Articles
KESADARAN EDUKASI DALAM BUDAYA KELUARGA BURUH
AYU SHANTY PUJI LESTARI, RARA;
RADITYA, ARDHIE
Paradigma Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Paradigma
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini berangkat dari fenomena keluarga buruh yang memiliki budaya yang saling bergesekan antara budaya jawa dan budaya buruh. Penelitian ini meneliti kesadaran edukasi keluarga buruh didukung dengan adanya komunikasi didalamnya. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi budaya belajar keluarga buruh, dan menganalisis kesadaran edukasi keluarga buruh. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pisau analisis yang digunakan adalah perspektif teori kesadaran Paulo Freire dan komunikasi Jurgen Habermas. Lokasi dari penelitian ini adalah di wilayah Rungkut Kidul, Surabaya. Subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling pada kedua orang tua sebagai buruh pabrik. Teknik pengumpulan data digunakan berdasar pada pendekatan studi kasus yaitu observasi langsung, observasi partisipan, wawancara, dokumentasi, rekaman, dan perangkat fisik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa budaya belajar melekat pada keluarga buruh. Kesadaran edukasi pada keluarga buruh masih berada pada tahap semi-transitif. Keluarga buruh yang masih memiliki dominasi dalam komunikasi sehari-hari membuat mereka masih menerapkan komunikasi yang teknis. Kata Kunci: Buruh, Budaya, Pendidikan, Kesadaran Edukasi
HEGEMONI DALAM SEKOLAH PENYELENGGARA PROGRAM PERCEPATAN (SISTEM KREDIT SEMESTER)
MAWADDAH, FACHRIYAH;
RADITYA, ARDHIE
Paradigma Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Paradigma
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Abstrak Berawal dari kebijakan kelas percepatan di MAN 1 Pasuruan mulai tahun 2017 yang dinamakan kelas SKS (Sistem Kredit Semester). Penelitian bertujuan mengetahui bentuk dan praktek hegemoni yang dilakukan guru serta sekolah. Pemikiran Antonio Gramsci tentang hegemoni digunakan sebagai pisau analisis dengan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik purposive dan pengumpulan data menggunakan data primer serta sekunder. Temuan data dianalisis menggunakan teknik Miles dan Huberman. Hasil Penelitian menunjukkan praktek dan bentuk hegemoni diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan intelektual. Beberapa bentuk hegemoni yang terjadi di MAN 1 Pasuruan seperti hegemoni promosi SKS, hegemoni kelas percepatan, hegemoni konsultasi jurusan. Sebelum hegemoni diberikan kepada siswa, sekolah menanamkan ide melalui intelektualnya. Sekolah melakukan berbagai upaya intelektual agar program SKS berjalan baik. Usaha tersebut dilakukan dengan upaya politis untuk meyakinkan orangtua siswa. Sekolah juga memberikan wacana berbentuk motivasi ketika proses hegemoni mulai melemah. Berbagai bentuk hegemoni dilakukan sekolah sebagai usaha pelanggengan sistem SKS sebagai program unggulan. Kata Kunci: Sistem Kredit Semester, Hegemoni, Sekolah
Rute Kultural Musik Populer Di Madura
Raditya, Ardhie;
H.T, Faruk;
Christianto, Wisma Nugraha
JURNAL SOSIAL : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Vol 20, No 2 (2019): JURNAL SOSIAL
Publisher : Universitas Merdeka Madiun
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33319/sos.v20i2.44
Kemunculan musik populer di Madura yang mengalami perkembangan hingga sekarang tidak bisa lepas dari adanya pembukaan rute kultural. Rute kultural musik populer di Madura dimulai dari tengah pulaunya, kota Pamekasan, yang secara historis menjadi ibu kota pemerintahan Madura. Pada mulanya, kehadiran pusat hiburan seperti gedung bioskop telah melapangkan jalan bagi munculnya musik populer di Madura. Melalui bakat dan minat anak-anak muda setempat, musik populer tersebut lantas ditransfigurasikan ke dalam bentuk formasi band sebagaimana imajinasi musik populer yang mereka tonton di pusat hiburan. Rute ini perlahan menciptakan rute pendidikan musikal yang dilakukan secara otodidak atau di luar institusi sekolah musik formal melalui jalinan persahabatan lintas daerah. Hal ini dilakukan karena memainkan musik populer perlu dukungan perangkat teknologi musikal berskala dunia supaya tercipta ekologi musikal dan bebunyian yang mantap untuk dinikmati, baik musisi dan pendengarnya. Kapasitas memainkan dan menguasai perangkat teknologi musikal ini memberi kontribusi bagi jalan ketersohoran dan penyetaraan dunia musik populer anak muda Madura dan dunia musik serupa di tingkat lokal, translokal, bahkan, mungkin transnasional. Tetapi, rute kultural musik populer di Madura sulit memasuki rute bebas hambatan karena pelapisan orang Madura yang cenderung memberikan porsi besar bagi generasi tuanya sebagai penentu masa depan anak mudanya, termasuk, musik populernya.
