Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Prospek Teknologi Pembuatan Beras Bergizi Melalui Fortifikasi Iodium Ridwan Rachmat; Syafaruddin Lubis
JURNAL PANGAN Vol. 19 No. 3 (2010): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v19i3.145

Abstract

Dalam upaya penanggulangan masalah gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI), peningkatan mutu gizi beras merupakan salah satu terobosan yang dapat ditempuh terutama untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat di daerah endemik Iodium. Penerapan teknologi fortifikasi Iodium pada beras sangat prospektif untuk dikembangkan, karena beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Teknologi fortifikasi Iodium pada beras dilakukan dengan prinsip memanfaatkan sifat Iodium yang mudah terikat dengan amilosa sebagai unsur utama beras. Iodium sebagai fortifikan dalam bentuk larutan dengan penambahan bahan pengikat dikabutkan dengan alat pengkabut yang digandengkan pada alat penyosoh beras. Hasil penelitian menunjukan bahwa fortifikasi Iodium pada beras dengan menggunakan bahan pengikat dextrose dan sodium bikarbonat tidak berpengaruh terhadap kualitas beras. Hasil uji organoleptik menunjukan bahwa fortifikasi iodium sebesar 1 ppm pada beras menunjukkan bahwa rasa nasi dari beras dengan fortifikan iodit maupun iodat tanpa pengikat tidak berbeda nyata dengan kontrol dan disukai •60% konsumen (responden). Sedangkan dari segi aroma tidak berbeda nyata dengan kontrol dan menunjukkan penampilan permukaan terlihat bersih dan cemerlang. Dari mutu fisik beras, pada umumnya beras beriodium dapat diklasifikasikan pada standar mutu II karena beras kepala diatas 80% dan beras patah paling tinggi 19,41%.In an effort to overcome problems Iodine deficiency disorders (IDD), increased nutrient quality of rice is one of the breakthroughs that can be achieved primarily to improve the nutritive quality of the community in areas of endemic iodine. Iodine fortification technology implementation on highly prospective for development of rice, because rice is the staple food consumed by more than 90% of Indonesian population. Iodine fortification of rice technology by utilizing the principle of the easy nature of iodine bound with amylose as the main element in rice. Iodine as fortifikan in the form of a solution with the addition of a binder in mist sprayer which coupled with the tool on the tool penyosoh rice. The results showed that iodine fortification in rice by using a binder dextrose and sodium bicarbonate did not affect the quality of rice. The organoleptic test showed that iodine fortification of 1 ppm in rice showed that the rice with iodate fortificant iodid or without a binder is not significantly different from the control and preferred •'3d 60% of consumers (respondents). In terms of flavor not significantly different from the control and shows the surface appearance looks clean and bright. From the physical quality of rice, generally can be classified on the quality standard II for over 80% head rice yield and broken rice the highest 19.41%. 
Teknologi Penyimpanan Gabah Secara Hermetik untuk Menekan Susut Kualitas dan Kuantitas Ridwan Rachmat
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.256

Abstract

Penyimpanan gabah baik ditingkat petani maupun komersial menghadapitantangan keadaan iklim dan gangguan hama. Masalah utama kerusakan mutuyang disebabkan oleh absorpsi uap air dan hama serta kehilangan viabilitas daribenih. Studi ini mempelajari sistem penyimpanan gabah secara hermetik baikuntuk konsumsi maupun benih ditingkat petani dan laboratorium. Tujuan utamaadalah untuk mengamati pengaruh penyimpanan hermetik padi dan benih terhadap kehilangan secara kualitas maupun kuantitas. Penelitian dilakukan di Subang, dan Karawang, Jawa Barat. Metode penyimpanan yang dievaluasi terdiri atas sistem penyimpanan tradisional, sistem penyimpanan hermetik. Pengambilan sampel dilakukan setiap 3 bulan pada 5 lokasi yang berbeda secara terpisah. Analisa mutu sampel gabah dan beras dilakukan di Laboratorium Karawang pada Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Tingkat oksigen selama periode penyimpanan diukur setiap 2 minggu. Penelitian ini membandingkan sistem penyimpanan hermetik secara tradisional dengan wadah tabung plastik, plastik polyetylen serta volcano cube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyimpanan hermetik merupakan metode yang efektif untuk skala kecil menengah dan memiliki kemampuan dalam pengendalian variasi kadar air dan hama Penyimpanan gabah. Ditinjau dari daya tumbuh benih tertinggi terdapat pada benih yang disimpan dalam tong plastik (plastik jar) yaitu 86%, diikuti kantong aluminium foil 84% dan karung polyetilene 82,3%, dan terendah yaitu volcani cube 78,3%. Penyimpanan metode hermetik dengan menggunakan tabung atau tong plastik secara umum terbaik dibandingkan dengan karung polyetilene atau kantong aluminium foil. Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah serangga, terkendalinya viabilitas benih selama 12 bulan penyimpanan. Viabilitas benih, kondisi lingkungan menurun setelah penyimpanan selama 6 bulan; sistempenyimpanan hermetik dengan prinsip pengendalian tingkat respirasi aerobik dari bahan, serangga dan jamur. Dalam sistem ini kadar karbon dioksida antar biji meningkat dengan berkurangnya tingkat konsentrasi oksigen, sehingga respirasi aerobik yang terjadi semakin rendah.
Quality Evaluation of Dried Red Chili (Capsicum annuum L) with Convection and Radiation Drying Methods Rachmat, Ridwan; Harris, Helmi; Ma'ruf, Amar; Ginantaka, Aditia
JURNAL AGROINDUSTRI HALAL Vol. 9 No. 2 (2023): Jurnal Agroindustri Halal 9(2)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jah.v9i2.8493

