Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGARUH WAKTU INFESTASI HAMA KEPIK LABU (Leptoglossus australis F.) TERHADAP KERUSAKAN BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) astuti, widya; Sarbino, Sarbino; Ramadhan, Tris Haris
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Leptoglossus australis merupakan salah satu hama tanaman mentimun yang menyerang buah mentimun. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kehilangan hasil pada buah mentimun berdasarkan waktu infestasi kepik labu (L. australis). Penelitian dilaksanakan pada April hingga September 2016. Penelitian dilakukan dengan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) terdiri dari 1 perlakuan 5 taraf dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu waktu infestasi (W) pada umur buah yang berbeda dimulai pada umur 0 hsm (W1), 2 hsm (W2), 4 hsm (W3), dan 6 hsm (W4) serta control (W0). Pada setiap perlakuan diinfestasikan 2 ekor kepik instar ke-4. Kepik yang telah diinfestasikan kemudian dibungkus menggunakan plastik bening yang telah diberi lubang pernafasan. Infestasi dilakukan sampai buah mentimun berumur 9 hari. Hasil penelitian diketahui bahwa semakin awal waktu infestasi L. australis menyebabkan kehilangan hasil pada buah mentimun semakin besar. Infestasi pada 2 hsm menyebabkan kehilangan mencapai 97,06%. Kata kunci : Infestasi, Kehilangan hasil, L. australis, Mentimun
TINGKAT SERANGAN PENYAKIT SIGATOKA PADA PISANG KEPOK DAN BARANGAN DI KEBUN MASYARAKAT Fitriani, Aulia; suswanto, iman; sarbino, sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2: Agustus 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilakukan pada kebun pisang masyarakat di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap. Identifikasi patogen dilakukan di laboratorium penyakit Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit bercak daun pisang, tingkat keparahan penyakit, dan mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik random sampling. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyakit bercak daun disebabkan oleh beberapa jenis cendawan yaitu Cordana sp., Phyllosticta sp., Cladosporium sp., Helmintosporium sp,  Mycosphaerella sp.,  Fusarium sp., dan  Pestalotia sp. Secara umum, tingkat keparahan semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Perkembangan penyakit pada pisang barangan lebih tinggi dibandingkan pada pisang kapok. Tingginya tingkat serangan penyakit tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pisang.
Keefektifan Minyak Mimba Azadirachta indica dalam Mengendalikan Hama Crocidolomia pavonana pada Pertanaman Kubis AGATO, W. FANDIUS; Syahputra, Edy; Sarbino, Sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulat krop kubis Crocidolomia pavonana merupakan salah satu hama utama yang dapat menurunkan hasil produksi tanaman kubis. Salah satu cara pengendaliannya adalah menggunakan insektisida berbahan nabati yang merupakan salah satu komponen pengendalian dalam PHT. Penelitian  ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan insektisida nabati yang berasal dari minyak mimba terhadap C. pavonana. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, selama 4 bulan dari bulan Juli sampai Oktober 2017. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari minyak mimba dengan konsentrasi 5 ml/l, 10 ml/l, 20 ml/l, 30 ml/l, dan 40 ml/l, insektisida deltametrin 2 cc/l, insektisida asefat 75% 2 g/l dan kontrol. Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan Mutiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak mimba menurunkan populasi larva C. pavonana dan populasi larva total serangga. Minyak mimba konsentrasi 5 ml/l, 10 ml/l, 20 ml/l, 30 ml/l, dan 40 ml/l, mempunyai nilai efikasi terhadap populasi C. pavonana dan populasi larva total serangga sebesar (100.0% dan 97.8%). Penggunaan  minyak mimba pada konsentrasi yang tinggi mulai dari 20 ml/l - 40 ml/l menunjukan gejala fitotoksisitas terhadap tanaman.Kata kunci : C. pavonana, keefektifan, kubis,  minyak mimba
