Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Konstitusionalitas Pengaturan Dekonsentrasi Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Sanjaya, William
PADJADJARAN Jurnal Ilmu Hukum (Journal of Law) Vol 2, No 3 (2015): PADJADJARAN Jurnal Ilmu Hukum (Journal of Law)
Publisher : Faculty of Law, Padjadjaran University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.762 KB)

Abstract

AbstrakDekonsentrasi adalah salah satu mekanisme yang sangat penting dalam penyelenggaraan urusan pemerintah pusat di daerah. Pengaturan mengenai dekonsentrasi ini terdapat dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda 2014) yang belum lama ini menggantikan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda 2004). Salah satu hal menarik dari UU Pemda 2014 adalah mengenai pengaturan dekonsentrasi yang diberlakukan hingga ke daerah kabupaten dan kota, yang pada dasarnya dalam pengaturan UU Pemda 2004, dekonsentrasi sebelumnya hanya diberlakukan kepada daerah provinsi. Sekarang ini kedudukan daerah kabupaten dan kota bukan hanya sebagai daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk mengatur sendiri urusan daerahnya, tapi juga sebagai wilayah administratif yang dapat melaksanakan pelimpahan wewenang dari pusat untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut. Sementara itu, jika dilihat landasan konstitusionalnya, pada Pasal 18, 18A dan 18B UUD 1945 justru dekonsentrasi tidaklah diatur. Selain itu, dengan menguatnya kembali pengaturan mengenai dekonsentrasi, UU Pemda 2014 dianggap bercorak sentralistik.Constitutionality of Deconcentration Regulation in Law Number 23 of 2014 Concerning Local GovernmentAbstractDeconcentration is an important mechanism for the implementation of central government on the regional level. The regulation concerning deconcentration contained in Law Number 23 of 2014 Concerning Local Government (Local Government Law 2014) that has recently amended by Law Number 32 of 2004 on Local Government (Local Government Law 2004). An interesting aspect of the Local Government Law 2014 is the implementation of deconcentration even at the level of regency and town. In the Local Government Law 2004, deconcentration was only implemented at regional level. Today, the position of regency and town is not only as autonomous region with a capacity of managing their own local affairs, but also as administrative unit capable of bestowal of authority from the central government to perform absolute governmental affairs. However, in the Article 18, 18A, and 18D of the 1945 Constitution which should serve as its constitutional foundation, deconcentration is never actually regulated. Furthermore, the implementation of deconcentration makes the Local Government 2014 a more centralistic law in nature.DOI: https://doi.org/10.22304/pjih.v2n3.a9
Analisis Perubahan Sifat Karakter di Sepanjang Perjalanannya Berdasarkan Pola Kejadian dan Plot Segment dalam Film “Green Book” William Sanjaya
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 17, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v17i1.4433