Abstract

Red chili is one of the most important horticultural products. Red chili is a perishable commodity that easily damages, caused by bacteria or fungal. Changes in the enzyme activity in chili that cause shrinkage or wrinkles during storage, transport, and fresh chili packing can reduce the market price. The objective of this study was to determine the changes that occur in the drying process. The material used in this study was red chili (Capsicum annuum). The equipment used Far Infrared Ray (FIR) dryer, electrical oven, and equipment for analysis. This study employed a randomized block design consisting of 5 drying treatments with 3 replications for each treatment. This study showed that the use of FIR dryer at 50°C for drying red chilies gave the best drying time (11 hours), compares with sun drying (38 hours), and oven 50°C (46 hours). The rehydration property of the water content produced is also not much different from an oven dryer at 60°C (39 hours) and sun drying. Drying with FIR caused loss of volatile more than the oven method, however drying time for FIR dryer at 50oC and 60oC were shorter. Air quality levels, ash levels, VRS, and the yield obtained was not significantly different from the oven dryer which took longer drying time. Far Infrared dryer (FIR) and sun drying are radiation drying method, and electric oven as a convection method can provide the best results.
Pemanfaatan Jerami Padi Dan Serbuk Kayu Menjadi Biopelet Sebagai Bahan Bakar Alternatif Buhang, Najwa Faizah Azima; Ginantaka, Aditia; Widodo, Teguh Wikan; Rachmat, Ridwan
JURNAL AGROINDUSTRI HALAL Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Agroindustri Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jah.v10i2.11988

Abstract

Most human activities use fossil energy to meet their energy needs. Fossil energy is limited in quantity and non-renewable in nature, raising concerns that it may no longer sustain future energy demands. Bio-pellets are an alternative fuel that can address the scarcity of stove fuels such as kerosene and gas. Rice straw is one of the potential biomass materials for bio-pellet production due to its abundance and environmental sustainability. The addition of wood powder in bio-pellet manufacturing can increase calorific value and improve pellet energy efficiency. This research aims to find a bio-pellet formula combining rice straw and wood powder that complies with SNI 8021:2014. The method employed in this study is experimentation, involving the creation of three different bio-pellet compositions. The selection of the best bio-pellet is determined by analyzing the collected data using single-factor RAL in SPSS 24 software. The chosen bio-pellet formulation in this study is KJ1 with a density of 1.457 g/cm3, moisture content of 9.076%, calorific value of 3,924.48 cal/g, and water boiling rate of 284 seconds.
Karakteristik Biopelet dari Serbuk Kayu dan Sekam Padi Istaniah; Ma'ruf, Amar; Rachmat, Ridwan; Wikan Widodo, Teguh
JURNAL AGROINDUSTRI HALAL Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Agroindustri Halal
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jah.v10i2.12041

