p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Matriks Teknik Sipil
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

EVALUASI TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK), ABILITY TO PAY (ATP), WILLINGNESS TO PAY (WTP), DAN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BUS BATIK SOLO TRANS (Studi Kasus: Koridor 1) Tb. Pradika; Slamet Jauhari Legowo; Budi Yulianto
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.271 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v3i2.37191

Abstract

Tarif merupakan salah satu unsur angkutan umum yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan operasional. Kebijakan tarif yang berlaku harus ditinjau terhadap dua aspek, penumpang selaku konsumen dan pengelola angkutan umum. Angkutan bus BST merupakan angkutan bus kota yang saat ini sedang digalakkan pengoperasiaannya di daerah Surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi tarif yang berlaku saat ini berdasarkan penghitungan BOK, ATP, WTP, dan analisis BEP. Data penelitian ini didapat dengan mewawancarai dengan Perum Damri sebagai pengelola bus BST dan dengan menyebarkan kuisioner kepada pengguna angkutan bus BST koridor 1. Data yang didapat kemudian di analisis untuk mengetahui besarnya BOK, ATP, WTP serta nilai BEP pada bus BST Koridor 1. Dalam hal ini penghitungan BOK menggunakan 3 metode yaitu Dephub, DLLAJ, FSTPT serta dilakukan dalam 2 skenario. Skenario 1 yaitu kondisi dimana operator membeli bus baru, sedangkan skenario 2 adalah kondisi dimana bus merupakan hibah dari pemerintah. Penghitungan ATP dan WTP dilakukan pada 2 hari, yaitu hari kerja dan libur. Hasil analisis data yang didapatkan pada skenario 1 penghitungan BOK menurut metode Dephub sebesar Rp. 5.621,68, metode DLLAJ sebesar Rp. 5.532,91, dan metode FSTPT sebesar Rp. 5.087,92. Pada skenario 2 terjadi penurunan sebesar 19 - 20 % dibanding skenario 1. Jika dilihat nilai BOK, tarif saat ini masih dibawah dari nilai BOK. Berdasarkan ATP pada hari kerja sebesar Rp 3.488,95 untuk kategori umum dan Rp. 2.000,22 untuk kategori pelajar. Sedangkan pada hari libur sebesar Rp. 3.485,4, untuk kategori umum dan Rp. 1.996,07, untuk kategori pelajar. Besarnya nilai WTP pada hari kerja sebesar Rp. 3.374,33 untuk kategori umum dan Rp 2.136,36 untuk kategori pelajar, pada hari libur sebesar Rp. 3.422,37 untuk kategori umum dan Rp. 2.000 untuk kategori pelajar. Hal ini menunjukkan nilai ATP & WTP sudah mendekati dengan tarif yang berlaku saat ini, walaupun pada kategori umum nilai ATP & WTP sedikit dibawah dari tarif yang berlaku. Nilai BEP berdasarkan load factor pada hari kerja sebesar 0,63 dan pada hari libur sebesar 0,59 pada skenario 1. Penghitungan nilai BEP pada skenario 2 terjadi penurunan sebesar 18 - 20 % dibanding skenario 1. Selain itu, pada skenario 1 membutuhkan waktu 19,57 tahun untuk impas dan membutuhkan waktu 1,61 tahun pada skenario 2.
ANALISIS EMISI GAS BUANG AKIBAT MOBIL DI KAMPUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET Dewi Handayani; Yocky Indra Jaya; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 3 (2017): September 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v5i3.36732

