Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Modal Sosial Pedagang Dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Tradisional Mira Fatimah; Mohammad Afifuddin
JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik) Vol 17, No 2 (2013): November
Publisher : Magister Administrasi Publik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.727 KB) | DOI: 10.22146/jkap.6851

Abstract

Artikel ini membahas pemanfaatan modal sosial yang dimiliki pedagang pasar yang terhimpun dalam Forum Silaturahmi Paguyuban Pedagang Pasar Yogyakarta (FSP3Y) untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional di tengah gempuran sektor ritel modern. Tulisan ini mendeskripsikan mengenai siasat FSP3Y dalam mempertahankan esksistensi pasar tradisonal dengan menggunakan modal sosial yang mereka miliki. Latar belakang pilihan menggunakan modal sosial didasari oleh fakta tidak efektifnya peran pemerintah sebagai regulator untuk mengontrol laju perkembangan ritel modern yang berpotensi menggerus eksistensi pasar tradisional di Yogyakarta. Dalam proses mengumpulkan maupun menggali data dan informasi dipilih metode penelitian kualitatif berupa studi kasus, serta menggunakan perspektif fenomenologi. Selain itu juga dilakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap para informan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan pedagang pasar ketika mereka berhasil mengkonsolidasikan diri dalam kelompok kolektif seperti FSP3Y. Terbukti FSP3Y memiliki kontribusi besar dalam mempertahankan daya saing pasar tradisional. Kehadiran FSP3Y justru lebih optimal dalam upaya meningkatkan daya saing pasar tradisonal dibandingkan pemerintah. Penyebabnya FSP3Y mampu mentransformasi modal sosial pedagang menjadi energi positif (modal sosial bersama) untuk secara kolektif membenahi dan meningkatkan daya saing pasar tradisional sehingga eksistensi mereka tetap terjaga meski dikepung oleh ekspansi dahsyat ritel modern ke setiap penjuru wilayah Yogyakarta. Dengan demikian, yang terjadi adalah inisiatif-inisiatif pengembangan pasar tradisional banyak tercetus dari pertemuan-pertemuan anggota FSP3Y. Hasil penelitian menunjukkan posisi pemerintah hanya sebagai fasilitator untuk memenuhi kebutuhan FSP3Y dalam mengembangkan daya saing pasar tradisional.
Resistensi Kultur Pesantren di Madura Menghadapi Kemajuan Teknologi (Studi Pelaksanaan Pendidikan Daring di Pesantren Banyuanyar Kabupaten Pamekasan) Mohammad Afifuddin
Jurnal Pendidik Indonesia (JPIn) Vol 5, No 1: April 2022
Publisher : Yayasan Pendidikan Intan Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47165/jpin.v5i1.256

Abstract

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki kultur khas, sebab posisi pesantren selama ini dianggap sebagai sub-kultur. Saat ini kultur yang berkembang di pesantren menghadapi tantangan berupa masifnya penggunaan teknologi sebagai instrumen pembelajaran di lembaga pendidikan. Hal tersebut awalnya merupakan konsekuensi dari globalisasi revolusi teknologi informasi, akan tetapi terakselerasi dengan sangat cepat di era pandemi Covid-19. Di Indonesia, bahkan di seluruh dunia mengalami transformasi pola pembelajaran dari awalnya berbasis luring menjadi daring (online). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana respon pesantren dengan kulturnya yang khas menghadapi transformasi pola pembelajaran berbasis online. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analytical approach, dan case approach. Lokasi penelitian dilakukan di Pesantren Banyuanyar Pamekasan. Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa terjadi resistensi kultural dari pesantren terhadap kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran daring. Pesantren tetap berpegang pada tradisi bahwa santri tidak diizinkan menggunakan handphone atau laptop untuk pembelajaran daring. Bahkan beberapa kali pesantren mengadakan pembelajaran tatap muka secara diam-diam. Kemudian ada faktor lain yakni belum tersedianya akses terhadap jaringan internet.
Out of The Economic Crises Mohammad Afifuddin
Journal of Contemporary Sociological Issues Vol 1 No 2 (2021): Journal of Contemporary Sociological Issues
Publisher : Advanced Studies on Socio-Economy Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.531 KB) | DOI: 10.19184/csi.v1i2.25669