Abstract

As the main source of energy for the country, fossil fuels are used to fulfill the needs in every human activity such as cooking. People usually use kerosene and LPG, which are fossil fuels. The increasing use of fossil fuels is inversely proportional to the earth's reserves in nature. Currently, there is a scarcity of fossil fuels such as LPG and kerosene in several places. As petroleum reserves decrease, both LPG and kerosene also decrease. The use of biomass alternative energy sources is one way to solve the current energy problem. The abundant availability of waste from agricultural products is utilized as biomass renewable energy. This is also one of the alternatives to handling agricultural waste by becoming a renewable fuel, environmentally friendly and more economically valuable. This research aims to utilize rice husk into alternative fuel, analyze the characteristics and quality of a mixture of rice husk and sawdust. Biopelets in this study are made from rice husk and sawdust, there are 3 formulations, namely KS-1 husk content lower than KS-2, KS-2 husk content lower than KS-3. The best biopelet from the test results is biopelet with KS-3 formulation with a moisture content of 7.27%, density of 1.322 g/cm3, and calorific value of 3983.39 cal/g.
Cokelat dan Efek Penyegarnya Maesaroh, Mia; Rachmat, Ridwan; Fanani, Muhammad Zainal
Karimah Tauhid Vol. 4 No. 2 (2025): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v4i2.17013

Abstract

Cokelat merupakan produk homogen yang dihasilkan melalui proses pencampuran bahan-bahan yang berasal dari biji kakao, baik dengan tambahan bahan lain maupun tanpa, termasuk bahan tambahan pangan (BTP) yang telah disetujui oleh otoritas kompeten. Sebagai salah satu produk yang memiliki potensi besar, karena ketesediaan bahan baku biji kakao yang melimpah di Indonesia, yang merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia. Hal ini menjadikan cokelat sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, terutama melalui pendekatan kualitatif berdasarkan berbagai rujukan utama. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa cokelat, selain memberikan efek penyegar (menurunkan kecemasan atau stres), juga memiliki dampak positif terhadap kesehatan. Cokelat diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular, beberapa jenis kanker, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, serta membantu menjaga berat badan. Selain itu, konsumsi cokelat dapat meningkatkan energi, mengatasi kelelahan, dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Beberapa sifat fisikokimia cokelat yang telah ditemukan, meliputi kandungan fenolik (seperti asam galat, asam kafeat, katekin, dan epikatekin), metilxantin (termasuk teobromin, kafein, dan teofilin), flavonoid, polifenol, prosianidin, feniletilamin, 2,5-diketopiperazina, asam askorbat, tiamin, zat besi, magnesium, vitamin D2, dan serat. Berbagai senyawa tersebut berkontribusi pada manfaat kesehatan yang signifikan, menjadikan cokelat tidak hanya sebagai camilan lezat yang menyenangkan, tetapi juga sebagai sumber gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Rancang Bangun Sistem Pengolahan Air Limbah Ekstraksi Berbasis Internet of Things di PT Sari Alam Sukabumi Wulandari, Tria; Rahmaniah, Mustika; Erlangga; Arief Munandar, Rifki; Rizki; Juang Pajri Perkasa, Moch; Rachmat, Ridwan
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 11 (2024): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i11.15485

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem pengolahan air limbah ekstraksi berbasis Internet of Things (IoT) di PT Sari Alam Sukabumi. Teknologi IoT diterapkan untuk memantau kualitas air limbah secara real-time, memungkinkan deteksi dini perubahan kualitas air dan otomatisasi dalam proses penyesuaian pengolahan. Sistem ini menggunakan sensor untuk mengukur pH dan kekeruhan air yang terhubung dengan platform pengolahan data, sehingga memungkinkan pengendalian lebih efisien dan penurunan biaya operasional. Hasil dari penerapan sistem ini memastikan bahwa air limbah yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh regulasi pemerintah, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan teknologi IoT, pengolahan air limbah menjadi lebih efektif, dan berkelanjutan.
Karakteristik Kimia, Organoleptik, dan Bentuk Kristal Berbagai Jenis Madu Permana, Irfan Zanuwarsa; Haris, Helmi; Rachmat, Ridwan
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 11 (2024): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i11.15871

