Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

The Representation of Identity Politic of Banyumas Culture As a Javanese Sub-Culture in Banyumas Style T-Shirt Design Sulyana Dadan; Heru Nugroho; Christian Budiman
Asian Journal of Social and Humanities Vol. 1 No. 11 (2023): Asian Journal of Social and Humanities
Publisher : Pelopor Publikasi Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59888/ajosh.v1i11.109

Abstract

Banyumasan T-shirt is one of the creative industry products in Banyumas that has function as cultural display as well as expression of identity politics. This is because the various designs in Banyumasan T-shirts show various cultural identities of Banyumas that different from other cultures, especially with the Javanese culture that has been regarded as the core culture. Therefore, this study aims to find out how the identity politics of Banyumas society are represented in Banyumasan T-shirts. The research method used is qualitative research method with semiotic approach from Rolland Barthes. Research materials are in the form of the design of five brands Banyumasan T-shirts that circulate in the region Banyumas. From the research, it was found that Banyumasan T-shirt design represented Banyumas culture as a sub-culture that has different culture with Javanese culture. The visual and verbal texts display the Banyumas character of the cablaka (honest), egalitarian, critical and humorous. This is different from the construction of Javanese characters that tend to be closed, stratified, obedient and serious.
Model Ekologi Sosial Problem Solving Anak Korban COVID 19 Susi Fatma Yuwita; Tyas Retno Wulan; Sulyana Dadan
Journal on Education Vol 6 No 2 (2024): Journal on Education: Volume 6 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v6i2.5032

Abstract

This article explains the social ecological model of problem solving for child victims of COVID 19 as an effort to handle a sensitive and comprehensive approach to help them overcome the various social problems they face. Action or intervention plans must be tailored to existing needs and resources. The aim of this research is to examine the social ecological model of problem solving for child victims of COVID 19. The theory used is the sociological theory of Tancolt Parsons Adaptation, Goal Attainments, Integration and Latency. The research method used is qualitative with a literature study approach. The research results found that the social system has an important role as a comprehensive multilevel analysis and the central concept is collaboration and involvement of related parties in handling child victims of COVID 19. The conclusion of this research is that the social ecological model of problem solving for child victims of COVID 19 requires several comprehensive approaches that where social handling does not only focus on the individual himself but involves several aspects, including family, group, community, surrounding environment or society from various stakeholders by identifying existing problems, making action/intervention plans, implementing actions/interventions and necessary there is also an evaluation. This research can be useful in the field of sociology of community empowerment. This research can provide benefits to readers regarding the social ecological model of problem solving for children who are victims of COVID 19
Strategi Adaptasi Mahasiswa Papua terhadap Budaya Banyumas (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Papua di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) Aprilia Yunita; Sulyana Dadan; Tri Rini Widyastuti
PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi) Vol 6, No 3 (2024): PADARINGAN : Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/pn.v6i3.12862

Abstract

Papuan students face tough challenges when they are in a new place because they are physically different from the majority of Indonesian society. Apart from that, they have to face various challenges such as (1) language differences; (2) differences in community characteristics; and (3) the existence of negative stereotypes. This research aims to find out the strategies used by Papuan students to be able to adapt to Banyumas culture in Purwokerto City. The research method uses qualitative methods with a descriptive approach. The technique for determining informants used purposive sampling with the research target being Papuan students who received ADik scholarships in Unsoed and had lived in Purwokerto for at least one year. The data form of interviews and observations were analyzed using interactive analysis techniques from Miles and Huberman using the symbolic interactionism theory from Herbert Blumer and George H. Mead. Test the validity of the data using source triangulation. The research results show that Papuan students have several strategies to adapt to Banyumas culture in Purwokerto City, namely trying to mingle with other students and the local community; joining various organizations in order to expand relationships and as a platform to develop talent; learning to understand ngapak language as an effort to make Papuan students feel more accepted in the Purwokerto; and understand the characteristics of the Banyumas community.
Pengetahuan tentang Stunting pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Banyumas Kelurahan Mersi Ibrahim, Ismail; Mas Rukin; Sulyana Dadan
Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol 5 No 1 (2024): Education and Islamic Studies (Januari-Juni)
Publisher : STAI DDI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55623/au.v5i1.301