Abstract

Banyaknya pergerakan mobil oleh civitas akademika di kampus UNS untuk menjalankan aktivitas di lingkungan kampus dan pergerakan dari kendaraan-kendaraan tersebut masih belum dikontrol sehingga menghasilkan emisi gas buang yang belum diketahui besarnya. Dilakukan penelitian yang menghitung besarnya emisi gas buang di kampus UNS yang bertujuan untuk mengetahui pengurangan banyaknya emisi gas buang yang dihasilkan per tahun sampai dengan tahun 2022 di lingkungan kampus UNS sehubungan dengan akan di bangun gedung parkir terpusat di dua tempat maka analisis besar emisi gas buang yang akan di gunakan untuk membandingkan kondisi eksisting pada tahun 2016 dengan kondisi setelah di bangun gedung parkir terpusat yang baru. Penelitian emisi gas buang akibat mobil yang beraktifitas didalam kampus Universitas Sebelas Maret menggunakan metode survei kuesioner, parameter pengukuran emisi gas buang dihitung berdasarkan hari aktif kuliah, jarak tempuh dan jumlah kendaraan yang masuk ke lingkungan kampus Universitas Sebelas Maret, kemudian menghitung besar emisi gas buang dan pajak emisi gas buang eksisting serta membandingkan besar emisi gas buang mobil setelah dibangun gedung parkir terpusat yang menggunakan 2 pilihan alternatif. Hasil penelitian didapatkan besar emisi gas buang pada tahun 2016 yang dihasilkan CO sebesar 285,6695 Ton, HC sebesar 28,5394 Ton, NOX sebesar 15,4397 Ton, PM10 sebesar 0,2536 Ton, CO2 sebesar 23.725,6168 Ton dan SO2 sebesar 0,3365 Ton, Skenario pembangunan gedung parkir alternatif I yaitu gedung yang pertama kali dibangun adalah gedung parkir yang berlokasi di belakang kampus kemudian dilanjutkan dengan membangun gedung parkir yang berlokasi di depan kampus dan skenario pembangunan gedung parkir alternatif II yaitu gedung yang pertama kali dibangun adalah gedung parkir yang berlokasi di depan kampus kemudian dilanjutkan dengan membangun gedung parkir yang berlokasi di belakang kampus, Penurunan emisi gas buang CO, HC, NOX, PM10, CO2 dan SO2 dengan dibangun gedung parkir menggunakan alternatif I adalah sebesar 51.4146%, dan dengan dibangun gedung parkir menggunakan alternatif II adalah sebesar 26.0285%, berdasarkan nilai harga pajak yang dihitung dari CO2 pada alternatif I terjadi penghematan sebesar Rp. 30.427.101.587 dan pada alternatif II terjadi penghematan sebesar Rp. 15.403.633.795.
STUDI VARIASI KEBERANGKATAN LALU LINTAS DAN PERBANDINGAN ARUS JENUH METODE TIME SLICE DENGAN ARUS JENUH MKJI 1997 PADA SIMPANG BERSINYAL DENGAN SHORT TIME COUNTDOWN TIMER Tri Utamy Yohana Panjaitan; Amirotul M.H Mahmudah; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 6, No 4 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v6i4.36533

Abstract

Pada jalan raya, titik konflik yang paling banyak ditemui yaitu pada simpang. Salah satu upaya untuk mengurangi titik konflik adalah dengan penambahan lampu lalu lintas. Perangkat lain yang dapat ditambahkan pada simpang adalah countdown timer. Countdown timer merupakan perangkat tambahan yang berfungsi memberikan informasi mengenai durasi waktu sinyal dari lampu lalu lintas. Akan tetapi, penambahan countdown timer ternyata menyebabkan timbulnya variasi pada keberangkatan lalu lintas atau kendaraan (Cong dkk; 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pada waktu keberangkatan dan nilai arus jenuh dasar per meter (S0/m) pada simpang bersinyal dengan countdown timer. Data diperoleh di Simpang Sate Sumber, Simpang Polres Karanganyar, dan Simpang Tugu Wisnu yang dilakukan pada jam puncak dan jam tidak puncak. Data variasi waktu keberangkatan dianalisis menggunakan analisis statistic, sementara data arus jenuh meggunakan metode time slice. Berdasarkan hasil analisis, diketahui variasi waktu keberangkatan yang terjadi berupa percepatan waktu keberangkatan pada Simpang Sate Sumber dan perlambatan waktu keberangkatan pada Simpang Polres Karanganyar dan Simpang Tugu Wisnu. Nilai S0/m yang diperoleh pada semua simpang baik pada jam puncak tidak ada yang memenuhi standar S0/m MKJI 1997 yaitu sebesar 600.
ANALISIS POTENSI DEMAND BATIK SOLO TRANS KORIDOR 2 PADA FUNGSI GUNA LAHAN PEMUKIMAN DAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) Yuniar Catur Putra S; Slamet Jauhari Legowo; Amirotul M.H Mahmudah
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 4 (2017): Desember 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.741 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v5i4.36908