Abstract

Sidomukti Village, Kebomas District, Gresik Regency, East Java has been known as one of the centers of gold jewelry production which is run traditionally based on the Micro Small Medium Enterprise (MSME) industry. This study aims to describe how changes in the industrial structure were initiated by the gold jewelry craftsmen in Sidomukti as part of the adaptation strategy in facing the economic crisis. The crisis were the decline in the scale of the gold jewelry industry and income due to fluctuations in gold prices since the 1997/1998 monetary crisis. In calculation, the formula applied is the price of gold in the market depends on the exchange rate of the dollar against the rupiah. The lower and more stable the gold price in the market, the more conducive the gold jewelry industry climate. However, since the 1997/1998 monetary crisis, the price of gold in the market tends to rise and is unstable. Using a qualitative research method with a descriptive approach, this study explained the adaptation strategies carried out by the craftsmen in dealing with the crisis. The craftsmen change the structure of the putting out industry that has been going on so far, by modifying the production chain that previously pivoted to the skipper to be more flexible. Craftsmen no longer depend on the production cycle on orders from the skipper, but independently try to produce and market them independently. This study elaborates issues of MSME-based industrial sector resilience and adaptiveness from economic turbulence. Keywords: Adaptation Strategy, Gold Jewelry Industry, Industrial Structure, Putting Out
Gender Negotiation, Religious Identity, and Social Identity among Female Pilgrims (Ebhu Ajjhi) in Rural Madura Medhy Aginta Hidayat; Mohammad Afifuddin
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 20, No 1 (2024): JURNAL STUDI AGAMA DAN MASYARAKAT
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/jsam.v20i1.7648

Abstract

Madurese society gives privileges and high social status to those who have the title of Hajj. However, research on the Hajj in Madura focused more on the perspective of male Hajj (Ajjhi). In fact, the number of female pilgrims in Madura is higher than the number of males. The research aimed to explain the process of forming gender identity, religious identity, and social identity of Hajj from the perspective of female Hajj (Ebhu Ajjhi) in Madura. The research used qualitative methods, with a phenomenological approach. Data was obtained from observations and in-depth interviews with 16 informants in Bangkalan and Sampang, Madura. Data was analyzed using the Denzin model with a theoretical framework of identity construction, social capital, and symbolic capital. It found that the Hajj title influenced changes in Ebhu Ajjhi's physical and non-physical identity. Physical changes include more conservative clothing, meanwhile non-physical changes include increasing socio-economic-cultural access. Hajj title are also a source of social capital and symbolic capital, growing new networks, building trust and respect. However, the privilege of the title of Hajj in Madura is mainly enjoyed by male Hajj. Traditional gender roles shape different perceptions about Hajj title in Madura. Even though he has the title of Hajj, Ebhu Ajjhi's role are limited to the domestic sphere.
Reformasi Birokrasi Pemerintah Desa Berbasis Kepemimpinan Karismatik: Studi Pelaksanaan SDGs Desa di Desa Alang-Alang Kecamatan Tragah Kabupaten Bangkalan Tahun 2019-2022 Afifuddin, Mohammad
EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI ) Vol 7 No 1 (2024): Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v7i1.2020