Abstract

Problem stunting di Indonesia masih menjadi persoalan serius, meskipun dalam lima tahun terakhir prevalensinya terus mengalami penurunan. Data BPS menyebutkan bahwa pada tahun 2018, angka prevalensi stunting mencapai 30,8 persen dan menurun menjadi 27,7 persen pada tahun 2019. Pada 2021 angka prevalensi stunting menurun lagi sebanyak 3,3 persen menjadi 24,4 persen dan turun lagi di tahun 2022 menjadi 21,6 persen. Meskipun mengalami penurunan, prevalensi stunting di Indonesia masih di bawah standar WHO yang mengharuskan angkanya di bawah 20 persen. Pada tahun 2023, angka prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 21,6 persen. Padahal, target pemerintah Indonesia di tahun 2024, prevalensi stunting harus mencapai 14 persen. Artinya, perlu kerja keras untuk memperbaiki angka stunting dari 21 persen menjadi 14 persen. Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor. Pertama, kondisi kekurangan gizi kronis diawal 1000 hari pertama kehidupan sehingga dapat menyebabkan anak gagal tumbuh atau disebut janin tumbuh lambat dalam Rahim. Kedua, nutrisi yang tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan. Ketiga, adanya infeksi yang berulang. Keempat, faktor ekonomi dan pendidikan masih rendah. Kemudian Faktor lainya adalah kehamilan masa remaja serta gangguan mental pada ibu, dan jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat. Stunting juga dapat dipengaruhi oleh masalah asupan gizi yang kurung tepat dan pengetahuan ibu yang masih rendah tentang gizi sebelum kehamilan pada 1000 hari pertama kehidupan.
Interaksi Sosial Komunitas Wibu Harajuku Nation (HANA) Purwokerto Juliati, Erika; Dadan, Sulyana; Wiman, Rizkidarajat Wiman
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Interaksi Volume 3 Nomor 2 2024
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v3i2.11737

Abstract

Artikel ini membahas interaksi sosial yang terjadi pada wibu di dalam komunitas Harajuku Nation Purwokerto. Interaksi sosial merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia sebagai makhluk sosial. Selama ini masih terdapat asumsi negatif dari masyarakat mengenai wibu yaitu seseorang yang nolep, ansos, dan tidak dapat berbaur dengan lingkungan. Padahal interaksi sosial menjadi sebuah kunci seluruh kehidupan sosial, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk hidup yang membutuhkan satu dengan lainnya. Sehingga manusia tidak dapat hidup sendiri. Kemudian terbentuklah sebuah komunitas yang dapat menjadi menampung mereka dan berisi orang-orang yang menyukai budaya populer Jepang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik analisis datanya menggunakan model dari Miles dan Huberman (1992) yang meliputi tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data/ kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi sosial yang dilakukan anggota komunitas Harajuku Nation yang terbagi menjadi dua yaitu interaksi di dalam komunitas dan interaksi di luar komunitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa asumsi negatif mengenai wibu tidak sepenuhnya benar, karena pada kenyataannya mereka dapat melakukan interaksi sosial di dalam komunitas maupun di luar komunitas dengan baik. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Wibu, Komunitas This article discusses the social interactions that occur in wibu in the Harajuku Nation Purwokerto community. Social interaction is a fundamental need of every human being as a social being. There are still negative assumptions from society about wibu, namely someone who is nolep, ansos, and cannot blend in with the environment. Whereas social interaction is a key to all social life, because basically humans are living things that need one another. So humans cannot live alone. Then a community was formed that can accommodate them and contains people who like Japanese popular culture. This research uses descriptive qualitative methods. The data analysis technique uses a model from Miles and Huberman (1992) which includes three steps, namely data reduction, data presentation, and data verification/conclusion. The results of this study show that there are social interactions carried out by members of the Harajuku Nation community which are divided into two, namely interactions within the community and interactions outside the community. This shows that the negative assumptions about wibu are not entirely true, because in reality they can carry out social interactions within the community and outside the community well. Keywords: Social Interaction, Wibu, Community
SKENA dalam Perspektif Mahasiswa FISIP Unsoed Arbina, Satria; Dadan, Sulyana; Mutahir, Arizal
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 4 No 4 (2024): JUPIN November 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.562

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi konsep "skena" dalam perspektif mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman. "Skena" sering kali diidentifikasi sebagai kelompok sosial atau subkultur yang berkaitan dengan minat atau identitas budaya tertentu, seperti musik, seni, atau fashion. Dalam konteks mahasiswa FISIP Unsoed, penelitian ini berfokus pada dua aspek utama: (1) bagaimana mahasiswa memahami dan mengartikan konsep skena, dan (2) bagaimana skena tercermin dalam tren fashion di kalangan mahasiswa tersebut. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi untuk mengumpulkan data dari para mahasiswa yang terlibat dalam skena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skena tidak hanya sekedar perkumpulan, tetapi juga sebuah lingkungan sosial yang dinamis dan memungkinkan anggotanya untuk mengekspresikan identitas budaya mereka secara bebas. Namun, terdapat pergeseran makna skena yang kini lebih sering diidentikkan dengan fashion atau gaya berpakaian, yang dipengaruhi oleh media sosial. Penelitian ini berupaya untuk memberikan wawasan baru dalam memahami dinamika sosial-budaya di kalangan mahasiswa, khususnya terkait fenomena skena.
Hiperrealitas Endorse dalam Media Sosial: Upaya Influencer di Kalangan Mahasiswa Unsoed dalam Menciptakan Konten di TikTok Pramita, Jovanka Diva; Dadan, Sulyana; Rizkidarajat, Wiman
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 4 No 3 (2024): JUPIN Agustus 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.577