Abstract

Kebutuhan akan transportasi pada saat ini terus meningkat dan hal ini akan mengakibatkan kemacetan jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu cara yang ideal adalah dengan menyediakan angkutan umum massal seperti Batik Solo Trans. Penambahan demand merupakan faktor penting dalam pengembangan angkutan umum massal tersebut. Selain itu, dalam penentuan tarif juga harus memperhitungkan kemampuan dan kemauan dari potensi demand agar mereka tertarik dan mau beralih pada angkutan umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi penambahan demand serta analisis ATP dan WTP dari potensi penambahan demand tersebut pada koridor pelayanan rute BST koridor 2 (Terminal Palur - UNS - RS.Moewardi - SMA Negeri 1 Surakarta - Stasiun Balapan - Monumen Pers - Solo Paragon Mall - Solo Grand Mall - Universitas Muhammadiyah Surakarta - Terminal Kartasura) khusus fungsi guna lahan pemukiman. Fungsi guna lahan pemukiman adalah bangunan-bangunan pemukiman dalam suatu wilayah yang digunakan sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Pada penelitian ini, data diperoleh dengan metode kuisioner kepada penduduk yang berada pada fungsi guna lahan pemukiman dalam koridor area pelayanan BST koridor 2. Data yang diambil dari responden meliputi pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya digunakan untuk analisis penambahan demand dan persepsi tarif berdasarkan kemampuan dan kemauan untuk membayar. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi penambahan demand BST Koridor 2 pada fungsi guna lahan pemukiman sebesar 67.362 orang yang terdiri dari kategori umum dan pelajar. Jumlah ini merupakan 77,34% dari total populasi seluruh penduduk yang berada pada koridor pelayanan rute BST Koridor 2 pada fungsi guna lahan pemukiman. Hasil analisis nilai Ability To Pay (ATP) dari potensi demand untuk kategori pelajar sebesar Rp. 5.590 dan kategori umum sebesar Rp. 4.808. Nilai Willingness To Pay (WTP) pelajar sebesar Rp. 2.211 dan kategori umum sebesar Rp. 4.078. Nilai tersebut didapat untuk keadaan eksisting atau sebelum dilakukan pembenahan terhadap fasilitas-fasilitas yang diharapkan dari potensi demand. Kondisi ATP lebih tinggi dari tarif yang berlaku saat ini, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam membayar kebutuhan transportasi cukup tinggi. Tetapi nilai WTP masih di bawah tarif yang berlaku, yang menunjukkan bahwa utilitas dari Batik Solo Trans masih rendah. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan utilitas Batik Solo Trans untuk melakukan perbaikan dalam hal fasilitas dan layanan, sehingga nantinya Batik Solo Trans dapat menjadi pilihan terbaik untuk kebutuhan transportasi dengan orang-orang dan untuk menghindari kemacetan.
ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL ANTARA SIMPANG SUMBER DAN SIMPANG POM BENSIN MANAHAN (Studi Kasus Simpang Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani Surakarta) Mohammad Ikhwan; Slamet Jauhari Legowo; Amirotul Mufidah
Matriks Teknik Sipil Vol 2, No 3 (2014): September 2014
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.953 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v2i3.37402

