Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

The Correlation between Residential Density and Greenhouse Gas Emissions in Surabaya City Setiawan, Rulli Pratiwi; Umilia, Ema; Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli
International Journal of Planning and Development Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.238 KB)

Abstract

Abstract: Population growth is happening in cities, including Surabaya as the second largest metropolitan region in Indonesia. The population growth has an impact to the residential density, whereas residential is usually the largest part of land use in urban areas. In Surabaya, residential use covers more than 60% of the total area. The intensive use of residential area has impacts on the environment. One significant issue is the consumption of energy that produces greenhouse gas emissions. This study is aimed at explaining the relationships between residential density and greenhouse gas emissions in Surabaya City, Indonesia. The residential density will be divided into three categories, i.e. low, medium and high density. The category of density is taken from the Identification Report of Surabaya Spatial Plan. The results of this study indicate that there are significant differences in the electrical energy consumption for the household sector in each residential density. These differences are mainly influenced by variables such as car ownership, ventilation system, the use of electrical power, cooking fuel and the way to use the home appliances. The highest total energy consumption per month exists in high density type. Although the average smallest energy consumption per household exists in medium density, the total energy consumption in medium density is much greater than that in the low density because the number of households in medium density is greater. The final result shows that the correlation between the total production of GHG emissions (CO2) and density has a direct or positive relationship, which means that the greater the density, the higher the production rate of GHG emissions (CO2).Keywords: correlation, greenhouse gas emissions, land use, residential density, settlements, urban 
Perbandingan Emisi Karbon Dioksida Dari Penggunaan Lahan Permukiman Di Kawasan Urban Dan Peri-Urban Di Wilayah Gerbangkertosusila Setiawan, Rulli Pratiwi
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 6, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper reviews the comparison of carbon dioxide emission from settlement land use between urban and peri-urban areas in the region of Gerbangkertosusila, in East Java. This paper is part of the research that addresses the comparison of greenhouse gas emission between urban and peri-urban areas of Gerbangkertosusila, which focused on settlement and agricultural land use. The region of Gerbangkertosusila itself consists of seven regencies/cities, namely Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan, Surabaya and Mojokerto City. The first step is to classify the urban and peri-urban areas in Gerbangkertosusila. Classification of urban and peri-urban areas is determined through location quotient analysis as one of the economic base analysis techniques. The analysis shows that Surabaya City, Mojokerto City and Lamongan Regency are classified as urban, while Gresik, Bangkalan, Mojokerto and Lamongan are classified as peri-urban. The second step is to estimate the production of carbon dioxide emission from settlement land use in urban and peri-urban areas in Gerbangkertosusila. Carbon dioxide emission in urban areas is estimated at 8.35876E+14 TJ or accounts for 23% of emissions in the region Gerbangkertosusila, while carbon dioxide emissions in the peri-urban area is estimated at 2,8341E+15 TJ or approximately 77% of emission production in Gerbangkertosusila. The finding indicates that the contribution of settlements to the carbon dioxide emission in peri-urban area is very high in terms of the use of cooking fuel, whereas the land use of settlements as well as the number of household in peri-urban are much smaller than those in urban area. Keywords: carbon dioxide emissions, fuel consumption, land use, peri-urban, settlements, urban
Keterkaitan Tipe Hunian dengan Emisi CO2 di Kota Surabaya Affan Sani Maulana; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.914 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.5740

Abstract

Perkembangan perumahan di Kota Surabaya berkembang cukup pesat, hal ini menyebabkan pencemaran udara yang berasal dari konsumsi energi dari kegiatan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan keterkaitan tipe hunian dengan emisi CO2 di Kota Surabaya. Emisi CO2 dibagi menjadi 2 yaitu emisi primer yang berasal dari konsumsi bahan bakar memasak, dan emisi sekunder yang berasal dari konsumsi listrik. Analisis yang digunakan adalah menggunakan perhitungan matematis emisi CO2 yang didapatkan dari tiap-tiap hunian sampel dan analisis korelasi bivariate pearson untuk mencari keterkaitan antara tipe hunian dengan emisi CO2 yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah Surabaya timur penghasil emisi tinggi dan Surabaya utara penghasil emisi rendah, dan adanya korelasi yang cukup signifikan antara tipe hunian yang dilihat dari luasannya dengan produksi emisi CO2 yang dihasilkan, dengan tingkat kepercayaan 95%. Derajat korelasi antara tipe hunian dengan produksi emisi CO2 sangat kuat yaitu 1
Penentuan Variabel Berpengaruh Dalam Penilaian Keberlanjutan Kawasan Minapolitan di Pesisir Kabupaten Lamongan Devina Rahma Raisa; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.174 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7218

