Ida Bagus Nyoman Putra Dwija
Departement Of Clinical Microbiology Udayana University - Prof,Dr,I.G.N.G Ngoerah General Hospital, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Anti Tuberculosis Activity of Forest Kedondong (Spondias pinnata) Stembark Extract Against Multiple Drug Resistance (MDR) Strain of Mycobacterium Tuberculosis Dwija, I.B.N. Putra; Anggraeni, Mita; Ariantari, Ni Putu
BALI MEDICAL JOURNAL Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : BALI MEDICAL JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.376 KB)

Abstract

Background: Forest Kedondong (Spondias pinnata) traditionally known as “loloh cemcem” and commonly used as a chronic cough remedy. Previous research showed that methanol extract of Forest Kedondong leaves active against MDR strain of Mycobacterium tuberculosis. The aim of this study were to determine the phytochemical constituent and anti tuberculosis activity of stem bark extract of this plant against MDR strain of M. tuberculosis. Method: Coarsely powder of Forest Kedondong stem bark was extracted successively with n-hexane, chloroform and 80% ethanol. Anti tuberculosis assay of chloroform and ethanol extract was conducted using proportion method with Lowenstein-Jensen medium within 3 different concentration of extract of 1, 10, and 100 mg/mL. Activity was evaluated by inhibition of extract against M. tuberculosis growth, which was calculated by mean reduction in number of colonies on extract containing medium compared to control. Results and Discussion: Phytochemical test showed that chloroform extract contains terpenoid and flavonoids. Ethanol extract contains terpenoid, polyphenols and flavonoids. These extracts were active against MDR strain of M. tuberculosis with 100% inhibition at concentration of 100 mg/mL. Chloroform extract has higher inhibition against M. tuberculosis growth than Ethanol extract. Conclusions: These extracts were potentially developed to an anti tuberculosis constituent from natural product.
ANTITUBERCULOSIS ACTIVITY OF METHANOLIC EXTRACT OF KEDONDONG HUTAN (SPONDIAS PINNATA (L.f.) Kurz.) LEAVES Ida Bagus Nyoman Putra Dwija; I Ketut Juniarta; Sagung Chandra Yowani; Ni Putu Ariantari
Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) Vol. 7, No. 1 Januari 2013
Publisher : Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana (Program of Study in Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University), Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.461 KB) | DOI: 10.24843/JCHEM.2013.v07.i01.p04

Abstract

Tuberculosis remains global health problem nowadays. The presence of resistant strain of Mycobacterium tuberculosis against first and second line antiberculosis drugs, support any effort for discovering alternative and complementary therapy. Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f) Kurz.) belongs to Anacardiaceae family, traditionally used to treat chronic cough, which is one of common symptoms of tuberculosis. The objective of this study was to investigate antituberculosis activity of methanolic extract of Kedondong hutan leaves against multidrug resistant strain of M. tuberculosis. Kedondong hutan leaves were extracted with methanol continued with phytochemical analysis. Antituberculosis activity assay of this extract was performed by proportion method using L-J medium. Extract was tested  within 3 different concentration of 10, 50 and 250 mg/mL, with and without any additional rifampicin of 40 µg/mL. The observation of colonies was done every day started from 3rd week until 4th week and then analyzed qualitatively. The result of phytochemical analysis showed the presence of triterpenoids and flavonoids. Antituberculosis activity of kedondong hutan leaves extract at a concentration of 30 mg/mL was 52-73% and that ofcombination of 10 mg/mL extract + 40 µg/mL rifampicin was 85-89.5%. Extract concentration of 50 and 250 mg/mL, alone and combined with rifampicin showed growth inhibiton of 100%. In conclusion, methanol extract of kedondong hutan leaves has a potential antituberculosis activity.  
SPESIFISITAS DAN SENSITIVITAS PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TBC DIBANDINGKAN PEMERIKSAAN KULTUR TBC PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE JANUARI – DESEMBER 2015 Putu Harrista Indra Pramana; Ida Bagus Nyoman Putra Dwija; Made Agus Hendrayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 6 (2021): Vol 10 No 06(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i6.P15

