus group discussions (FGD). Pada penelitian ini, didapatkan ada beberapa kesalah-pahaman di masyarakat tentang Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), masih adanya kesalah-pahaman informasi antara penyakit tidak menular dan penyakit menular serta gejalanya di masyarakat Kota Ambon dan Pulau Saparua, serta adanya kesalah-pahaman masyarakat terkait pelaksanaan Posbindu PTM. Adanya tanggapan yang baik dari masyarakat dengan adanya pelaksanaan Posbindu PTM. Penyuluhan dan media informasi sangat dibutuhkan untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Banyak masyarakat juga mengatakan bahwa pelaksanaan Posbindu itu tidak cukup hanya sebatas pengendalian faktor risiko.
KESENJANGAN PEMAHAMAN KONSEP PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU DENGAN PELAKSANAANNYA DARI SUDUT PANDANG PENGAMBIL KEBIJAKAN DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA Leonardo S. Liesay; Bertha Jean Que; Christiana Rialine Titaley; Aldo Evan Wijaya; Maxwell L. V. Malakauseya; Putri Ulandari; Annastasia Ohoiulun; Filda de Lima; Lidya Saptenno; Anggun L. Hussein
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.155 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.87

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) telah telah mendorong dibentuknya strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai prioritas pembangunan di setiap negara sesuai dengan Sustainable Development Goals 2030. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Berbagai Posbindu PTM tidak berjalan secara optimal dengan salah satu penyebabnya karena pemahaman pelaksanaan dan persiapan Posbindu yang belum sesuai dengan konsep yang telah ditentukan oleh Kemenkes RI tentang petunjuk teknis Posbindu PTM. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai kesenjangan atau ketidaksesuaian pemahaman dalam pelaksanaan Posbindu PTM dengan konsep yang telah ditetapkan dan membahas upaya tindak lanjut yang sesuai dengan konsep Posbindu PTM sehingga diharapkan bisa mengurangi hambatan. Studi kualitatif ini dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 di Kota Ambon dan Pulau Saparua dengan melakukan wawancara mendalam pada 12 informan di pihak Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Dinas Kesehatan Kota Ambon, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah, 2 Puskesmas di Kota Ambon (Puskesmas Hative Kecil dan Puskesmas Rijali), dan 3 Puskesmas di Pulau Saparua (Puskesmas Jazirah Tenggara, Puskesmas Porto-Haria dan Puskesmas Booi-Paperu). Dari penelitian ini didapatkan berbagai miskonsepsi atau kesenjangan antara teori konsep Posbindu PTM dengan pelaksanaannya dalam hal pemahaman tentang tujuan program, sumber anggaran, pelaksanaan kegiatan, anggapan masyarakat, pengintegrasian, serta monitoring dan evaluasi program, sehingga dilakukan pembahasan untuk saran tindak lanjut yang sesuai dengan konsep Posbindu PTM untuk mengurangi hambatan.
PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI KOTA AMBON: SEBUAH STUDI KUALITATIF DI KELURAHAN PANDAN KASTURI DAN HATIVE KECIL Putri Ulandari; Bertha Jean Que; Christiana Rialine Titaley; Aldo Evan Wijaya; Maxwell L. V. Malakauseya; Leonardo S. Liesay; Lidya Saptenno; Anggun L. Hussein; Filda de Lima; Annastasia Ohoiulun
Molucca Medica VOLUME 14 JUNI 2021 : EDISI KHUSUS PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.994 KB) | DOI: 10.30598/molmed.2021.v14.ik.103

Abstract

Posbindu PTM adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah guna menanggulangi penyakit tidak menular. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya terdapat berbagai permasalahan yang dapat menghambat keefektifan Posbindu PTM. Penulisan merupakan hasil analisis penelitian kualitatif Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura pada bulan November 2019 - Januari 2020. Tujuan analisis adalah mengetahui pelaksanaan Posbindu PTM. Data diperoleh hasil wawancara mendalam dan FGD informan yang berada di Posbindu PTM wilayah Puskesmas Rijali dan Puskesmas Hative Kecil serta Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Analisis dilakukan terhadap pelaksanaan, sumber pembiayaan, dan respon masyarakat pada masing-masing Posbindu PTM. Hasil analisis menunjukkan bahwa Posbindu PTM di Kelurahan Pandan Kasturi dan Negeri Hative Kecil telah berjalan. Terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti melibatkan pihak swasta dan pelatihan kader secara berkala.
GAMBARAN PERFORMA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS SEBAGAI INSTRUKTUR SKILLS LAB DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA lidya Bethsi Evangeline Saptenno
PAMERI Vol 5 No 1 (2023): PAMERI: Pattimura Medical Review
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.347 KB) | DOI: 10.30598/pamerivol5issue1page1-15

Abstract

Introduction: Skills lab is a means for pre-clinical students to learn and practice clinical skills. In the learning process, an instructor is needed who is responsible for facilitating the mentoring process. Those who act as skills lab instructors at the Faculty of Medicine, University of Pattimura are general practitioners and specialist doctors. To support their role, an instructor needs basic knowledge and skills in providing clinical skills training. This research was conducted to describe the performance of skills lab instructors at the Faculty of Medicine, Pattimura University. Method: This research is a quantitative descriptive study using a questionnaire that has been adopted from the "Instrument for Evaluating Clinical Skills lab Teacher's Dictactil Performance" questionnaire, which has been tested for validity and reliability. This questionnaire consists of 26 indicators covering three aspects, namely teaching skills, interpersonal skills and communication skills, as well as skills training conditions/strategies. Respondents as many as 140 students were selected purposively, namely students in class III and IV because they had passed most of the stages of preclinical education and training in almost all Skills lab modules. The data is then analyzed descriptively. Results: Almost all indicators on the three aspects of Skills lab instructor performance, get an accumulated good and very good rating of more than 70% of students. The aspect of teaching skills had the highest accumulation on the 8th indicator, namely 97.1% (136 students) for general practitioners and 97.9% for specialist doctors. The 3rd indicator on interpersonal and communication aspects, got the highest accumulation of 92.9% (130 students) for general practitioners and 91.4% (128 students for specialist doctors. Finally, the 4th indicator on the condition/training strategy aspect skills got the highest accumulation of 93.6% (131 students) for general practitioners and 99.3% (139 students) for specialist doctors. Conclusion: In general, the performance of general practitioners and specialists as Skills lab instructors at the Faculty of Medicine, University of Pattimura was described as good by students, with several indicators that were still considered lacking and required further evaluation.