Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Nurul Haramain Narmada Lombok: Alih Kode dan Campur Kode Intern-Ekstern Dalam Peristiwa Tutur Para Santri Farida Jaeka
Prosiding Seminar Nasional Sasindo Vol 1, No 2 (2021): Prosiding Seminar Nasional Sasindo Unpam Vol.1 No.2 Mei 2021
Publisher : fakultas sastra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.645 KB) | DOI: 10.32493/sns.v1i2.10819

Abstract

Tulisan ini bermaksud untuk mendeskripsikan berbagai alih kode dan campur kode intern-ekstern yang terdapat pada Pondok Pesantren (PP) Nurul Haramain Narmada Lombok dalam peristiwa tutur yang dilakukan santri dalam beberapa variasi Bahasa, yaitu Bahasa Arab, Indonesia, Inggris, Sasak, dan Samawa. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan metode observasi sebagai langkah awal, dilanjutkan dengan wawancara, serta studi pustaka. Metode observasi dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Haramain saat peristiwa tutur berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Sementara itu, wawancara dilakukan dengan guru terkait tujuan penerapan penggunaan beberapa bahasa dalam berkomunikasi di pondok (sekolah); serta metode studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan beberapa data sekunder lainnya. Dari berbagai metode yang dijalankan, didapatkan hasil bahwa terdapat dua jenis alih kode intern-ekstern yang terdiri dari a) alih kode intern-ekstern 3 bahasa (Indonesia-Inggris-Sasak), b) alih kode intern-ekstern 5 bahasa (Indonesia-Inggris-Arab-Sasak-Samawa), juga ditemukan satu peristiwa campur kode, yakni campur kode Ekstern Bahasa Indonesia-Arab.Kata Kunci: Alih Kode Ekstern-Intern, Campur Kode, Nurul Haramain, Santri
Text Of Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru: Barthes Semiotics Perspective Bohri Rahman; Farida Jaeka
International Journal of Linguistics and Discourse Analytics Vol 3 No 2 (2022): IJOLIDA Vol.3 No.2, March 2022
Publisher : Denpasar Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52232/ijolida.v3i2.55

Abstract

Roland Barthes continues Saussure's thinking by emphasizing the interaction between the text and the personal cultural experience of its users. The interaction is between the conventions in the text and what is experienced and expected by its users. Barthes emphasizes his theory on myths and certain cultural societies (rather than individuals). Barthes argues that all things that are considered natural in a society are the result of the connotation process. Roland Barthes' theory is used to analyze the text of "Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru". The results of the analysis show that the semiological map of Barthes in the text includes: First, there are signs in the form of a goddess, a coconut and a stone; it is interpreted denotatively, like the meaning of a word in a dictionary. Second, based on the denotative meaning, it will be seen the connotative meaning or the second meaning as mapped by Barthes. Dewi connotatively means that God sends great students in order to spread his teachings and can provide great benefits to society. Meanwhile, coconut can be interpreted as a fighter that survives in any conditions and environment. A coconut with a height of five thousand fathoms can symbolize the family lineage of the fighter, which is highly economy, knowledge, attitude, and social status. Third, Dewi can mean a myth, namely Dewi Anjani, the queen of Mount Rinjani. Furthermore, in the third level of meaning, the Goddess who sends coconuts to the kiai, will be interpreted that the goddess is Dewi Anjani. This has the potential to have a new meaning, for example when people hear about Mount Rinjani, what will be imagined is the myth of Dewi Anjani who controls and protects Mount Rinjani)
Moana: Representasi Perempuan Berkulit Hitam Farida Jaeka
PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata Vol 1 No 2 (2020): PENAOQ : Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.222 KB) | DOI: 10.51673/penaoq.v1i2.369

Abstract

Abstract This research aims to analyze the character of Moana in the animated film, Moana (2016), as a representation of black female leaders. The animated film is produced by Walt Disney, USA. In addition, the interesting thing about the film is the attitude of leadership which is shown by the character Moana. Stories emphasized primarily in the struggle of ‘black women’ –which is often considered as a “liyan” in the United States— in restoring the welfare of her community. This research uses the qualitative method and analyzed by the feminist literary criticism. From the three waves of feminism, which were shared by Cudd and Andreasen, Moana belongs to the third group—the wave that no longer sues the patriarchy, but rather to present a figure of a strong and courageous woman. The result of this research is Moana succeeded to show the leadership attitude of a black woman. She also succeeded to restore the welfare of Mautunui villagers by restoring the heart of TeFiti—theisland goddess. Her attitude as a leader is shown in her efforts to restore the heart, which has fought against the invasion of a coconut monster, facing Crab in Lalotai—the monster world, and facing TeKa-The lava monster. The film is used as a medium to state and represents that in terms of leadership, men’s and women’s rights are equal—eventhough they are white or black.
Analisis Bahasa Perumpamaan Tokoh dalam Cerita Rakyat Sasak Cupak Gerantang Farida Jaeka; Yuliana Ilmi
TIRAI EDUKASI: Jurnal Pendidikan Vol. 4 No. 2 (2021): Tirai Edukasi : Jurnal Pendidikan edisi Vol 4 No 2
Publisher : LPPM Universitas Qamarul Huda Badaruddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.335 KB) | DOI: 10.37824/tirai.v4i2.2021.278

Abstract

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis stilistika kiasan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori majas (gaya bahasa) dan teori stilistika kiasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memdeskripsikan dan menjelaskan bahasa-bahasa perumpamaan tokoh yang terdapat dalam cerita rayat Sasak “Cupak Gerantang”. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa bahasa perumpamaan tokoh dalam cerita rakyat Sasak “Cupak Gerantang” terdapat pada tokoh Cupak, Gerantang, Dende Wirasasih, Raja Daha dan permaisuri, Inak Bangkol, Amaq Bangkol, raksasa Limandaru, La Condrong dan Berora. Dalam penelitian ini ditemukan bahasa perumpamaan tokoh yang menggunakan kata seperti atau padanannya pada tujuh tokoh, yaitu tokoh Gerantang, Dende Wirasasih, Raja Daha dan permaisuri, Inak Bangkol, raksasa Limandaru, La Condrong dan Berora. Selain itu, ditemukan juga penggunaan majas hiperbola pada tokoh raksasa Limandaru. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahasa perumpamaan tokoh pada cerita rakyat Sasak “Cupak Gerantang” menggunakan majas perumpamaan.
SOSIALISASI PENTINGNYA PENDIDIKAN UNTUK PEMUDA DALAM MEMBANGUN GENERASI YANG BERINTELEKTUAL DI DESA JAGO KABUPATEN LOMBOK TENGAH Lalu Surya Jagat; Runi Fazalani; Farida Jaeka; Randa Anggarista; Farizan Fahmi; Nora Listantia
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i2.13896

Abstract

Kegiatan sosialisasi pentingnya pendidikan untuk pemuda dalam membangun generasi yang berintelektual merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat begitu pentingnya pendidikan untuk mengembangkan intelektual kaum pemuda di desa Jago. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan survei lapangan, persiapan dan sosialisasi. Hasil kegiatan pengabdian ini pendidikan untuk pemuda dilakukan deengaan memberikan motivasi dan memberikan arahan agar mengutamakan pendidikan. Saran yang diajukan dalam pengabdian ini yaitu agar selanjutnya diadakan lagi kegiatan pengabdian seperti ini kepada masyarakat ataupun sekolah setempat agar terus termotivasi untuk menimba ilmu dan mengenyam pendidikan agar menjadi pemuda yang berintelektual.