Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Jenis, Fungsi, Makna, dan Nilai Ekonomi Tumbuhan pada Ritual Mamapas Lewu Suku Dayak Ngaju Silvia Arianti; Sari Marselina
Anterior Jurnal Vol 19 No 2 (2020): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.521 KB) | DOI: 10.33084/anterior.v19i2.1410

Abstract

Tumbuhan adalah syarat dalam ritual adat Dayak Ngaju.Setiap tumbuhan yang digunakan memiliki fungsi, makna, dan nilai ekonomi dalam pelaksanaan ritual adat Dayak Ngaju.Tujuannya dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran jenis, fungsi, makna, dan nilai ekonomi tumbuhan yang digunakan pada ritual mamapas lewu suku Dayak Ngaju.Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif, data kuantitatifadalah berupa angka yang diperoleh dari hasil penyebaran angket tentang nilai ekonomi tumbuhan yang digunakan dalam ritual mamapas lewu.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, rekaman informasi secara lisan dan penyebaran angket.Terdapat 12 tumbuhan yang digunakan dalam ritual mamapas lewu yaitu tangkawang Papas, sawang belum, sawang gagar, sukup/manggis, sukun, pilang, taberau hanyi, kajunjung, kelapa, bambu, sirih, pinang. Fungsi tumbuhan diantara lain yaitu tangkawang Papas, sawang belum, sawang gagar, sukup/manggis, sukun, pilang, taberau hanyi, kajunjung digunakan untuk sebagai bahan papas (sapu) untuk ritual mamapas lewu. Sirih dan pinang memiliki fungsi sebagai pelengkap isi dalam sangku.Makna dari tumbuhan yaitu, sebagai lambang kesejahteraan, kebaikan, keselamatan, rejeki yang banyak, kesehatan, jauh bala, kerukunan, dan persembahan untuk leluhur.Dari 32 orang responden Sukup/manggis 9,38%,pilang 51,13%, dan 21,87% kajunjung adalah tumbuhanyang susah untuk didapatkan sedangkan tumbuhan lainnya mudah untuk didapatkan. Nilai ekonomi cukup tinggi yaitu dari tumbuhan pilang, sukup/manggis, kajunjung karena tumbuhan ini termasuk tumbuhan yang hanya ada di hutan bukan di sekitar pekarangan masyarakat seperti tumbuhan lainnya.Artinya, nilai ekonomi tumbuhan yang digunakan dalam ritual mamapas lewu dinilai berdasarkan mudah dan banyaknya populasi tumbuhan ini sendiri.
Manyangiang Sebagai Ritual Pengobatan Suku Dayak Ngaju Silvia Arianti; Kukuh Wurdianto
Anterior Jurnal Vol 20 No 2 (2021): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/anterior.v20i2.1658

Abstract

Salah satu ritual yang ada pada suku Dayak Ngaju yaitu, nyangiang. Ritual sangiang adalah ritual pengobatan berbagai macam penyakit dengan bantuan roh leluhur (Sahur Bandar) dengan tukang sangiang sebagai mediator, ritual dilaksanakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju khususnya yang beragama Hindu Kaharingan. Adapun yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual Nyangiang dalam kehidupan umat Hindu Kaharingan adalah keyakinan bahwa Raja Bunu dan keturunannya adalah manusia yang tidak kekal dan akan mendiami kehidupan sementara di Pantai Danum Kalunen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, peneliti merupakan instrumen utama terlibat dengan objek yang diteliti dengan memberikan penafsiran pada tahapan dan makna ritual manyangiang sebagai ritual pengobatan suku Dayak Ngaju. Cara-cara penafsiran dan pembahasannya dalam bentuk deskripsi. Prosedur pada penelitian ini, yaitu observasi, pemilihan narasumber penelitian, wawancara, rekonstruksi ritual manyangiang, pengolahan data, analisis data, penyusunan laporan akhir. Tahapan awal pada pengobatan ritual manyangiang ini diawali dengan manyandah, yaitu menerawang atau melihat sebab penyakit serta cara penyembuhannya. Sang penyangiang akan memanggil roh dan merasuki dirinya sehingga dapat melaksanakan manyandah. Setelah selesai menyandah, barulah penyangiang tau penyebab serta cara untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh orang yang minta untuk disangiang. Sebab sakit dan cara penyembuhan sudah diketahui barulah disiapkan alat dan bahan untuk melakukan proses manyangiang dan ditentukan hari untuk pelaksanaan ritual, semua hari boleh kecuali hari selasa. Lama pelaksanaan ritual juga tergantung besar kecil hajat. Biasanya dua sampai tiga hari untuk waktu pelaksanaannya. Proses pelaksanaan sang penyangiang memanggil pemimpin ritual dan membacakan mantra untuk memanggil roh yang membatu mengambil penyakit yang dialami pasien.
Explorasi Nilai-Nilai Demokrasi Pada Rapat Damai Di Desa Tumbang Anoi Tahun 1894 Sumiatie Sumiatie; Silvia Arianti; Yudi Susanto
Anterior Jurnal Vol 21 No 2 (2022): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/anterior.v21i2.3003