Abstract

TikTok menjadi salah satu platform media sosial yang banyak digunakan oleh generasi muda karena berbagai fitur menarik di dalamnya. Salah satu generasi muda yang turut menggunakan TikTok adalah mahasiswa. Sebagian besar dari mereka menggunakan platform tersebut untuk membentuk citra menjadi Influencer. Influencer sebagai publik figur di platform TikTok memiliki peran penting untuk memengaruhi perilaku, preferensi, dan keputusan audiens mereka. Bantuan Influencer dalam mengiklankan produk atau jasa, seakan memberikan jaminan kepada para pengikutnya bahwa produk atau jasa tersebut memiliki kualitas yang baik. Mereka menciptakan konsensus bahwa sebuah produk memiliki kualitas yang baik melalui citra dirinya sebagai Influencer. Namun, realita kadang menyatakan sebaliknya sehingga menciptakan suatu hiperrealitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis fenomena hiperrealitas endorse dalam media sosial, dengan fokus pada upaya Influencer di kalangan mahasiswa Unsoed dalam menciptakan konten di TikTok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan informan 2 orang Influencer mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman yang memiliki fokus bidang spesialisasi atau niche berbeda dan 3 orang konsumen konten dari dua influencer tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui TikTok para Influencer yang berasal dari kalangan mahasiswa dapat menciptakan, bahkan memfasilitasi hiperrealitas. Melalui proses tersebut akhirnya tercipta kemungkinan bahwa Influencer memiliki pengaruh untuk memanipulasi kebenaran. Hal ini menghasilkan kebenaran baru yang seolah mewakili semua kebenaran yang bersifat konsensus dan disepakati oleh seluruh manusia.
Upaya Pelestarian Tradisi Foklor Budaya Kejawen di Dusun Kalitanjung, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas Saufa Rohmatun Nazila; Sulyana Dadan; Ignatius Suksmadi
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol 7, No 1 (2023): November
Publisher : Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/endogami.7.1.32-46

Abstract

Artikel ini mengulas tentang upaya pelestarian tradisi foklor budaya Kejawen di Dusun Kalitanjung, Kecamatan Rawalo. Beberapa folklore Kejawen di Grumbul Kalitanjung yang rutin di lakukan adalah: Yaitu menyurian (serat menyuri), Nulak (tolak bala), sedekah bumi, kegiatan sebelum lebaran, tutupan sadran dan ruwatan. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif. Penelitian ini berlokasi pada salah satu Dusun atau Grumbul di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas. Metode pengumpulan data melalui observasi, selain itu juga menggunakan metode wawancara secara mendalam kepada informan. Data yang di peroleh dari lapangan akan di lengkapi dengan data kepustakaan. Beberapa upaya yang dapat di lakukan untuk melestarikan tradisi foklor Kejawen di Dusun Kalitanjung, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas yaitu: a). Pengumpulan Dokumentasi, b) Pertunjukan dan Kirab Budaya, c) Melakukan Re-Generasi, d) Melakukan kolaborasi dengan komunitas lokal, e) Penelitian dan Pengembangan, f) pariwisata berkelanjutan dengan mengembangkan Desa Wisata, pendidikan dan kesadaran, pelestarian tempat sakral/suci dan pengembangan ekonomi lokal dan g) Pelestarian Lingkungan
Economic Hardships During the Covid-19 Pandemic: Semiotic Analysis of the Film “Happy Girls Don’t Cry" Subekti, Rily Khansta; Ihsan, Alfian; Dadan, Sulyana; Dasuki, Niken Paramarti
JUSS (Jurnal Sosial Soedirman) Vol 8 No 1 (2025): JUSS (Jurnal Sosial Soedirman)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial and Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/juss.v8i1.14693

Abstract

The COVID-19 pandemic has impacted various aspects of life. Beyond the health sector, the pandemic has also caused significant economic downturns. This study aims to examine the struggles of poor families during the pandemic as represented in the film “Happy Girls Don’t Cry”. This research employs a qualitative method with Roland Barthes' semiotic approach. This approach is used to interpret the hidden meanings behind signs. It was found three scenes that represent the struggles of poor families. First, loan sharks as a practical solution in facing economic difficulties. Second, the commodification of poverty on social media. Third, selling valuable items to survive. The film represented the struggles of the lower-class society to survive during the pandemic.
Poor Students’ Strategies in Achieving Achievement In Favorite Schools: A Qualitative Study in Cilacap and Banyumas Martono, Nanang; Puspitasari, Elis; Mintarti, Mintarti; Dadan, Sulyana; Sabrina, Laila
QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama Vol. 17 No. 1 (2025): Qalamuna - Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Program Pascasarjana IAI Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/qalamuna.v17i1.5312

Abstract

Poor students are often considered students with difficulty achieving in school due to limited resources. Some try to study in their favorite schools, dominated by upper-class students. This study aims to describe the efforts made by poor students to achieve in their favorite schools. The qualitative research method involves interviewing poor students who excel with teachers at their favorite schools. The study results show that they are motivated to achieve and utilize the available learning facilities. They borrow books from the library and download books from the internet to learn. They also utilize free tutoring facilities that can be accessed online. Saving is their way of fulfilling learning facilities. They have a habit of practicing learning discipline at home by utilizing their free time as much as possible. The results of this study can change the negative stigma regarding poor students who are identified with laziness, helplessness, indiscipline, and failure. This study can provide insight into the efforts of poor students to develop resilience and achieve high academic achievement despite facing economic challenges.