PENGARUH BOKASHI LIMBAH AMPAS BATANG TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT PADA TANAH ALLUVIAL Yusthiani, Fransiska; Nurjani, Nurjani; Sarbino, Sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2: Agustus 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kendala sifat fisik tanah alluvial yang mampat dapat diatasi dengan pemberian bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis bokashi limbah ampas batang tebu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada tanah alluvial. Penelitian dilaksanakan di Pontianak menggunakan rumah plastik mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2012. Metode penelitian ini adalah eksperimen lapang Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan satu faktor yaitu dosis bokashi limbah ampas batang tebu (T) yang terdiri dari enam taraf perlakuan. Masing-masing taraf perlakuan diulang empat kali dan terdiri dari empat sampel. Perlakuan yang dimaksud adalah T0 (tanpa penambahan bokashi limbah ampas batang tebu), T1 (dosis bokashi 28 g/polybag), T2 (dosis bokashi 428 g/polybag), T3 (dosis bokashi 828 g/polybag), T4 (dosis bokashi 1.228 g/polybag) dan T5 (dosis bokashi 1.628 g/polybag). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokashi limbah ampas batang tebu pada tanah alluvial dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat, tetapi tidak dapat meningkatkan hasil tanaman tomat. Hasil panen tanaman tomat terendah diperoleh dari perlakuan T0 (tanpa penambahan bokashi) yaitu 200,18 g per tanaman dan hasil panen tomat tertinggi diperoleh dari perlakuan T4 (dosis bokashi 1.228 g/polybag) yaitu 260,04 g per tanaman atau setara dengan 5,98 ton per hektar. Kata kunci: Bokashi, Ampas Batang Tebu, Pertumbuhan, Hasil, Tanaman Tomat, Tanah Alluvial
UJI BERBAGAI TINGKAT KETINGGIAN PERANGKAP FEROMON TERHADAP KETERTARIKAN KUMBANG KELAPA oryctes rhinoceros L PADA TANAMAN KELAPA SAWIT parno, parno; hendarti, indri; sarbino, sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

TEST OF VARIOUS ALTITUDE LEVEL OF PHEROMONES TRAP TOWARDS RHINOCEROS BEETLES’ Oryctes rhinoceros LINTEREST TO THE PALM PLANT Parno1) Indri Hendarti2) Sarbino2) 1) College Student of Agriculture Faculty , 2) Lecturer of Agriculture Faculty Tanjungpura University Pontianak     ABSTRACT Oryctes rhinoceros L (Coleoptera) or a rhinoceros beetle is one of the important pests in oil palm plantations. These pests can reduce the production of fresh fruit bunches (FFB) in the first year to produce up to 69%, and even it causes the death of young plants up to 25%. The purpose of this study was to find the altitude level of appropriate pheromone traps for the rhinoceros beetles. This Research was conducted at the Oil Palm Plantation of PT. Rajawali Jaya Perkasa, Tanjungwangi Village, Rasau Jaya district, Kubu Raya Regency. The study was conducted for approximately 4 months. The research included 5 treatments with 5 repititions, the tested treatments are: High-trapping 1, 2, 3, 4 and 5 meters. The observed variable was the number of O.rhinoceros trapped, the number of males and females O. rhinoceros trapped, and the intensity of the attacks. The results showed that the number of beetles are mostly trapped at a height of 3 meters in amount of 103 rhinoceros beetles/month and at least 53 rhinoceros beetles/month at a height of 5 meters. Female beetle quantities were caught more than the male beetles. At the beginning of treatment, there was no difference in the intensity of the attacks and at the end of the treatment, the average intensity of the attacks which reached 30.8% was classified as medium criteria.     Keywords: Oryctes rhinoceros, Palm, Pheromones.