Abstract

Sebagai kawasan minapolitan berbasis perikanan tangkap, maka wilayah pesisir Kabupaten Lamongan harus mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya melalui peningkatan produksi perikanan tangkap yang pengembangannya harus berlandaskan pada asas pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang pengembangannya menitikberatkan pada tiga pilar dasar pembangunan, yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan yang saling terkait dan seimbang. Akan tetapi, program minapolitan yang tengah berjalan di pesisir Kabupaten Lamongan belum menampakkan adanya keseimbangan antara kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai wujud dari pengembangan kawasan pesisir yang berkelanjutan. Artikel ini adalah bagian dari penelitian terkait penilaian keberlanjutan kawasan minapolitan di pesisir Kabupaten Lamongan, dimana artikel ini memuat proses awal dalam penilaian keberlanjutan kawasan minapolitan tersebut. Pada artikel ini akan dibahas dan didapatkan variabel yang berpengaruh dalam keberlanjutan kawasan minapolitan yang selanjutnya akan menjadi input dalam penilaian keberlanjutan kawasan minapolitan di pesisir Kabupaten Lamongan.
Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO2) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur Erizal Novananda; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.143 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.8964

Abstract

Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gresik yang menunjukkan perkembangan wilayah paling dominan. Wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan ekonomi maupun pemerintahan Kabupaten Gresik. Perkembangan tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan hunian di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur sehingga banyak permukiman-permukiman baru yang terbangun dimana hal tersebut diindikasikan berdampak pada peningkatan produksi emisi karbon dioksida (CO2). Permukiman juga merupakan salah satu dari tiga sektor pengkonsumsi energi terbesar di Indonesia dimana konsumsi energi merupakan sektor penghasil emisi karbon dioksida (CO2) terbesar. Melalui analisis perhitungan matematis yang mengacu pada pedoman perhitungan emisi, dapat diketahui nilai produksi emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan permukiman. Hasil tersebut kemudian menjadi input untuk analisis selanjutnya menggunakan analisis GIS (Geographic Information System) sehingga didapatkan hasil persebaran spasial produksi emisi karbon dioksida (CO2) dari permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur
Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari Wulandari; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.225 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.10834

Abstract

Kawasan Pantai Timur Surabaya memiliki peran yang sangat penting bagi Kota Surabaya, yaitu  sebagai penjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan peran ekologis sebagai barier alami dari proses abrasi dan intrusi air laut, sehingga perlu dijaga keberlanjutannya. Penilaian keberlanjutan pada Kawasan Pantai Timur Surabaya dilakukan dengan tahapan : 1) mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi tingkat keberlanjutan dengan teknik analisis regresi linier berganda dan 2) menilai tingkat keberlanjutan kawasan konservasi berdasarkan variabel yang mempengaruhi tingkat keberlanjutan dengan analisis deskriptif kuantitatif. Penilaian keberlanjutan dilakukan pada semua variabel yang berpengaruh dari tiap aspeknya dan hasil penilaian tingkat keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya adalah cukup berkelanjutan.
Kriteria Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kota Malang Maria Febriana Bewu Mbele; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.523 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.10901

Abstract

Pemenuhan RTH publik 20% adalah tetapan yang dianggap kaku, sebaiknya pemenuhan RTH publik juga memperhitungkan fungsi ekologisnya yaitu sebagai produsen oksigen. Terdapat kemungkinan Kota Malang membutuhkan RTH publik kurang atau bahkan lebih dari tetapan 20%. Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan kebutuhan RTH publik di Kota Malang berdasarkan kebutuhan oksigen. Untuk mengoptimalkan fungsi ekologis RTH maka perlu didapatkan kritera-kriteria penyediaan RTH publik di Kota Malang. Langkah pertama adalah menghitung luas RTH publik berdasarkan kebutuhan O2 tiap BWK  Malang, kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan RTH publik menggunakan metode delphi, dan merumuskan kriteria penyediaan RTH publik di berdasarkan kebutuhan O2 secara deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa berdasarkan fungsi ekologisnya sebagai produsen oksigen, luas RTH yang dibutuhkan Kota Malang lebih dari 20% dari luas wilayahnya.Kata Kunci:
Penentuan Variabel Berpengaruh Dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan DWI PUTRI HERITASARI; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.351 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i1.11045