Politik Keamanan Jagoan Madura
RADITYA, ARDHIE
Jurnal Studi Pemerintahan Vol 2, No 1 (2011): February 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (298.268 KB)
|
DOI: 10.18196/jgp.2011.0006
This research explains the local strongmen in Madura, named Blater. The power was not onlyobtained through mastering either economic capital or structural power but through the power can beobtained through managing people security. This research uses descriptive-qualitative method forexplaining the result of this research. The result of this research shows that the democracy has beenused as an opportunity to reach the power conducted by local strongman in Madura. They wereextremely intelligent in creating public fear as a power commodity that was used for political interest,particularly in the election of regional heads. They have established structural-functional relationshipsindirectly between bureaucrats and security apparatus. With courage and respect values, the Blatersuse people’s fears as a bridge to compose security politics in the era of democracy.
DESIMINASI DERITA KORBAN MUTILASI (SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI)
Pribadi, Farid;
Raditya, Ardhie
Journal of Urban Sociology Volume 2 No 2 Tahun 2019
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30742/jus.v2i2.994
This study aims to analyze the practices of symbolic violence in the news of murder cases accompanied by mutilation in Blitar District. This interest in discussing the phenomenon of reporting is due to the researchers' concern about the phenomenon of 'taught violence' committed by journalists. The practice of violence that is taught is characterized by the style of disclosure of facts about events in an open and massive manner. The research method used is a qualitative method. The data analysis technique is using Robert Entman's framing analysis model. The subject of this research is online mass media www.tribunnews.com. The reason for choosing this research subject is based on the ranking of the number of visitors or online mass media visitors namely www.alexa.com stating that www.tribunnews.com ranks first most visitors as of April 2019. The results of this study are that www.tribunnews.com has done the practice of symbolic violence. This practice is characterized by the style of the arrangement of words that seem dramatic, systematic, accompanied by pictures of the condition of the victim and the victim's family tend to be terrible and repetitive. In addition, photographs and daily lives of victims during their life were also revealed in detail. The condition of the house and family during grieving is also told dramatically. Regarding the profile of the perpetrators of the killings, they received a dominant portion of the reporting. The style of disclosing the fact of the murder incident relies more on news sources from the police. While the performance of journalists who can be expected such as supporting data on the profile of perpetrators to help disclose cases tends to be avoided. Keywords: Mutilation, Frame Analysis, Symbolic Violence
PERTARUNGAN IDENTITAS (KELUARGA) SAPI MADURA
Raditya, Ardhie
Journal of Urban Sociology Volume 3 No 1 Tahun 2020
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30742/jus.v3i1.1189
So far, studies on the identity of Madurese bulls have not been adequately identified, especially the way of seeing of the Madurese bulls family. Madurese bulls are often seen as a secondary complement to the life of the Madurese. In fact, historically, metaphysically, and politically, Madures bulls are part of the 'close family' of the Madurese, whether we realize it or not. The power of the media industry, which has an impact on the cultural industry, has changed the identity of Madurese bulls as an industrial product. The advertisements for "Marjan" and "Samsung Galaxy" are an actual phenomena of the influence of the cultural industry and media culture because both advertisements show Madurese bulls. The Madurese bulls family in Sapodi (the legendary island as the best Madurese Bulls producer in Madurese bulls race Island) perceives the commercial viewing of “Marjan†Madurese bulls and “Galaxy†Madurese bulls with different seeing among their family members. This reception resulted in a struggle for recognition between them so as to create an unstable meaning of Madureseness identity because the audience of the two commercials represented each other as determining the 'authenticity' of Madurese bulls, although basically the 'authenticity' had been lost by the magic of the mass media.Keywords : Struggle of Identity, Madurese Bulls, and Madurese Bulls FamilyÂ
Membunuh Tradisi’: Adegan Musik Metal Dan Subkultur Madura
Raditya, Ardhie
JURNAL SOSIAL : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Vol 22, No 1 (2021): JURNAL SOSIAL
Publisher : Universitas Merdeka Madiun
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33319/sos.v22i1.77
Abstract— Metal music is not 'easy listening' music. Unlike pop music which is full of "laziness", metal music is full of "explosions" from a musical aspect so, not everyone is able and willing to explore metal music. Because of its aggressive noise, metal music is flourishing in the big cities. Madura, whose society tends to be traditional, is a serious obstacle for its young people who enjoy metal music. Those who enjoy metal music are commonly referred to as "metal youths". So far, there have not been many metal studies in Madura. In fact, Madurese metal youths performed metal music scenes that were no less great than those of outsiders. Therefore, this study seeks to describe scenes of obedience to Madurese metal youths with a musical phenomenology approach, and to explain them from the perspective of subcultural studies. Based on the results of the research, it shows that the scenes of the metalization of Madurese metal youths are not only centered on the musical scene, but also, jump out of the musical scene which shakes the stability of the tradition and the political domination of their religion. Keywords—: Metal Music Scenes; MadureseMetalYouths; Subcultural Studies.