Abstract

Film “Green Book” merupakan film yang membahas tentang diskriminasi yang dialami oleh pekerja Italy bersama teman sekaligus atasannya yang merupakan orang Negro. Pola kejadian dalam keseluruhan cerita dapat dilihat melalui rangkaian adegan yang menggambarkan perjalanan karakter. Dalam pola kejadian tersebut, perubahan karakter dapat dilihat melalui setiap masalah dari luar (outer problem) dan masalah batin (inner problem) yang dialami. Perubahan tersebut memberikan nilai – nilai yang merefleksikan kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kejadian dan perubahan karakter di sepanjang perjalanan karakter dalam cerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang mengumpulkan berbagai macam teori sebagai bahan untuk menganalisa secara akurat. Teori yang digunakan adalah teori plot segment dari David Bordwell, 7 pola kejadian dalam cerita oleh David Trottier serta perubahan sifat karakter sepanjang perjalanan oleh Christopher Vogler. Dari penjabaran yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa terdapat 7 pola kejadian yang dapat digambarkan melalui setiap kejadian dalam cerita film. Perubahan sifat karakter terjadi sepanjang perjalanan yang dihadapi. Perubahan karakter tersebut memberi nilai yang merefleksikasn nilai – nilai kehidupan. Dalam perubahan dimensi pada aspek  sosiologi, psikologi, dan ciri – cici fisik, karakter dapat mengalami perubahan terhadap satu atau lebih dari satu aspek lain, namun karakter juga dapat mengalami perubahan pada satu aspek dalam sifatnya saja.
HOTEL BINTANG 3 DI KOLOR, SUMENEP, MADURA William Sanjaya
eDimensi Arsitektur Petra Vol 8, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : eDimensi Arsitektur Petra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desain Hotel Bintang 3 di Kolor, Sumenep, madura ini dikarenakan adanya keperluan untuk memfasilitasi kegiatan pengunjung yang melakukan perjalanan bisnis ke Kolor, Sumenep, Madura dan didasari oleh pemikiran adanya keperluan hotel di Kolor, Sumenep, Madura , sehingga masalah desain utama adalah memikirkan rancangan hotel bintang 3 yang nyaman bagi pengguna dari segi sirkulasi, akses, pencahayaan, pnghawaan, maupun estetika. Pendekatan desain yang digunakan adalah Green Architecture dengan 3 prinsip: conserving energy, respect for site, dan respect for user. Kemudian, pendalaman fasad bangunan dipilih untuk menanggapi masalah tapak. Keunikan proyek ini ada pada sistem pencahayaan nya. Tidak seperti hotel bintang 3 lain, pada hotel bintang 3 ini fasad bangunan menggunakan fasad kinetik. Dimana fasad kinetik tersebut dapat membantu mengurangi intensitas panas yang masuk ke dalam bangunan tetapi masih dapat memberikan view yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
Konstitusionalitas Pengaturan Dekonsentrasi Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah William Sanjaya
PADJADJARAN Jurnal Ilmu Hukum (Journal of Law) Vol 2, No 3 (2015): PADJADJARAN Jurnal Ilmu Hukum (Journal of Law)
Publisher : Faculty of Law, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.762 KB)

Abstract

AbstrakDekonsentrasi adalah salah satu mekanisme yang sangat penting dalam penyelenggaraan urusan pemerintah pusat di daerah. Pengaturan mengenai dekonsentrasi ini terdapat dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda 2014) yang belum lama ini menggantikan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda 2004). Salah satu hal menarik dari UU Pemda 2014 adalah mengenai pengaturan dekonsentrasi yang diberlakukan hingga ke daerah kabupaten dan kota, yang pada dasarnya dalam pengaturan UU Pemda 2004, dekonsentrasi sebelumnya hanya diberlakukan kepada daerah provinsi. Sekarang ini kedudukan daerah kabupaten dan kota bukan hanya sebagai daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk mengatur sendiri urusan daerahnya, tapi juga sebagai wilayah administratif yang dapat melaksanakan pelimpahan wewenang dari pusat untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut. Sementara itu, jika dilihat landasan konstitusionalnya, pada Pasal 18, 18A dan 18B UUD 1945 justru dekonsentrasi tidaklah diatur. Selain itu, dengan menguatnya kembali pengaturan mengenai dekonsentrasi, UU Pemda 2014 dianggap bercorak sentralistik.Constitutionality of Deconcentration Regulation in Law Number 23 of 2014 Concerning Local GovernmentAbstractDeconcentration is an important mechanism for the implementation of central government on the regional level. The regulation concerning deconcentration contained in Law Number 23 of 2014 Concerning Local Government (Local Government Law 2014) that has recently amended by Law Number 32 of 2004 on Local Government (Local Government Law 2004). An interesting aspect of the Local Government Law 2014 is the implementation of deconcentration even at the level of regency and town. In the Local Government Law 2004, deconcentration was only implemented at regional level. Today, the position of regency and town is not only as autonomous region with a capacity of managing their own local affairs, but also as administrative unit capable of bestowal of authority from the central government to perform absolute governmental affairs. However, in the Article 18, 18A, and 18D of the 1945 Constitution which should serve as its constitutional foundation, deconcentration is never actually regulated. Furthermore, the implementation of deconcentration makes the Local Government 2014 a more centralistic law in nature.DOI: https://doi.org/10.22304/pjih.v2n3.a9
Komposisi Visual Dalam Membangun Dramatisasi Kekuasaan Pada Lirik Lagu Video Musik “Kamu Anggap Apa” Sanjaya, William
Jurnal Bahasa Rupa Vol. 7 No. 3 (2024): Jurnal Bahasa Rupa Agustus 2024
Publisher : Prahasta Publisher (manage by: DRPM Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31598/bahasarupa.v7i3.1587