Abstract

Penetapan kawasan strategis ekonomi di wilayah pesisir utara Kota Pasuruan, sesuai dengan tujuannya yakni harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan ekonomi lokal pada bidang perikanan. Pengembangan kawasan dilakukan dengan berlandaskan pada konsep pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan yang menitikberatkan pada empat pilar pembangunan yaitu lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan politik kelembagaan yang harus saling terkait dan seimbang. Akan tetapi, pada kawasan strategis ekonomi pesisir utara Kota Pasuruan ini kegiatan perikanannya belum menampakkan keseimbangan dari segi pengelolaan lingkungan, kondisi sosial masyarakat, pertumbuhan ekonomi, serta politik kelembagaannya. Artikel ini adalah bagian dari penelitian terkait pengembangan kawasan strategis ekonomi wilayah pesisir utara pada bidang perikanan di Kota Pasuruan, dimana artikel ini memuat proses awal dalam penelitian tersebut. Pada artikel ini akan dibahas dan didapatkan variabel yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan strategis ekonomi pesisir utara Kota Pasuruan yang selanjutnya akan menjadi input dalam penilaian tingkat keberlajutan sampai pada perumusan strategi pengembangan kawasan strategis ekonomi pesisir utara Kota Pasuruan.
Arahan Pengembangan Green Infrastructure Pendukung Kuantitas Air Tanah di Kelurahan Sarangan Magetan berdasarkan Persepsi Stakeholder Rachmadiarazaq Rachmadiarazaq; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.55633

Abstract

Kelurahan Sarangan yang terletak di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur terpapar bahaya dan risiko kekeringan. Penduduk di Kecamatan Sarangan memiliki terpapar kekeringan hingga 100%, dengan bahaya kekeringan pada tingkat sedang hingga tinggi, kerentanan kekeringan pada tingkat rendah hingga tinggi, dan risiko kekeringan pada tingkat rendah hingga tinggi. Untuk menghindari potensi risiko yang semakin besar, maka perlu dirumuskan langkah-langkah pencegahan. Infrastruktur hijau dipilih sebagai alternatif karena memiliki dampak positif terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan infrastruktur hijau untuk peningkatan kuantitas air tanah pada Kelurahan Sarangan, Magetan, berdasarkan persepsi stakeholder. Langkah pertama adalah mengidentifikasi ketersediaan dan kondisi infrastruktur hijau yang dapat meningkatkan kuantitas sumber daya air tanah. Langkah kedua adalah mengidentifikasi komponen prioritas infrastruktur hijau menggunakan Importance-Performance Analysis (IPA). Langkah terakhir adalah merumuskan arahan pengembangan infrastruktur hijau untuk peningkatan kuantitas air tanah menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rainwater harvesting termasuk dalam kuadran 'prioritas utama', di mana strategi pengembangan infrastruktur hijau harus mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk jenis infrastruktur hijau ini. Sedangkan empat jenis infrastruktur hijau lainnya, yaitu permeable pavements, green streets, urban tree canopy, dan retention pond termasuk dalam kuadran 'pertahankan kinerja', di mana strategi pengembangan infrastruktur hijau harus tetap menjaga keempat jenis infrastruktur hijau tersebut untuk memastikan bahwa kinerja infrastruktur-infrastruktur tersebut tidak menurun.
Arahan Pengembangan Infrastruktur Hijau sebagai Pendukung Pasokan Air di Surabaya Aniadela Wulandhanti; Rulli Pratiwi Setiawan
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.69653

Abstract

Surabaya merupakan salah satu kota yang pertumbuhan populasinya berkembang pesat. Semakin bertambahnya populasi, akan terjadi peningkatan konsumsi air yang dapat menyebabkan kelangkaan air apabila tidak dikelola dengan baik. Pada tahun 2017, rata-rata konsumsi air telah melebihi rata-rata nasional dan diprediksi akan terus meningkat. Selama pandemi Covid-19, masyarakat menggunakan air untuk kebutuhan domestik lebih banyak daripada saat kondisi normal. Berdasarkan praktik yang pernah dilakukan, implementasi infrastruktur hijau dapat menyediakan air tambahan untuk kebutuhan air kota. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan pengembangan infrastruktur hijau dalam mendukung suplai air di Kota Surabaya. Pertama, penelitian ini menggunakan proyeksi pertumbuhan penduduk dan proyeksi kebutuhan air bersih untuk mengetahui kebutuhan air untuk kegiatan domestik hingga tahun 2050. Selanjutnya, dilakukan analisis isi untuk mengetahui ketersediaan dan kondisi infrastruktur hijau di Surabaya. Tahap terakhir menggunakan analisis triangulasi untuk merumuskan arahan pengembangan infrastruktur hijau sebagai pendukung pasokan air bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Surabaya akan mengalami defisit air di tahun 2035. Boezem serta jalur hijau dan taman merupakan jenis infrastruktur hijau yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pasokan air bersih di Surabaya. Arahan pengembangan infrastruktur hijau meliputi penyediaan instalasi pengolahan dan jaringan air di Kecamatan Semampir, Kenjeran, Bulak, Pakal, dan Benowo, yang tersebar dalam 15 kelurahan untuk menyuplai air kebutuhan domestik. Dengan memanfaatkan boezem yang ada di sekitarnya, akan menambah pasokan air sebesar ±10.805m³ di Surabaya utara dan ±297.272m³ di Surabaya barat.