Jusmaldi Jusmaldi
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda Jln. Barong Tongkok, Kampus Gunung Kelua Samarinda 75123

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

ASPEK BIOLOGI DAN HABITAT IKAN LURAI (Corica soborna Hamilton, 1822) DARI HILIR SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR [Biological Aspects and Habitat of Lurai Fish (Corica soborna Hamilton, 1822) from the Lower Mahakam River, East Kalimantan] Jusmaldi, Jusmaldi; Nuramelia, Nadira; Arif, Muhammad Fauzi; Hendra, Medi; Rukmi, Dijan Sunar; Rosadi, Imam
Berita Biologi Vol 22 No 3 (2023): Berita Biologi
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/beritabiologi.2023.1075

Abstract

The Lurai fish, scientifically known as Corica soborna Hamilton, 1882, belongs to the small freshwater fish in the Clupeidae family of the Clupeiformes order. Local communities in the lower Mahakam River, East Kalimantan, have long exploited this species for consumption and trade. At the same time, the biological information regarding this fish, which forms the fundamental basis for its conservation, is yet unknown. This study aimed to analyze the biological aspects and habitat of the lurai fish in the lower Mahakam River. A total of 812 fish samples were analyzed using measuring and weighing methods. The results showed that the fish's length ranged from 42.48 to 63.89 mm and their weight from 0.70 to 2.56 g. Mature lurai fish with 52.48-54.47 mm length dominated the highest mode. The regression model of the length-weight relationship was W= 5×10-6L3.18 for the total sample. The growth pattern of the fish was isometric, and the relative condition factor ranged from 0.765 to 1.123. The sex ratio was 1 male : 1.68 females. The highest percentage of gonadally mature fish was found in February. Fish lengths at first gonad maturity ranged from 52.55 to 53.38 mm for males and 59.94 to 61.25 mm for females. The habitat of the lurai fish is at the edge of the river with vegetation, a muddy bottom, a dissolved Oxygen range of 3.70-4.17 mgL-1, a temperature range of 27.50-28.40 °C, a TDS range of 50-80 mgL-1, a clarity range of 19-29 cm, a water depth range of 2.80-3.60 m, and a current velocity range of 0.65-1.07 mst-1.
KEANEKARAGAMAN DAN STATUS KONSERVASI IKTIOFAUNA DI SUNGAI MAHAKAM, KECAMATAN LONG IRAM, KALIMANTAN TIMUR Jusmaldi, Jusmaldi; Savira, Hernanda; Hariani, Nova
Berita Biologi Vol 24 No 1 (2025): Berita Biologi
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/berita_biologi.2025.3615

Abstract

Keanekaragaman dan status konservasi iktiofauna di aliran Sungai Mahakam, Kecamatan Long Iram, Kalimantan Timur, belum pernah diinformasikan, sementara banyak spesies ikan di perairan tersebut telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai ikan konsumsi dan diperdagangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keanekaragaman spesies dan status konservasi iktiofauna di aliran Sungai Mahakam. Penelitian dilaksanakan dari November sampai Desember 2022 pada empat stasiun yang ditentukan. Sampel ikan dikoleksi menggunakan metode purposive sampling dengan alat tangkap utama berupa jaring insang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 1.263 individu ikan yang terdiri atas 28 spesies, 15 famili, dan 8 ordo didapat. Ordo Cypriniformes (42,85%) dan Siluriformes (32,14%) ditemukan paling dominan. Indeks keanekaragaman spesies berkisar antara 2,33–2,71 dan tertinggi di stasiun 2. Indeks kesamaan spesies seluruh stasiun berkisar antara 0,73–0,94. Status konservasi Anguilla bicolor dalam daftar merah IUCN diidentifikasi sebagai spesies hampir terancam (NT), 24 spesies beresiko rendah (LC), dua spesies kurang data (DD), dan satu spesies tidak ditemukan dalam daftar. Hypostomus plecostomus diidentifikasi sebagai spesies asing. Ketidakhadiran vegetasi di sepanjang pinggir sungai dan aktivitas manusia dapat memengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan ikan di perairan ini. Secara umum, kualitas air di Sungai Mahakam dalam kondisi baik untuk mendukung kehidupan ikan.
STRUKTUR, KOMPOSISI, DAN MODEL ARSITEKTUR POHON DI KAWASAN REHABILITASI SUNGAI KARANG MUMUS LEMPAKE, SAMARINDA Hendra, Medi; Jusmaldi; Rukmi, Dijan Sunar; Mukhlis; Subagiada, Kadek
Berita Biologi Vol 24 No 1 (2025): Berita Biologi
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/berita_biologi.2025.9469

Abstract

Komposisi dan struktur vegetasi merupakan parameter utama dalam rehabilitasi hutan, yang dipengaruhi oleh habitat, iklim, dan kondisi tanah. Pepohonan di kawasan rehabilitasi Sungai Karang Mumus memperlihatkan model arsitektur yang beragam, yang mewakili ciri morfologi pertumbuhan pohon, seperti perkembangan batang dan pola percabangan. Pemantauan karakteristik ini penting untuk mengevaluasi upaya restorasi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi dan struktur vegetasi pada tiga fase pertumbuhan—pohon, permudaan, dan anakan—dan mengidentifikasi model arsitektur pepohonan di kawasan rehabilitasi. Penelitian ini menggunakan metode petak, yaitu lahan seluas 500 meter persegi yang dibagi menjadi lima anak petak yang masing-masing berukuran 10 x 10 meter. Metode survei digunakan untuk mengeksplorasi dan mengamati secara langsung model arsitektur pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fase pohon, spesies Cerbera manghas memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu sebesar 94,773%. Pada fase pancang, Mitragyna speciosa mendominasi dengan INP sebesar 74,999%, sedangkan pada fase semai, Ficus fistulosa memimpin dengan INP sebesar 77,258%. Keberagaman model arsitektur pohon di kawasan rehabilitasi Sungai Karang Mumus, dengan 15 model arsitektur yang ditemukan dari 27 jenis pohon, mencerminkan adaptasi ekologis yang penting dalam stabilisasi tebing sungai dan pengurangan erosi. Pemilihan model arsitektur pohon yang sesuai di kawasan rehabilitasi sungai sangat penting dalam upaya rehabilitasi hutan. Model pohon seperti Aubreville dan Leeuwenberg, dengan percabangan yang baik dan kemampuan regenerasi cepat, memberikan manfaat tambahan dalam menahan erosi, memperkuat stabilitas tanah, dan mengurangi dampak aliran permukaan. Model-model ini tidak hanya membantu dalam pemulihan fungsi ekologis hutan tetapi juga mendukung stabilitas tanah serta menyediakan habitat yang mendukung keberlanjutan spesies lokal di kawasan hutan riparian.