Abstract

The music video “Kamu Anggap Apa” narrates the story of a woman who is disregarded by her lover. The visual composition employed in the video effectively constructs a dramatization of power throughout its scenes. This study aims to elucidate the role of visual composition in constructing a dramatization of power within the lyrics of the song, thereby ensuring the proper conveyance of its message. The research methodology employed is qualitative, with purposive sampling employed to select research objects, specifically screenshots, as explanatory materials for the study objects. The study involves a detailed description of the song lyrics and screenshots. Subsequently, a discussion ensues on the application of visual composition in constructing a dramatization of power, which is subsequently correlated with the realization of the song’s message. The research findings reveal diverse applications of visual composition that depict power and a secure environment. These portrayals symbolize the protagonist’s success and liberation in achieving their objectives. The utilization of visual composition facilitates the effective communication of the song’s message to the audience.
Analisis pengaruh brand image dan product design terhadap purchase decision (Studi empiris: Konsumen Scarlett di DKI Jakarta) Thamrin, Hendi; Sanjaya, William; Gabriella, Joanna
Jurnal Global Ilmiah Vol. 1 No. 6 (2024): Jurnal Global Ilmiah
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/jgi.v1i6.59

Abstract

Perkembangan industri kosmetik di dunia, diikuti dengan pilihan produk dengan desain yang semakin beragam mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris dari hubungan pengaruh brand image dan product design terhadap keputusan pembelian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen Scarlett di DKI Jakarta. Teknik yang digunakan adalah nonprobability sampling untuk mendapatkan responden seluruh konsumen Scarlett di Jakarta. Kuesioner yang diolah berasal dari responden yang merupakan konsumen Scarlett. Metode analisis data menggunakan Smart PLS. Penelitian ini akan memberikan bukti empiris ada pengaruh antara brand image, produk design dan juga keputusan pembelian.
Pembangunan Dramatisasi Kesedihan Berdasarkan Komposisi Visual dalam Lirik Lagu Video Musik “Jiwa yang Bersedih” Sanjaya, William
Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana Vol. 25 No. 2 (2025): JULY 2025
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/nirmana.25.2.174-188

Abstract

Video musik merupakan medium audio visual yang berfungsi sebagai pendamping dari sebuah lagu. Video musik “Jiwa Yang Bersedih” merupakan video musik yang menunjukkan perjuangan seseorang yang mengalami kesepian. Terdapat penerapan komposisi visual yang membangun dramatisasi kesedihan dalam lirik lagu video musik “Jiwa Yang Bersedih”. Tujuan dari penelitian ini adalah membahas tentang peran komposisi visual dalam membangun dramatisasi kesedihan pada lirik lagu video musik “Jiwa Yang Bersedih”. Metode yang digunakan yaitu kualitatif. Pendekatan dilakukan dengan pendekatan pusposive samping. Teori yang digunakan merupakan teori komposisi visual yang dikemukakan oleh Gustavo Mercado. Dari penelitian yang dilakukan, terdapat penerapan komposisi visual yang meliputi rule of thirds dengan area sempit serta ketidakseimbangan visual pada bagian awal hingga pertengahan video musik. Komposisi tersebut menunjukkan situasi abnormal dan kegelisahan dalam adegan. Peletakan kamera di bawah pandangan subjek menunjukkan penundukan, sedangkan di atas pandangan subjek menunjukkan kelemahan karakter. Di akhir adegan, terdapat penerapan komposisi rule of thirds dengan area kosong yang mendominasi. Penerapan tersebut menunjukkan situasi aman dalam adegan. Situasi tersebut ditunjukkan dengan bertemunya karakter utama dengan karakter yang menunjukkan sisi baiknya. Melalui penerapan komposisi visual dalam video musik “Jiwa Yang Bersedih”, dramatisasi kesedihan ditunjukkan sehingga pesan dapat disampaikan pada penonton.
Mise En Scene Sinematografi dalam Film Horor Remake Berjudul Suzzanna: Malam Jumat Kliwon Eko Prasetyo, Martinus; Sanjaya, William
Judikatif: Jurnal Desain Komunikasi Kreatif Vol. 6 No. 2 (2024): Vol. 6 (2024) No. 2
Publisher : fakultas Desain Koomunikasi visual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/judikatif.v6i2.168