Abstract

Penyakit tuberculosis (TBC) merupakan suatu penyakit infeksi menular yang menyerang system pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ. Di Indonesia, besarnya angka kematian akibat TBC, maka peranan diagnosis dan perawatan menjadi sangat penting. Metode tercepat untuk diagnosa tuberkulosis yaitu dengan pemeriksaan mikroskopis namun diagnosis pasti penyakit TBC ditegakkan bila ditemukan bakteri M. tuberculosis di dalam spesimen, yang berasal dari organ yang terinfeksi,berdasarkan pemeriksaan bakteriologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaaan mikroskopis dibandingkan pemeriksaan kultur pada pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode Januari-Desember 2015.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan design study cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita yang dicurigai menderita TBC yang datang ke RSUP Sanglah Denpasar pada Januari 2015-Desember 2015 yang yang melakukan pemeriksaan mikroskopis dan kultur di laboratorium Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling dengan total sampel 124 pasien.Dengan uji chi square didapatkan hasil adanya hubungan bermakna antara uji mikroskopis dan uji kultur dengan nilai p<0,05. Dengan tabel 2x2 didapatkan nilai diagnostik pemeriksaan uji mikroskopis dibandingkan uji kultur menunjukkan sensitivitas sebesar 68% dan spesifisitas sebesar 94,9%. Kata Kunci:Tuberkulosis, Mikroskopis Zn, Kultur LJ, Sensitivitas, Spesifisitas
PREVALENSI CANDICA ALBICANS PADA SPUTUM PASIEN TB DAN TB-HIV DI INSTALASI MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR Gede Wirya Diptanala Putra Duarsa; Ida Bagus Nyoman Putra Dwija
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 3 (2020): Vol 9 No 03(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.942 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i3.P02

Abstract

Tuberkulosis (TB) dan HIV adalah penyakit infeksi dengan spektrum yang luas, penyakit ini dapat menyerang hampir semua sistem organ tubuh serta sering didapatkan bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya termasuk jamur. Salah satu jenis jamur yang sering didapatkan adalah jenis jamur Candida albicans yang merupakan flora normal yang sering didapatkan di saluran gastrointestinal. Penurunan sistem imun pada pasien dengan penyakit TB/HIV menyebabkan jamur ini menjadi virulen dan menjadi agen oportunistik tersering pada pasien TB/HIV. Sputum diambil pada pasien yang sudah terdiagnosa TB/HIV, kemudian dilakukan pengecatan Ziehl Neelsen (Zn) untuk mengetahui status BTA dan jamur di Instalasi Mikrobiologi RSUP Sanglah. Sampel dengan status jamur positif selanjutnya ditanam pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan diinkubasi selama 7 hari. Selanjutnya sampel yang didapatkan koloni jamur pada media SDA dilakukan pengecatan gram untuk membedakan jenis jamur Candida atau non-Candida. Proses identifikasi terakhir menggunakan serum germ tube untuk membedakan jenis Candida albicans atau non-albicans, dengan mengambil koloni jamur, lalu dihomogenkan dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 2 jam untuk identifikasi di bawah mikroskop. Sampel dinyatakan positif Candida albicans bila didapatkan pseudohypae. Dari hasil penelitian didapatkan 64,5% sampel yang digunakan positif Candida albicans, 19,35% sampel dinyatakan Candida non-albicans dan 16,12% sampel dinyatakan non-Candida. Candida albicans merupakan jenis jamur yang paling dominan baik menurut umur, jenis kelamin, status BTA dan status TB/HIV. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa jamur jenis Candida albicans merupakan jamur dengan prevalensi tertinggi sebagai ko-infeksi pada pasien TB/HIV. Kata Kunci: Candida albicans, TB/HIV, prevalensi, ko-infeksi
POLA KEPEKAAN BAKTERI ENTEROBACTER SP YANG DIISOLASI DARI SPESIMEN URIN DI RSUP SANGLAH Putu Bagus Redika Janasuta; Dewa Made Sukrama; Ida Bagus Nyoman Putra Dwija
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 1 (2020): Vol 9 No 01(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.715 KB)