FLUKTUASI POPULASI DAN KEPARAHAN SERANGAN WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius F.) PADA TANAMAN PADI DI DESA SEJIRAM KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS NOFIARDI, EDI; SARBINO, SARBINO; RIANTO, FADJAR
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan populasi walang sangit, kerusakan dan penurunan hasil akibat serangan walang sangit. Penelitian dilaksanakan di Desa Sejiram Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Lama penelitian 2 bulan dari bulan Mei  sampai Juni 2016. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survei. Populasi walang sangit ditentukan pada pengayunan di petak pengamatan di tiga sawah dengan agroekosistem yang berbeda, yaitu padi monokultur, tumpang sari padi dengan jeruk dan tumpang sari padi dengan karet. Penangkapan walang sangit dilakukan pada luasan petak pengamatan 1 m2 dengan 5 kali ulangan yaitu 17 MST, 18 MST, 19 MST, 20 MST dan 21 MST. Variabel pengamatan meliputi jumlah populasi walang sangit  pada semua periode penangkapan, jumlah bulir padi rusak atau hampa dan berat bulir per petak pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit tertinggi terjadi pada 18 MST, saat padi sedang mengalami fase pembungaan dan matang susu. Populasi tertinggi terdapat pada sawah tumpang sari padi dengan karet sebesar 18 individu per petak dan terendah pada padi monokultur sebesar 13,8 individu per petak. Populasi walang sangit pada fase tersebut yang akan menyebabkan kerusakan bulir padi pada saat panen. Keparahan serangan walang sangit belum menampakan penurunan hasil pada tiap sawah pengamatan dikarenakan perbedaan varietas dan cara pengelolaannya.   Kata kunci : Agroekosistem, kerusakan,  padi, populasi walang sangit  
PENGENDALIAN HAMA KUMBANG BADAK PADA KEBUN KELAPA MASYARAKAT Suswanto, Iman; Sarbino, Sarbino; Maherawati, Maherawati
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 4, No 5 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.586 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v4i5.2953

Abstract

Abstrak: Kelapa sebagai tanaman yang diusahakan turun-temurun masyarakat di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kuburaya, menghadapi masalah serangan hama. Sebagian besar pohon kelapa terserang parah hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros Linn). Dampak serangan hama menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sangat drastis. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan dengan metode ceramah dan praktek. Materi ceramah bertujuan untuk memberi bekal kepada masyarakat tentang perlindungan tanaman kelapa terhadap hama kumbang badak. Metode praktek dilakukan dengan transfer teknologi berupa, perbanyakan isolat Metarhizium spp. pada media jagung dan larva kumbang serta pembuatan perangkap kumbang badak menggunakan tumpukan sisa sampah kebun kelapa dan trapping dengan feromon. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta menguasai perbanyakan Metharhizum spp. baik pada media jagung maupun larva. Peserta dapat membuat perangkap kumbang badak menggunakan sampah kebun. Pemasangan perangkap di 6 titik selama 10 minggu menunjukkan bahwa populasi kumbang badak di perkebunan kelapa tergolong tinggi. Secara keseluruhan penggunaan jamur Metarhizium dan feromon mampu mengurangi populasi kumbang badak. Pengendalian hama kumbang badak akan efektif apabila dilakukan oleh setiap petani kelapa dan dilaksanakan secara terus menerus sampai populasi hama dibawah ambang ekonomi. Abstract: As a plant cultivated from generation to generation in Kubu District, Kubu Raya Regency, coconut plants face pest attacks. Most of the coconut trees are badly affected by the rhinoceros beetle (Oryctes rhinoceros Linn). The impact of pest attacks caused a drastic decrease in coconut productivity. Community service activities are carried out using lecture and practical methods. The lecture material aims to provide provisions for the community about protecting coconut plants against rhino beetle pests. The practical method was carried out by transferring technology in the form of multiplication of isolates of Metharhizum spp. in the media of maize and beetle larvae and making rhino beetle traps using a pile of coconut garden waste and trapping with pheromones. The activity results showed that the participants mastered the propagation of Metharhizum spp both on maize and larval media. Participants can make rhino beetle traps using garden waste. Laying traps at 6 points for ten weeks shows that the rhino beetle population in coconut plantations is high. Overall, the use of Metarhizium mushrooms and pheromones was able to reduce the rhino beetle population. Rhino beetle control will be useful if done by every coconut farmer and carried out continuously until the pest population is below economic threshold
PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN INSEKTISIDA PROFENOFOS UNTUK MENGENDALIKAN LALAT BUAH Bactrocera spp PADA TANAMAN CABAI hendra, Hendra; Sarbino, Sarbino; Syahputra, Edy