Abstract

Rapat Damai di Desa Tumbang Anoi menjadi titik awal bersatunya suku-suku yang memiliki nilai historis pada penyatuan suku Dayak di Borneo. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1). Mendeskripsikan peristiwa Rapat Damai di Desa Tumbang Anoi . 2) Menggali nilai-nilai Demokrasi yang terkandung dalam Rapat Damai di Desa Tumbang Anoi. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitik dalam pembahasannya. Teknik penggalian data menggunakan 3 metode yaitu observasi, wawancara dan studi literatur. Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan menggunakan metode triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan (1) Rapat Damai Tumbang Anoi sangat penting baik bagi Belanda maupun bagi suku Dayak sendiri karena merupakan awal bersatunya suku Dayak. (2). Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam rapat damai di desa Tumbang Anoi seperti: bermusyawarah, Semangat perdamaian,Semangat kekeluargaan, Kesadaran akan suatu masyarakat Dayak yang lebih luas, dan Kesadaran akan perlunya tertib hukum.
APPLICATION OF MIND MAPPING TO INCREASE IPS MATERIAL CONTROL AT SMPN 7 PALANGKA RAYA Silvia Arianti
BALANGA: Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol. 4 No. 2 (2016): Journal Balanga Edisi Juli-Desember 2016
Publisher : Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, FKIP, Universitas Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to determine how the application of Mind Mapping methods to increase student participation and student mastery of the IPS material in class VIII SMPN 7 Palangkaraya. This study is a class action (Classroom Action Research), the method Kemmis and Taggart are conducted in two cycles, valuation done each cycle end to determine whether there is an increase in the participation of students in IPS and student mastery of the IPS material. Action is given in the form of application of the model Mind Mapping as an effort to improve the IPS learning and increase student participation and mastery of the IPS material. The results showed that the method of Mind Mapping learning, success to increase the participation of student learning and mastery of the IPS material. This is evidenced by the increasing activity of students. Students have the courage to ask, answer the questions, discuss and cooperate with other members of the group to make Mind Mapping, mastery increasing of the IPS material can be seen from the acquisition value of the students before the action given, ie an average of 60, to 65 in the first cycle mastery performance of the material before action up to as many as 16 students (66.65%) increased to 17 students (70.83%). In the second cycle the average value increased to 70 and students who have achieved mastery of as many as 20 students (83.33%) at the end of the test cycle the average value of students into 77.50, students who have achieved mastery of as many as 21 students (87, 50%), Mind Mapping method in variation with other methods capable of increasing mastery of the IPS material in class VIII SMPN 7 Palangkaraya, because Mind Mapping learning method can create an atmosphere of active learning, creative, and fun.
BENEFITS OF USING GEOGRAPHY LEARNING MEDIA SMPN 16 IN PALANGKA RAYA Silvia Arianti
BALANGA: Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol. 5 No. 1 (2017): Journal Balanga Edisi Januari-Juni 2017
Publisher : Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, FKIP, Universitas Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to find out about 1). availability of media conditions, 2). utilization of instructional media, 3). difficulties encountered and 4). efforts to benefit learning media geography SMPN 16 in Palangka Raya. This research is a descriptive research. Research data is quantitative data. The study was conducted at SMPN 16 in Palangka Raya. Population in this research is all teacher of SMPN geography in School and student of SMPN 16. Data collecting in this research is by using questionnaire method, interview and observation. The analysis technique used is descriptive statistical analysis. The results showed that 1). The availability of geography learning media at SMPN 16 includes: a). The types of media that most schools have are maps, atlases and globes b). Number of media including less category and c). The condition of learning media is quite good. 2). The benefits of learning media geography SMPN 16 in Palangka Raya can be seen from: media variations are moderate; The driving factor of selecting media is high; Students responses are high percent and student opportunities are moderate, 3). The difficulties faced by teachers are high. These difficulties include limited availability of media, personnel, cost, and time. 4) Efforts made teachers are moderate, Efforts by teachers include: teachers seek to organize media by asking through schools, selfemployed by making, searching, borrowing or buying themselves, assigning to students and donations.
PENDAMPINGAN REAKTIVASI WISATA AIR HITAM SUNGAI SABANGAU KOTA PALANGKA RAYA Silvia Arianti; Marni Marni; Ahmad Syarief; Kukuh Wurdianto; Wiwik Suprapti; Asro Laelani Indrayanti; Arief Rahman Hakim
Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal Berdaya Mandiri (JBM)
Publisher : Universitas PGRI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.446 KB) | DOI: 10.31316/jbm.v3i1.1249