Abstract

Pendahuluan: Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi kedua tersering, sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Enterobacter sp merupakan penyebab tersering ISK. Di era peningkatan resistensi antimikroba, tatalaksana ISK penuh tantangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola kepekaan Enterobacter sp dari spesimen urin di RSUP Sanglah, Denpasar. Metode: Rancangan penelitian adalah deskriptif cross sectional. Dilakukan di SMF Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah / FK UNUD selama Januari 2015 - Desember 2016 mempergunakan data sekunder. Sampel penelitian adalah pola kepekaan antibiotik terhadap Enterobacter sp. dari spesimen urin dan memenuhi kriteria inklusi. Sampel diperoleh dengan teknik total sampling. Hasil penelitian dianalisis menggunakan aplikasi SPSS. Hasil: Dari 20 sampel, menurut karakteristik sampel, jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada wanita yaitu laki-laki 14 (70%) perempuan 6 (30%,) berdasarkan usia, rata-rata usia adalah 42 tahun, proporsi terbanyak usia 21-60 tahun yaitu 11(55%). Penyebab ISK berdasarkan spesies terbanyak adalah Enterobacter cloacae yaitu 18 (90%). Pola kepekaan E.cloacae terhadap antibiotik peka terhadap amikacin (88,9%) dan tidak peka ampicillin (94,4%). E.aerogenes tidak peka ampicillin, ampicillin/sulbactam, dan cefazolin (100% masing-masing), sedangkan yang lain masih peka. E.asburiae peka ertapenem, meropenem, amikacin, ciprofloxacin, dan ceftriaixone (masing-masing 100%), sedangkan yang lain tidak peka. Simpulan: ISK yang disebabkan Enterobacter sp. lebih sering terjadi pada laki-laki dan rentang usia 21-60 tahun dengan rerata 42 tahun. Spesies bakteri terbanyak penyebab ISK pada penelitian adalah E.cloacae. Sebagian besar bakteri pada penelitian masih peka amikasin, ertapenem, dan meropenem dan tidak peka ampicillin, ampicillin/sulbactam, dan cefazolin. Kata kunci: infeksi saluran kemih, urin, Enterobacter, antibiotik, bakteri.
PREVALENSI JAMUR PADA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM PASIEN TB DI INSTALASI MIKROBIOLOGI RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI PERIODE 2011 – 2013 Putu Agoes Adi Ariestyawan Nugraha; Ida Bagus Nyoman Putra Dwija
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 9 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.401 KB)

Abstract

(TB) was the second main cause of death by infection all over the world. WHO stated there are 8.6 million new cases of TB in 2012 and 1.3 million cases of death caused by TB. Using Ziehl Neelsen (ZN) methods besides TB bacteria, there were also other organisms identified such as fungal, mostly Aspergillus and Candida. Bali was the province with high cases of TB. But until now there were no data for the prevalence of fungal from TB patient sputum. The research method was a cross sectional using secondary data patient examination report in RSUP Sanglah, Denpasar, Bali since 2011 to 2013. Result will be presented by descriptive analysis. 1318 (13%) fungal sample was positive from total 10.068 sample on January 2011- June 2013. Based on gender, male 840 (63.7%) and female 478 (36.3 %), meanwhile by age group <5 years old 4 (0.3%); child (6-12 years) 9 (0.7%); teen (13-20 years) 18 (1.4%); adult (21-55 years) 655 (49.7%); and elderly ( >50 years) 632 (48%) Prevalence of positive fungal sample was 13%, based on gender, male show higher number (63.7%), and highest number of sample in age group 21 to 50 years old (49.7%). This could be affected by various factors such as research design, number of sample, time, and place of the research.Keywords: tuberculosis (TB), Ziehl Neelsen (ZN), fungal
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT BATANG KEDONDONG HUTAN (Spondias pinnata, L.F.Kurz) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli Nyoman Gilang Putrayasa; Ida Bagus Nyoman Putra Dwija
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 9 (2020): Vol 9 No 09(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i9.P05

Abstract

Penyakit infeksi seperti diare masih menjadi masalah yang cukup serius di berbagai negara. Infeksi bakteri adalah penyebab diare yang paling sering. Bakteri tersering adalah Eschericia coli. Semakin berkembangnya zaman, banyak obat-obatan seperti antibiotik yang ditemukan untuk mengatasi diare. Penggunaan antibiotik yang kurang tepat dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tersebut. Oleh karena itu, dapat digunakan alternatif bahan alami untuk bahan pembuatan antibiotik. Daun kedondong hutan dipercaya oleh masyarakat khususnya di Indonesia sebagai obat tradisional untuk diare. Pada penelitian ini, akan digunakan ekstrak dari kulit batang kedondong hutan untuk dilihat aktifitas antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Ekstraksi serbuk kulit batang kedondong hutan dimaserasi dengan menggunakan larutan 3 L n- heksana dan kemudian ekstrak dilakukan pengenceran dengan etanol 80%. Uji antibakteri ekstrak kulit batang kedondong hutan dilakukan dengan konsentrasi 1%,10%, dan 100% menggunakan media MH-agar dan dilakukan dengan 9 kali pengulangan kecuali untuk konsentrasi 100% hanya dilakukan sekali. Pengamatan dilakukan pada hari berikutnya dan di analisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan ekstrak kulit batang kedondong hutan tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang ditandai dengan tidak adanya zona bening disekitar disk. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak methanol kulit batang kedondong hutan (Spondias pinnata, L.F.Kurz) tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk dilakukan penelitian dengan konsentrasi ekstrak berbeda dan metode lain yang mungkin saja dapat menunjukkan hasil yang lebih baik lagi. Kata Kunci: Kulit Batang Kedondong Hutan (Spondias pinnata, L.F. Kurz), Escherichia coli, uji daya hambat bakteri
SPESIFISITAS DAN SENSITIVITAS PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TBC DIBANDINGKAN PEMERIKSAAN KULTUR TBC PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE JANUARI – DESEMBER 2015 Putu Harrista Indra Pramana; Ida Bagus Nyoman Putra Dwija; Made Agus Hendrayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 3 (2020): Vol 9 No 03(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i3.P13