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Kepala Desa Alang-Alang tahun 2019-2023 dalam melaksanakan Permendesa No. 13 Tahun 2020 tentang SDGs (Sustainable Development Goals) dengan memanfaatkan otoritas kepemimpinan karismatik yang dimilikinya untuk mengatasi hambatan-hambatan birokrasi di level Kabupaten Bangkalan maupun di Desa Alang-Alang. Pada akhirnya kuatnya otoritas karismatik Kepala Desa Alang-Alang tersebut menjadi stimulan terjadinya reformasi birokrasi di Desa Alang-Alang untuk menyukseskan program SDGs Desa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun konstruksi teoritik yang digunakan adalah studi tentang implementasi kebijakan publik berbasis konsep reformasi birokrasi dengan aksentuasi kepemimpinan karismatik seorang pemimpin Terutama reformasi birokrasi di aras lokal, yakni level pemerintahan terkecil, yaitu pemerintah desa. Konteksnya adalah, bagaimana otoritas karismatik Kepala Desa Alang-Alang mampu melampaui rumitnya sistem birokrasi untuk melaksanakan SDGs Desa. Dari hasil penelitian ini, dapat ditemukan fakta bahwa pemerintah Desa Alang-Alang sedikit demi sedikit sudah mulai mengafirmasi instruksi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk menyusun APBDesa dengan mengacu pada dokumen SDGs Desa. Studi ini penting untuk diketengahkan karena kuatnya otoritas karismatik kepala desa mampu melaksanakan SDGs Desa sehingga kerangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa dapat terstruktur dan terarah sesuai target yang ditentukan.
Kearifan Lokal Tana Luwu dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Fikri, Ahmad Fatkul; Rustian, Rustian; Tyas, Titisari Haruming; Afifuddin, Mohammad; Rahardi, Catur Susilo
EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI ) Vol 7 No 1 (2024): Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v7i1.2021

Abstract

Sebagai suatu negara yang memiliki kebudayaan yang melimpah, Indonesia memiliki cara tersendiri dalam penanganan pandemi Covid-19 yang disesuaikan dengan budaya dan kondisi ancaman di masing-masing daerah, termasuk Tana Luwu. Sebagai wilayah eks Kerajaan Luwu, Tana Luwu memiliki kearifan lokal yang beragam. Kearifan lokal dapat dimanfaatkan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan memitigasi bencana, termasuk dalam merespons pandemi Covid-19. Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan sisi lain dari penanggulangan pandemi Covid-19 yaitu melalui kearifan lokal di Tana Luwu. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Wawancara, observasi, dan telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang dipilih yang dianalisis menggunakan interaktif data. Selain menggunakan data primer, penelitian juga menggunakan data sekunder dengan sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menghasilkan bahwa masyarakat Tana Luwu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang wabah sebelum Covid-19 dengan sebutan Ra’ba Biang. Kedua, Masyarakat Adat Banualemo menggunakan kearifan lokal berupa cairan disinfektan alami, karantina wilayah, dan ketersediaan pangan. Ketiga, program Balla Ewako mampu membangkitkan keterlibatan masyarakat dalam penanganan Covid-19 dengan program ketahanan kesehatan, ketahanan pangan, dan ketahanan keamanan. Keempat, pemerintah menggunakan Budaya Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge untuk kesadaran masyarakat dalam merespon Covid-19.
Pelatihan Digital Marketing pada Kelompok Industri Jamu Madura Berbasis Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Pamekasan Biroli, Alfan; Afifuddin, Mohammad; Bawono, Yudho; Bawono , Priyo Sandi; Aisah , Fitri Nayatul
Santri : Journal of Student Engagement Vol. 4 No. 1 (2025): Santri : Journal of Student Engagement
Publisher : Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55352/santri.v4i1.1283

Abstract

The traditional herbal medicine (jamu) industry in Pamekasan, Madura, which has been passed down through generations, faces significant challenges in marketing in the digital era. Most jamu entrepreneurs still rely on conventional marketing methods, such as direct sales and word-of-mouth, which limit their market reach. Therefore, a community service program based on digital marketing training was conducted to help these entrepreneurs utilize digital technology to expand their market. The training employed a Focus Group Discussion (FGD) method and involved six jamu business owners from Pamekasan. The material covered the basics of digital marketing, strategies for using social media platforms like Instagram and Facebook, as well as marketplace optimization for platforms such as Tokopedia and Shopee. The results of the training showed an increase in participants' understanding of the importance of digital marketing in business development. However, there were still challenges, including low digital literacy, limited technological infrastructure, and complex regulatory requirements for product licensing. Overall, this training had a positive impact, helping the entrepreneurs enhance their competitiveness in broader markets. Continued mentoring and regulatory simplification are needed to ensure the success of the digital transformation of the jamu industry in Pamekasan.