Abstract

Film ber-genre horor di Indonesia merupakan salah satu yang populer dan mendapatkan tempatnya dihati para penikmat film Indonesia, sayangnya belum banyak penelitian yang membahas tentang film horor secara Mise en Scène di Indonesia. Film berjudul Suzzanna: Malam Jumat Kliwon merupakan film horor Indonesia yang telah melegenda sejak 1986, dan diproduksi ulang di tahun 2023 disutradarai Guntur Soeharjanto merupakan film horor yang menarik secara pengambilan visual dan terlihat berbeda daripada film horor pada umumnya. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk mengetahui tampilan visual apa saja yang berbeda didalamnya. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif, Mise en Scène digunakan dalam sinematografi remake film horor berjudul "Suzzanna: Night of Jumat Kliwon". Analisis konten dilakukan dengan melihat elemen Mise en Scène seperti pencahayaan, latar belakang, properti, kostum, gerakan kamera, dan komposisi visual dalam film. Perubahan dalam penyampaian atmosfer dan emosi, dan adaptasi terhadap kebutuhan dan keinginan penonton kontemporer adalah beberapa penemuan utama, penelitian ini menghasilkan bagaimana pergerakan kamera dapat dikombinasikan dengan komposisi the rule of thirds dalam mencapai sebuah dramatisasi cerita horor yang ingin disampaikan.
Pelatihan Foto Potret Untuk Peningkatan Kemampuan Pengambilan Gambar SMA Tarakanita Gading Serpong Sanjaya, William
Jurnal Pengabdian Seni Vol 5, No 2 (2024): NOVEMBER 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v5i2.13125

Abstract

Dengan perkembangan teknologi pada era digital yang semakin pesat, dibutuhkan pengembangan kualitas sumber daya manusia yang mengacu pada perkembangan industri kreatif. Salah satu bidang yang digemari generasi muda saat ini adalah fotografi. SMA Tarakanita Gading Serpong merupakan salah satu SMA yang memiliki peserta didik dengan berbagai peminatan, salah satunya adalah fotografi. Dengan pemahaman kemampuan pengambilan gambar yang baik dan benar, kualitas foto dapat meningkat sehingga dapat dimanfaatkan dalam penggembangannya, seperti dalam pembuatan karya untuk periklanan atau komersial, dan portofolio dalam bidang fotografi tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) pada SMA Tarakanita Gading Serpong. Pemaparan dilakukan dengan metode participatory action research (PAR) dengan penerapan siklus KUPAR, yaitu pelaksanaan diskusi, kesepakatan, strategi pelaksanaan, kegiatan pengabdian, hingga evaluasi. PKM dilaksanakan dengan sesi pemaparan materi tentang keterampilan pengambilan gambar foto potret dan sesi praktik. Dari kegiatan yang telah dilakukan, peserta didik SMA Tarakanita Gading Serpong memberikan antusiasme dan tanggapan baik terhadap materi yang telah diberikan oleh peneliti. Dengan terlaksananya PKM SMA Tarakanita Gading Serpong, peneliti berharap agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan pengambilan gambar pada tingkat genre fotografi tertentu sehingga dapat menghasilkan foto yang disesuaikan dengan kebutuhan industri kreatif. Due to the increasingly rapid development of technology in the digital era, it is highly essential to develop the quality of human resources referring to the development of the creative industry. One of the fields to which today younger generations are hugely exposed is photography. Tarakanita Gading Serpong High School is one of the high schools that has students with various specializations, such as photography. By understanding the good and correct techniques to take pictures, the quality of photos can improve. These skillfully taken pictures can be used in creating work for advertising or commercial purposes, as well as portfolios in certain fields of photography. Therefore, it is necessary to carry out community service activities at Tarakanita Gading Serpong High School. The presentation was carried out using the Participatory Action Research (PAR) method with the application of the KUPAR involving discussion, agreement, implementation strategy, service activity and evaluation. This community service was carried out through material presentation sessions on portrait photo shooting skills and practical sessions. The result indicates that the students at Tarakanita Gading Serpong High School showed enthusiasm and responded well to the material provided by the author. By conducting a community service at Tarakanita Gading Serpong High School students, the author hopes that the students can develop their photography skills at a higher level, leading them to produce photos that meet the creative industry standard.
Pelatihan Foto Potret Untuk Peningkatan Kemampuan Pengambilan Gambar SMA Tarakanita Gading Serpong Sanjaya, William
Jurnal Pengabdian Seni Vol 5, No 2 (2024): NOVEMBER 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v5i2.13125