Abstract

Pandemi Covid-19 berdampak pada penutupan tempat wisata di Provinsi Kalimantan Tengah termasuk Lokasi Wisata Air Hitam Sungai Sabangau Kota Palangka Raya. Akibat penutupan ini, para pengusaha wisata kehilangan pendapatannya. Kebijakan new normal memicu semangat untuk memfasilitasi pembukaan kembali tempat wisata ini. Berbagai pertemuan, koordinasi dan kolaborasi dengan multistakholder telah dilakukan. Pendampingan berjalan lancar dan berhasil dengan baik yang ditandai dengan lounching Reaktivasi Wisata Air Hitam Sungai Sabangau pada tanggal 16 Agustus 2020 oleh Wakil Walikota Palangka Raya.  Pembukaan kembali ini menggerakkan kegiatan ekonomi setempat. Pengunjung datang dan pendapatan operator kapal wisata susur sungai mulai kembali. Masih ada multiflier efek lain yang diterima para pelaku usaha wisata yang lain. Di samping manfaat ekonomi, pendampingan ini mampu meningkatkan kesadaran Pokdarwis dan pelaku usaha pariwisata untuk menerapkan protokol kesehatan dan memelihara fasilitas pelabuhan. Keberhasilan proses pendampingan ini disebabkan oleh keterlibatan multipihak selama proses pendampingan.
Desa Bukit Bamba: wisata edu dan wisata kesehatan Fitria Husnatarina; Jasiah Jasiah; Silvia Arianti; Infa Minggawati; Satriya Nugraha; Sumiatie Sumiatie
Masyarakat Berdaya dan Inovasi Vol. 3 No. 1 (2022): April
Publisher : Research and Social Study Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33292/mayadani.v3i1.93

Abstract

Saat ini pariwisata berkembang pesat. Permasalahannya, kemajuan suatu kawasan wisata tidak menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat karena rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini dikarenakan perkembangan pariwisata di Indonesia beberapa tahun terakhir ini telah memasuki tatanan baru. Untuk pengembangan tersebut, telah dilakukan strategi melalui pengembangan desa wisata, salah satunya adalah Desa Wisata Bukit Bamba yang terletak di Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau. Dengan berkembangnya wisata edukasi (Edu Tourism) dan wisata kesehatan (Wellness Tourism). Karena kesehatan dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, sedangkan kesehatan adalah bagaimana kita menjaga kesehatan dan berubah dari sakit menjadi sehat. Dengan pendidikan kita menjadi pintar dalam menjaga kesehatan, mulai mampu mempersiapkan generasi yang unggul untuk masa depan, dengan pendidikan kita bisa lebih mengutamakan masa depan daripada ego yang konsumtif. Maka kita menyadari bahwa pendidikan dan kesehatan adalah dua pilar sebuah negara, termasuk Indonesia.
KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BERIWIT KECAMATAN MURUNGKABUPATEN MURUNG RAYA: Social Harmony Of Multiple Communities In Beriwit Village, Murung District, Murung Raya Regency Sriyana Sriyana; Anita Pratiwi; Silvia Arianti
Anterior Jurnal Vol. 22 No. 1 (2023): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/anterior.v22i1.3927