Partisipasi Politik Pemilih Pemula Etnis Minoritas Pasca Reformasi
Fauzi, Agus Machfud;
Legowo, Martinus;
Maliha, Novi Fitia;
Mudzakkir, Moh;
Harianto, Sugeng;
Raditya, Ardhie;
Sudrajat, Arif
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/jish.v11i1.41030
Muda-Mudi Budhayana Surabaya merupakan pemilih pemula yang mempunyai perhatian dan berpartisipasi terhadap Pemilu, biasanya kelompok minoritas tidak mempunyai kepedulian terhadap agenda politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap partisipasi kelompok minoritas dalam agenda pemilu paska era reformasi, ini juga untuk membuktikan bahwa mereka tidak hanya peduli terhadap dunia bisnis dan ekonomi, namun juga mempunyai perhatian dan berpartisipasi terhadap pemilu. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode campuran antara kuantitaf dan kualitatif, supaya lebih menghasilkan penelitian yang mendalam. Peneliti menggunakan teori voting behavior untuk menganalisis perilaku pemilih Muda-Mudi Budhayana, yaitu seperti apa saja perilaku mereka dalam dunia politik. Hasil penelitian menggambarkan bahwa perilaku politik mereka berpartisipasi aktif dalam pemilu dengan wawasan politik terbuka setelah dicabutnya Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967. Implikasi penelitian ini dalam dunia bisnis maka berpengaruh lebih bagus dalam menjalankan roda bisnis sebab ada kebebasan dalam menjalankan.
Krisis Ekologi Berganda Di Situs Mata Air, Malang
Raditya, Ardhie;
Noh, Muhammad Haji
JURNAL SAINS SOSIAL DAN HUMANIORA (JSSH) Vol 2 No 1 (2022): JSSH : Jurnal Sains, Sosial dan Humaniora
Publisher : Lembaga Penellitian, Pengabdian dan Publikasi (LP3M), UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1111.498 KB)
|
DOI: 10.52046/jssh.v2i2.1143
Krisis ekologi tidak pernah independen, tetapi interdependensi. Alam menyediakan segala kebutuhan hajat hidup masyarakat, dan masyarakat berkewajiban merawat keberlangsungan hidup alam. Pada kenyataannya, relasi ideal dan saling menguntungkan bagi kehidupan masa depan kedua pihak ini sering merugikan alam, karena alam tidak pernah diposisikan setara dengan hidup manusia. Dengan memakai metode kualitatif deskriptif-kritis, data menunjukkan adanya relasi ketimpangan atau berat sebelah yang sering banyak merugikan alam disebabkan gagalnya kekuatan rasionalitas dan kepekaan ekologi manusia modern. Hal ini menciptakan krisis ekologi berganda di destinasi ekowisata, seperti di situs mata air di Malang. Sampah berserakan, bahasa-bahasa kontrol sosial bagi pelestarian lingkungan, dan gagalnya teknologi pembangunan memberi manfaat bagi pengunjung ekowisata adalah fenomena krisis ekologi berganda yang terus bekerja.
Kebangkitan Lima Karakter Orang Madura Pasca Corona
Raditya, Ardhie;
Ulumuddin, Naufalul Ihya’
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SPECIAL EDITION: SEMINAR NASIONAL LALONGET II
Publisher : Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19105/ghancaran.vi.5317
The corona virus pandemic that has spread throughout the world, including Madura, has created a new normal for life in society. This new normal of life has an impact on the formation or strengthening of the character of the Madurese. There are five characters of Madurese who have strengthened the post-corona. Namely, the characters pènal, mertèh, ghetèh, nyarè bhâlâ, and ressè'. These five characters are a product of Madurese education which does not only come from schools or other formal educational institutions, but also a cultural process that has been going on for a long time in Madurese life. This paper aims to describe the five characters of Madurese after corona based on the perspective and research methods of social sciences and humanities.