Abstract

Banyaknya persimpangan di kota besar seperti Surakarta ternyata menimbulkan permasalahan tersendiri, terlebih pada jarak antar simpang yang pendek seperti pada ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani Surakarta. Terdapat dua simpang yang berada dalam jarak 200 meter pada ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani.Sehingga untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan analisa dan koordinasi sinyal antara Simpang Sumber dan Simpang Pom Bensin Manahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei langsung pada kedua simpang. Adapun data yang diambil adalah volume kendaraan yang melalui tiap simpang, waktu sinyal dan geometrik simpang. Data yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan kondisi eksisting yang akan menjadi acuan dalam merencanakan waktu siklus baru dengan memperhatikan teori koordinasi. Sedangkan dalam melakukan perhitungan untuk mendapatkan kinerja terbaik pada setiap simpang dilakukan dengan pendekatan MKJI.Kinerja terbaik pada setiap simpang kemudian dikoordinasikan menggunakan waktu hijau antar simpang.Hasil analisa, menunjukkan bahwa kedua simpang pada ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani belum terkoordinasi.Untuk itu, dilakukanlah beberapa perencanaan untuk melakukan koordinasi sinyal antar simpang pada kedua simpang tersebut. Perencanaan yang dilakukan adalah menentukan waktu siklus baru yang sama untuk semua simpang. Dari dua metode perencanaan, didapatkan waktu siklus baru sebesar 100 detik untuk jam sibuk pagi, 56 detik untuk jam sibuk siang dan 85 detik untuk jam sibuk sore. Dari hasil pembobotan didapatkan waktu hijau ruas prioritas jam sibuk pagi dan sore sebesar 31 detik sedangkan jam sibuk siang sebesar 17 detik dari arah pendekat Utara.
PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAH (OVERLAY) METODE PD T-05-2005-B DAN METODE SDPJL PADA RUAS JALAN KLATEN-PRAMBANAN Edo Rizkiawan; Ary Setyawan; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v5i2.36890

Abstract

Pertumbuhan alat transportasi darat dari tahun ke tahun semakin meningkat berimbas kepada perkerasan jalan yang menjadi rusak akibat terus menerus mendapatkan beban. Perlu adanya metode perbaikan yang baik agar sistem transportasi menjadi baik, prasarananya menjadi aman, nyaman, dan efisien. Salah satu pedomannya adalah dengan cara overlay. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tebal lapis tambah dari metode overlay untuk ruas jalan Klaten-Prambanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pd-T-05-2005-B dan metode SDPJL. Kedua metode tersebut adalah metode overlay yang menggunakan data lendutan dari alat FWD. Metode Pd-T-05-2005-B adalah metode perhitungan manual, sedangkan metode SDPJL adalah perkembangan dari metode Pd-T-05-2005-B yakni dengan menggunakan software, tanpa perhitungan manual. Dalam penelitian ini selain data lendutan, variabel yang digunakan adalah LHR, RCI, CBR, Temperatur. Tebal lapis tambah yang dihasilkan dari penelitian yakni metode Pd-T-05-2005-B adalah sebesar 16 cm dengan rincian sebagai berikut; 4 cm AC-WC, 12 cm AC-BC, sedangkan metode SDPJL sebesar 13 cm dengan rincian sebagai berikut; 4 cm AC-WC dan 9 cm AC-BC.
ANALISIS SIMPANG KOORDINASI DI SEPANJANG JALAN VETERAN Hilyatuz Zakiya; Agus Sumarsono; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.809 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v3i2.37185