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keserasian sosial masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi keserasian sosial masyarakat di Desa Beriwit Kecamatan Murung Raya Kabupaten Murung Raya. Metode penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, serta studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah kepala desa Beriwit, tokoh masyarakat dan warga etnis yang menjadi warga desa Beriwit. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari observasi, wawancara, serta diinterpretasikan berdasarkan kajian studi dokumentasi hingga ditarik kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) potret kerukunan dalam masyarakat menunjukkan bahwa adanya hubungan baik yang timbal balik antar warga Kelurahan Beriwit, dan (2) Toleransi dalam keragaman etnik tergambarkan dari adanya sikap saling menghargai dan menghormati, (3) Konflik yang pernah terjadi menunjukkan bahwa adanya pengalaman masa lalu terkait terjadinya gesekan sosial, dan (4) Amalgamasi sebagai upaya pembauran budaya tergambarkan dari perkawinan campuran antara etnis. Ada beberapa faktor keserasian sosial yang mempengaruhi masyarakat hidup rukun dan damai dalam perbedaan daripada konflik, yaitu: forum-forum masyarakat sebagai komponen modal sosial, peran dan intervensi tokoh masyarakat dalam memecahkan masalah, serta agama sebagai alat perekat dalam membina keserasian sosial.
GERAKAN GEMAR MAKAN KELAKAI DAN BAJEI UNTUK MENCEGAH STUNTING DI DESA TEWANG KARANGAN KABUPATEN KATINGAN Silvia Arianti; Resviya Resviya; Marni Marni; Yuliani Yuliani; Maulana Muhammad Ilham; Ulfah Khairiah; Nayla Muna
JURNAL PENGABDIAN AL-IKHLAS UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY Vol 11, No 1 (2025): AL-IKHLAS JURNAL PENGABDIAN
Publisher : Universitas Islam kalimantan MAB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jpaiuniska.v11i1.16740

Abstract

Masalah stunting masih menjadi beban dan noda hitam dalam gemuruh pelaksanaan pembangunan termasuk di Kalimantan Tengah. Salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pencegahan stunting adalah sayuran Kelakai dan Bajei. Sayuran ini mudah tumbuh dan bernilai gizi tinggi. Permasalahnnya adalah banyak tanaman Kelakai dan Bajei yang dimatikan karena dianggap merusak keindahan serta adanya stigma bahwa sayuran ini dianggap sebagai makanan orang kampung. Guna mengatasi permasalahan ini dibangun demplot sayuran Kelakai dan Bajei serta demonstrasi pengolahan makanan dengan menggunakan sayuran bajei dan Kelakai di Desa Tewang Karangan Kecamatan Pulau Malan Kabupaten Katingan. Jenis olahan makanan yang dibuat, yaitu Kue Kering Kelakai dan Bajei, Stik Kelakai dan Bajei, Dim Sum Kelakai dan Bajei, Pentol Kelakai dan Bajei, Nugget Kelakai dan Bajei, Sempol Kelakai dan Bajei. Tahapan kegiatan meliputi sosialisasi, demonstrasi pertama, Pembangunan Demplot, pada kegiatan demonstrasi kedua, serta pencanangan gerakan gemar makan Kelakai dan Bajei. Pada kegiatan pencanangan melibatkan ibu hamil, balita, anak-anak, kader PKK, tenaga kesehatan, ibu menyusui, dan perangkat desa. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan seperti bahan pangan sayuran Kelakai dan Bajei mengeluarkan lendir sehingga mengeluarkan aroma tidak enak, sehingga diatasi dengan proses penjemuran, serta ibu-ibu yang sering lupa dengan proses pengolahan yang diajarkan, sehingga dibuat video tutorial dan buku resepnya.