Abstract

ABSTRAK Penyakit tuberculosis (TBC) merupakan suatu penyakit infeksi menular yang menyerang system pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ. Di Indonesia, besarnya angka kematian akibat TBC, maka peranan diagnosis dan perawatan menjadi sangat penting. Metode tercepat untuk diagnosa tuberkulosis yaitu dengan pemeriksaan mikroskopis namun diagnosis pasti penyakit TBC ditegakkan bila ditemukan bakteri M. tuberculosis di dalam spesimen, yang berasal dari organ yang terinfeksi,berdasarkan pemeriksaan bakteriologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaaan mikroskopis dibandingkan pemeriksaan kultur pada pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode Januari-Desember 2015.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan design study cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita yang dicurigai menderita TBC yang datang ke RSUP Sanglah Denpasar pada Januari 2015-Desember 2015 yang yang melakukan pemeriksaan mikroskopis dan kultur di laboratorium Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling dengan total sampel 124 pasien.Dengan uji chi square didapatkan hasil adanya hubungan bermakna antara uji mikroskopis dan uji kultur dengan nilai p<0,05. Dengan tabel 2x2 didapatkan nilai diagnostik pemeriksaan uji mikroskopis dibandingkan uji kultur menunjukkan sensitivitas sebesar 68% dan spesifisitas sebesar 94,9%. Kata Kunci:Tuberkulosis, Mikroskopis Zn, Kultur LJ, Sensitivitas, Spesifisitas
Anal human papillomavirus genotype distribution and its associations with abnormal anal cytology among men who have sex with men I Ketut Agus Somia; Tuti Parwati Merati; Dewi Dian Sukmawati; Ni Wayan Winarti; IGAA Elis Indira; Ida Bagus Dwija Putra; Made Yogi Oktavian Prasetia
Universa Medicina Vol. 41 No. 3 (2022)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2022.v41.246-253

Abstract

BACKGROUND Anal human papillomavirus (HPV) is associated with the severity of anal cytologic abnormalities that are precancerous lesions. Knowledge of HPV type distribution in populations at risk for anal cancer is needed. This study investigated anal HPV infections and cytological abnormalities among men who have sex with men (MSM). METHODS A cross-sectional study was conducted involving 90 men aged >30 years with a history of anal sexual intercourse with men. Demographic characteristics and sexual behaviors were collected by using a self-completed questionnaire. Anal cytological results were examined, and HPV genotyping was performed by the Linear Array HPV genotyping test. Descriptive analyses of subject characteristics, prevalence, and 95% confidence intervals (CI) were performed. A chi-square test was used to determine their associations with high-risk HPV infection and cytological abnormalities. RESULTS The overall prevalence of abnormal cytology was 32% (24/75), atypical squamous cells of undetermined significance (ASCUS) 17.33 % (13/75), 14.66% (11/75) were classified as low-grade SIL (LSIL) and no participant had high-grade SIL (HSIL). Prevalence of HPV infection with normal cytology was 86.27% (44/51), ASCUS 92.30% (12/13), and LSIL 100% (11/11). The most common types of anal HPV in participants with cytological abnormalities are HPV 16, HPV 18 for high-risk HPV, and HPV 11, HPV 6 for low-risk HPV. There were no associations between the predictor variables and the abnormal cytology (p>0.05). CONCLUSION There was a high prevalence of HPV infection in MSM with abnormal anal cytology. A routine anal Pap smear program and vaccination are needed to prevent HPV infection and anal dysplasia in MSM.