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 10, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bactrocera spp merupakan hama penting pada tanaman cabai. Larva Bactrocera spp dapat mengakibatkan gagal panen sehingga hama ini perlu dikendalikan. Pengendalian hama ini umumnya menggunakan insektisida, salah satu insektisida yang direkomendasi untuk mengendalikan hama ini adalah profenofos. Frekuensi penyemprotan pestisida pada tanaman cabai, rata-rata akan meningkat ketika musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau, petani lebih sering melakukan penyemprotan 1 kali/minggu pada saat musim kemarau, sedangkan sebanyak 2-3 kali/minggu pada saat musim hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada frekuensi berapa penyemprotan insektisida berbahan aktif prefonofos sudah mampu untuk mengendalikan hama lalat buah Bactrocera spp sehingga dapat diterapkan untuk mengendalikan hama lalat buah dan dapat lebih efisien dalam penggunaan insektisida. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan 25 hari di Lahan Praktikum Hama Tanaman. Tanaman cabai ditanam didalam pot dan  dirawat sampai berbuah di lahan sehingga dapat mengundang hama Bactrocera spp. Tanaman yang telah berbuah disemprotkan insektisida profenofos dengan berbagai frekuensi penyemprotan yaitu, 0 (kontrol), 6 hari sekali, 4 hari sekali, 3 hari sekali dan 2 hari sekali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Dosis insektisida profenofos yang digunakan yaitu 3 ml/l sesuai dengan dosis anjuran yang tertera dilabel kemasan insektisida. Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata intensitas serangan tertinggi pada kontrol sebesar 22,90 % dan intensitas serangan terendah pada perlakuan disemprot 2 hari sekali sebesar 0,20 %. Rerata jumlah buah panen tertinggi pada perlakuan disemprot 2 hari sekali sebesar 22,00 buah/tanaman dan rerata jumlah buah panen terendah pada kontrol sebesar 15,75 buah/tanaman. Rerata populasi larva tertinggi pada kontrol sebesar 10,60 larva/tanaman dan rerata populasi larva terendah pada perlakuan disemprot 2 hari sekali sebesar 0,25 larva/tanaman.
Study of Fruit Fly Parasitoid diversity in Papaya (Carica papaya L) in farming at Siantan Hulu Pontianak. Umaiyanah, Siti; Sarbino, Sarbino; Hendarti, Indri
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 1: April 2014
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pepaya merupakan salah satu komoditi unggulan di Kalimantan Barat. Serangan lalat buah menyebabkan penurunan produksi pepaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan keragaman parasitoid dan cara mengusir lalat buah pada pertanaman pepaya di Siantan Hulu. Buah yang terserang lalat buah di lapangan, dibawa ke Laboratorium Hama Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Larva instar III lalat buah yang berada pada buah diambil dan dipelihara pada wadah plastik berdiameter 8 cm dengan tinggi 13 cm. Parasitoid yang muncul diidentifikasi berdasarkan morfologi. Jenis parasitoid yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu spesies Psyttalia incisi Silv. dan Psyttalia flectcheri Silv. termasuk Family Braconidae, dan satu termasuk spesies Stenomesius rufescens famili Eulophidae, keduanya termasuk dalam ordo Hymenoptera. Indeks keragaman dari semua lokasi kebun pengambilan sampel memiliki tingkat keragaman tergolong rendah (H’= 1,05), Eulophidae sebagai parasitoid yang dominan. Kata kunci; Keragaman, Lalat buah, Parasitoid, Pepaya
TINGKAT KETERTARIKAN WALANG SANGIT (Leptocorisa sp) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI PERTANAMAN PADI (Oryza sativa) Saputra, Ari; Hendarti, Indri; Sarbino, Sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 10, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Walang Sangit merupakan salah satu hama penting tanaman padi yang tertarik pada aroma bangkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketertarikan walang sangit terhadap berbagai jenis umpan pada tanaman padi. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2019 hingga Maret 2020. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yaitu P1 (Telur ayam busuk), P2 (Bangkai keongmas), P3 (Pekasam ikan), P4 (Cincalok), P5 (Pekasam Kelampai) dengan berat masing-masing perlakuan 250 g. Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan (blok sebagai ulangan). Variabel pengamatan dalam penelitian meliputi: Jumlah walang sangit terperangkap, jumlah telur walang sangit, serangga lain yang terperangkap, intensitas serangan walang sangit, jumlah populasi walang sangit yang terdapat pada lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar tiap perlakuan pada uji duncan taraf 1 dan 5 %. Walang sangit terperangkap paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 (Bangkai keongmas) dengan rata-rata 22,23 ekor pada fase berbunga, 48,3 ekor pada fase masak susu, 34,3 ekor pada fase masak penuh dan 28,6 ekor pada fase masak kuning dengan total walang sangit terperangkap 1.561 ekor.