Abstract

Madu merupakan salah satu bahan pangan yang berwarna kuning cerah hingga kecoklatan, memiliki tekstur yang kental, memiliki rasa yang manis karena memiliki kandungan gula yang tinggi. Pada penelitian ini, jenis madu yang digunakan yaitu madu kaliandra, madu hafidz, madu kurma TJ, dan madu sintetis. terhadap parameter organoleptik, kimia dan bentuk kristal. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor, dimana yang dijadikan faktornya yaitu jenis madu yang terdiri dari empat taraf perlakuan. Analisis data yang digunakan yaitu uji ANOVA dan uji lanjut Duncan. Analisis jenis madu yang dilakukan meliputi uji organoleptik (uji mutu hedonik dan uji mutu sensori) dan uji laboratoris (aktivitas enzim diastase, hidroksimetilfurfural, kadar air, kadar gula pereduksi, kadar sukrosa, keasaman, kadar abu, dan total padatan tidak terlarut). Berdasarkan parameter organoleptik, uji mutu hedonik terbaik dari keempat sampel madu yang ada, madu sintetis menunukkan hasil terbaik pada uji mutu hedonik dan madu jenis madu kurma TJ merupakan madu dengan uji mutu sensori terbaik. Berdasarkan parameter kimia, kualitas madu Kaliandra cenderung memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan jenis madu lainnya, memiliki aktivitas enzim diastase sebesar 6,71 DN, hidroksimetilfurfural sebesar 22,57 mg/kg, kadar air sebesar 17,90%, kadar gula pereduksi sebesar 56,65%, kadar sukrosa sebesar 6,22%, keasaman sebesar 6,45 mL NaOH/kg, kadar abu sebesar 0,45%, dan total padatan tidak terlarut sebesar 0,52%. Berdasarkan pengamatan bentuk kristal madu, madu hafidz memiliki keteraturan bentuk kristal yang bentuknya seperti bola lengket karena mengandung glukosa.
Proses Pengemasan pada Produk Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) di PT Sari Alam Sukabumi Wulandari, Tria; Rachmat, Ridwan
Karimah Tauhid Vol. 4 No. 10 (2025): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v4i10.21537

Abstract

Pengemasan merupakan aspek penting dalam industri pengolahan bahan alami karena berperan dalam menjaga mutu, keamanan, dan nilai jual produk. Penelitian ini bertujuan mengkaji proses pengemasan produk ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) di PT Sari Alam Sukabumi serta mengevaluasi efisiensi dan konsistensinya. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilengkapi dengan pengukuran kuantitatif sederhana melalui observasi langsung, wawancara, dokumentasi, dan pengukuran waktu kerja menggunakan stopwatch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengemasan dilakukan secara manual oleh dua pekerja dengan frekuensi dua kali seminggu dan membutuhkan rata-rata waktu ±20,6 menit untuk satu batch (20 kg). Pelabelan dan pengkodean telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pangan serta berfungsi sebagai sarana komunikasi produk kepada konsumen. Meskipun sistem kerja belum didukung peralatan otomatis, perusahaan mulai melakukan pemantauan waktu kerja untuk menilai efisiensi proses. Penelitian ini menegaskan bahwa optimalisasi pengemasan tidak hanya penting untuk melindungi produk, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan konsistensi mutu. Penelitian lanjutan disarankan membandingkan sistem manual dan otomatis secara kuantitatif pada berbagai unit industri.
Analisis Kandungan Gizi Buah Pala (Myristica fragrans) dari Varietas dan Tingkat Kematangan yang Berbeda Rohman, Hana Fauziyyah; Haris, Helmi; Rachmat, Ridwan
Karimah Tauhid Vol. 4 No. 11 (2025): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v4i11.21698

Abstract

Buah pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu komoditas rempah tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi, namun kualitas buah pala dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk varietas dan tingkat kematangan saat panen. Oleh karena itu diperlukan analisis kandungan gizi pala pada varietas dan tingkat kematangan yang berbeda. Penelitian ini bertujian untuk menentukan buah pala terbaik diantara buah pala varietas Banda dan Nurpakuan Agribun pada tiga tingkat kematangan yang berbeda. Analisis dilakukan terhadap kandungan karbohidrat, protein, vitamin C, tanin, pH, dan total padatan terlarut dengan metode uji standar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor, yaitu varietas (Banda dan Nurpakuan Agribun) sebagai faktor pertama, dan tingkat kematangan (muda, tua, dan matang) sebagai faktor ke dua. Hasil menunjukkan bahwa kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada pala matang (8,528%), sedangkan kadar protein tertinggi ditemukan pada pala Banda matang (4,728%). Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada pala Nurpakuan muda (6,453%), dan kadar tanin terendah pada pala matang (12,600%). Kandungan gizi dan senyawa kimia bervariasi signifikan antar varietas dan tingkat kematangan buah pala. Varietas Nurpakuan matang direkomendasikan sebagai bahan baku produk olahan pangan karena kandungan gizinya yang optimal. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan produk bernilai tambah dari buah pala sekaligus mendukung pemanfaatan limbah pala.