Abstract

Dewasa ini, pertumbuhan jumlah kendaraan di Indonesia semakin meningkat termasuk di kota Surakarta. Hal tersebut dapat menyebabkan kemacetan. Salah satu cara untuk mengurangi masalah kemacetan adalah dengan pemasangan lampu lalu lintas (Traffic signal) pada daerah simpang terutama di perkotaan. Jalan Veteran merupakan jalan mayor yang terdapat tiga simpang yang saling berdekatan, dan terdapat sekelompok pergerakan kendaraan yang berjalan bersamaan (platoon) yang mengalami tundaan pada tiap simpang, sehingga jika dikoordinasikan dapat mengantarkan pengendara melalui ketiga simpang tersebut tanpa mendapatkan lampu merah dengan kecepatan yang telah ditentukan (kecepatan green wave). Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar waktu siklus lampu lalu lintas, kinerja simpang semua simpang di sepanjang Jalan Veteran sebelum dan sesudah koordinasi, dan besar kecepatan green wave. Lokasi penelitian berada di sepanjang Jalan Veteran yaitu di simpang Kapten Mulyadi, simpang Brigjend Sudiarto, dan simpang Yos Sudarso kota Surakarta. Metode perhitungan kinerja simpang berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Data simpang diambil pada jam sibuk yaitu pukul 07.00-09.00 dan 15.00-17.00 WIB pada hari kerja. Besar waktu siklus eksisting pada simpang Kapten Mulyadi (86 detik), Brigjend Sudiato (96 detik), dan Yos Sudarso (99 detik), sedangkan waktu siklus koordinasi yaitu sebesar 96 detik untuk ketiga simpang. Hasil perhitungan kinerja simpang koordinasi pada jalan mayor dapat diketahui bahwa nilai derajat kejenuhan setelah dikoordinasikan mengalami penurunan rata-rata sebesar 19,55 % pada pagi hari dan 8,03 % pada sore hari. Panjang antrian setelah dikoordinasikan mengalami penurunan rata-rata sebesar 12,09 % pada pagi hari dan 8,88 % pada sore hari. Jumlah tundaan setelah dikoordinasikan mengalami penurunan rata-rata sebesar 28,34 % pada pagi hari dan 20,22 % pada sore hari. Kecepatan green wave untuk dapat melewati simpang Kapten Mulyadi-Yos Sudarso dan sebaliknya adalah 30 km/jam pada lalu lintas pagi hari, dan 25 km/jam untuk lalu lintas sore hari.
Analisis Tarif Batik Solo Trans Koridor 2 Berdasarkan Estimasi Penambahan Demand Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Menggunakan Metode Ability to Pay(ATP), Willingness to Pay (WTP) dan BOK Aditya Krisnanda; Budi Yulianto; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.79 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v3i2.37201

Abstract

Keputusan Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang mencanangkan program green campus untuk mengendalikan penggunaan kendaraan bermotor didalam lingkungan kampus merupakan langkah yang harus diapresiasi. Hal ini berhubungan dengan tujuan Pemerintah Kota Surakarta untuk mengembangkan transportasi yang berkelanjutan, salah satu moda yang sedang dikembangkan adalah bus Batik Solo Trans (BST). Data penelitian dibagi menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder, kemudian data di analisis untuk mengetahui besarnya penambahan demand yang akan berpengaruh terhadap penurunan nilai BOK BST koridor 2 berdasarkan metode Departemen Perhubungan dan mengetahui daya beli mahasiswa UNS dari kemampuan (ATP) dan kemauan (WTP) untuk membayar tarif BST. Hasil analisis data menunjukkan tarif berdasarkan BOK beli Rp. 4.300 sedangkan tarif BOK hibah Rp. 3.735. Berdasarkan ATP sebesar Rp 2.850. Besarnya nilai WTP sebesar Rp.2.500. Tarif yang berlaku saat ini lebih besar daripada tarif berdasarkan BOK, ATP dan WTP. Diperlukan adanya evaluasi tarif dari pemerintah agar menarik minat mahasiswa untuk menggunakan BST sebagai moda transportasi utama. Diharapkan tarif yang telah di evaluasi sesuai dengan BOK, kemampuan dan kemauan penumpang. Pemerintah diharapkan terus berinovasi dalam memberikan kebijakan dan perbaikan pelayanan serta fasilitas angkutan umum agar nilai load factor yang saat ini dapat meningkat dan menarik minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Kata kunci :tarif, Potensi demand, Biaya Operasional Kendaraan (BOK), ability to pay (ATP), willingness to pay (WTP)
ANALISIS POTENSI DEMAND BATIK SOLO TRANS KORIDOR 2 PADA FUNGSI GUNA LAHAN PERKANTORAN DAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) Adidya Afandi; Slamet Jauhari Legowo; Amirotul M.H Mahmudah
Matriks Teknik Sipil Vol 4, No 4 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.308 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v4i4.37051