Abstract

Dengan perkembangan teknologi pada era digital yang semakin pesat, dibutuhkan pengembangan kualitas sumber daya manusia yang mengacu pada perkembangan industri kreatif. Salah satu bidang yang digemari generasi muda saat ini adalah fotografi. SMA Tarakanita Gading Serpong merupakan salah satu SMA yang memiliki peserta didik dengan berbagai peminatan, salah satunya adalah fotografi. Dengan pemahaman kemampuan pengambilan gambar yang baik dan benar, kualitas foto dapat meningkat sehingga dapat dimanfaatkan dalam penggembangannya, seperti dalam pembuatan karya untuk periklanan atau komersial, dan portofolio dalam bidang fotografi tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) pada SMA Tarakanita Gading Serpong. Pemaparan dilakukan dengan metode participatory action research (PAR) dengan penerapan siklus KUPAR, yaitu pelaksanaan diskusi, kesepakatan, strategi pelaksanaan, kegiatan pengabdian, hingga evaluasi. PKM dilaksanakan dengan sesi pemaparan materi tentang keterampilan pengambilan gambar foto potret dan sesi praktik. Dari kegiatan yang telah dilakukan, peserta didik SMA Tarakanita Gading Serpong memberikan antusiasme dan tanggapan baik terhadap materi yang telah diberikan oleh peneliti. Dengan terlaksananya PKM SMA Tarakanita Gading Serpong, peneliti berharap agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan pengambilan gambar pada tingkat genre fotografi tertentu sehingga dapat menghasilkan foto yang disesuaikan dengan kebutuhan industri kreatif. Due to the increasingly rapid development of technology in the digital era, it is highly essential to develop the quality of human resources referring to the development of the creative industry. One of the fields to which today younger generations are hugely exposed is photography. Tarakanita Gading Serpong High School is one of the high schools that has students with various specializations, such as photography. By understanding the good and correct techniques to take pictures, the quality of photos can improve. These skillfully taken pictures can be used in creating work for advertising or commercial purposes, as well as portfolios in certain fields of photography. Therefore, it is necessary to carry out community service activities at Tarakanita Gading Serpong High School. The presentation was carried out using the Participatory Action Research (PAR) method with the application of the KUPAR involving discussion, agreement, implementation strategy, service activity and evaluation. This community service was carried out through material presentation sessions on portrait photo shooting skills and practical sessions. The result indicates that the students at Tarakanita Gading Serpong High School showed enthusiasm and responded well to the material provided by the author. By conducting a community service at Tarakanita Gading Serpong High School students, the author hopes that the students can develop their photography skills at a higher level, leading them to produce photos that meet the creative industry standard.