Abstract

Kebutuhan akan transportasi pada saat ini terus meningkat dan hal ini akan mengakibatkan kemacetan jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu cara yang ideal adalah dengan menyediakan angkutan umum massal seperti Batik Solo Trans. Potensi demand merupakan faktor penting dalam pengembangan angkutan umum massal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah potensi demand yaitu masyarakat yang akan beralih ke moda transportasi angkutan umum. Serta melakukan analisis ATP dan WTP dari potensi demand tersebut pada koridor pelayanan rute BST koridor 2 pada fungsi guna lahan perkantoran. Pada penelitian ini data diperoleh dengan membagikan kuisioner kepada pegawai yang berada pada fungsi guna lahan perkantoran dalam koridor area pelayanan BST koridor 2. Data yang diambil dari responden meliputi pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya digunakan untuk analisis penambahan demand dan persepsi tarif berdasarkan kemampuan dan kemauan untuk membayar. Untuk metode sampling digunakan metode Slovin. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi penambahan demand BST koridor 2 pada fungsi guna lahan perkantoran sebesar 65% dari 6.987 orang pegawai. Dari analisis tersebut berarti terdapat 4.542 orang pegawai yang mau beralih menggunakan BST untuk kegiatan kesehariannya setelah dilakukan perbaikan pada beberapa fasilitas dan pelayanan transportasi seperti penambahan halte, perbaikan jadwal BST yang tetap, dan penambahan armada. Kemudian dilakukan analisis ATP dan WTP dari potensi demand tersebut dan didapat nilai ATP sebesar Rp 6.703,4 dan WTP sebesar Rp 3.861,54 untuk kondisi eksisting yaitu belum dilakukan perbaikan pada fasilitas Batik Solo Trans. Nilai WTP masih dibawah tarif yang berlaku sekarang, sehingga utilitas pegawai terhadap BST masih rendah. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan utilitas Batik Solo Trans dengan melakukan perbaikan dari segi fasilitas dan juga pelayanan, sehingga nantinya Batik Solo Trans dapat menjadi pilihan terbaik masyarakat untuk kebutuhan transportasi dan menghindari terjadinya kemacetan.
MODEL MATEMATIS PENGUNJUNG STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR (STUDI KASUS DI KOTA SURAKARTA) Nisa Aulia; Amirotul M. H.M; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 1, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.277 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v1i4.37513

Abstract

Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) merupakan tempat di mana kendaraan bermotor dapat memperoleh bahan bakar. Kebutuhan akan bahan bakar terutama untuk kendaraan bermotor tentunya mendorong pemilik kendaraan untuk selalu mendatangi SPBU. Dengan berdirinya SPBU maka akan menimbulkan tarikan lalu-lintas di sekitarnya dan menambah volume lalu lintas. Penelitian ini dilakukan untuk membuat model yang dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah pengunjung serta untuk mengetahui nilai koefisien determinasi (R2). Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah kendaraan yang memasuki area SPBU tersebut. Analisis model dilakukan dengan analisis model regresi linear berganda metode stepwise dan enter menggunakan program SPSS 17. Hasil penelitian menunjukkan bhwa model matematis pengunjung untuk kendaraan ringan dan kendaraan berat adalah Y=19,535 + 0,016 X5, dengan Y adalah jumlah pengunjung (smp/jam) dan X5 adalah arus lalu lintas (smp/jam). Persamaan ini menunjukkan bahwa besarnya arus lalu lintas mempengaruhi jumlah pengunjung SPBU. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,905; sehingga persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel terikat.