Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan Drug Related Problems (DRPs) dan Outcome Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Dengan Diabetes Melitus Tista Ayu Fortuna; Fita Rahmawati; Nanang Munif Yasin
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 11, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.62602

Abstract

Tuberkulosis dan Diabetes adalah kondisi penyakit yang saling berkaitan sehingga diperlukan terapi agresif untuk mengatasinya. Adanya Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi dapat mempengaruhi outcome pengobatan pasien Tuberkulosis-Diabetes Mellitus (TB-DM). Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan terjadinya DRPs dan outcome pengobatan pasien TB-DM. Penelitian menggunakan rancangan kohort retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan consecutive sampling  melalui catatan rekam medik pasien TB-DM pada 9 Puskesmas di Kota Malang. Sejumlah 100 kasus pasien TB-DM yang menjalani pengobatan  tahun 2017 hingga 2020 yang memenuhi kriteria inklusi selanjutnya  dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mengalami DRPs dan kelompok pasien yang tidak mengalami DRPs sejumlah masing-masing 48 pasien dan 52 pasien. Jenis DRPs mengikuti klasifikasi Cipolle 2004. Outcome pengobatan dinilai berdasarkan hasil tes BTA (Bakteri Tahan Asam) pada akhir masa pengobatan bulan kedua. Analisis data menggunakan statistik Chis-quare dilanjutkan analisis multivariat untuk menganalisis adanya variabel perancu yang diprediksikan dapat mempengaruhi outcome pengobatan pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kejadian DRPs dan outcome pengobatan pasien (p-value <0,05). Pasien dengan DRPs 5,41 kali lebih beresiko mengalami kegagalan terapi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami DRPs (RR 5,417; 95% CI, 1,994-14,713). Keterlibatan farmasi klinis sangat diperlukan untuk mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat serta monitoring pengobatan pada pasien TB-DM yang ada di Puskesmas sehingga luaran pengobatan menjadi optimal
Studi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Tahap Lanjutan pada Pasien Baru BTA Positif Tista Ayu Fortuna; Hidajah Rachmawati; Didik Hasmono; Hidayah Karuniawati
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/pharmacon.v19i1.17907

Abstract

Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis will cause pain and death if not treated properly. OAT (Antituberculosis Drugs) is a treatment for tuberculosis patients. OAT has different dosage regimens and types of drugs. Treatment of TB patients consists of two phases (intensive and continuation phases). The continuation phase was at to kill dormant bacteria to prevent recurrence in patients. The purpose of this study was to determine and evaluate the pattern of using OAT in patients newly diagnosed rwith smear-positive at the continuation phase. This study is an observational descriptive study with results showing that the pattern of using OAT-KDT in patients was 89% and OAT-Separated was 11%. The pattern of using the OAT-KDT dose was 1x3 2KDT tablets. Another combination of antibiotics given to the patient is cotrimoxazole at a dose of 1x960mg. The side effect of OAT is an increase in serum transaminase and nausea each with a percentage of 23%. Based on the research, it can be concluded that the pattern of using OAT in Tuberculosis patients has followed the guidelines for the management of Tuberculosis treatment.
Pengobatan Gratis Sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Desa Potronayan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali Hidayah Karuniawati; H Haryoto; Tanti Azizah Sujono; Tista Ayu Fortuna; Khusnul Khotimah; Andi Suhendi; Burhanudin Ichsan; Dwi Sarbini; M Muhtadi; Mariska Sri Harlianti; Listiana Masyita Dewi; Erna Herawati; Raafika Studiviani; Haya Nabilah Utama; Marsilia Rosa Sinensis HI; Laila Dzafira; Haliza Arzeti Nurseptiria; Ardalia Rinanda Oktaviani; Rizki Ainun Fitriani; Lina Ayu Kusumastuti; Sayyidah Nurul Muslihah; A Anifatussaa'dah; Faridita khoirun Nisa'; Fahriza Mei Trihatmoko; Rahardian Surya Basusena; Fidhia Nur Rifaini; Tia Mella Citra; Ida Maesaroh; Vitania Marsya
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 16th University Research Colloquium 2022: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting setiap orang karena dengan tercapaianya kesehatan akan memungkinakan terlaksananya kegiatan atau aktifitas yang lain. Kesehatan merupakan hak setiap orang dengan tidak mengenal tingkat ekonomi seseorang. Ekonomi yang minim diprediksi menjadi salah satu hambatan dalam mendapatkan kesehatan yang maksimal. Peran tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam mambantu pasien mendapatkan kesehatan yang optimal. Salah satu kegiatan yang dapat membantu masyarakat terutama dengan ekonomi yang minim adalah pengobatan gratis. Pengobatan gratis yang merupakan salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan di balai desa Potronayan kecamatan Nogosari, kabupaten Boyolali pada ahad 31 Juli 2022. Selain pengobatan gratis, kegiatan yang lain adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pelayanan obat dan konseling obat serta pelayanan gizi. Kegiatan ini diikuti oleh 105 pasien. Pasien kebanyakan adalah wanita (73,3%) dengan usia terbanyak adalah antara 51 tahun sampai 60 tahun sebanyak 32,38%.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KEBERHASILAN TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2021 Refi Andriyani; Tista Ayu Fortuna
Usadha Journal of Pharmacy Vol. 2 No. 3 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/ujp.v2i3.108

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang keberadaannya dapat menimbulkan risiko terhadap penyakit komplikasi lainnya. Diabetes mellitus seringkali menjadi salah satu penyakit komplikasi yang umum diderita oleh pasien. Tingginya kasus hipertensi tiap tahunnya serta dampak dari hipertensi dengan diabetes mellitus sehingga memungkinkan penggunaan obat yang tidak tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan penggunaan obat antihipertensi dan mengetahui keberhasilan terapi pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes mellitus di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental dengan analisis deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data dari rekam medis pasien. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling, sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi pasien rawat jalan usia diatas 40 tahun yang didiagnosis hipertensi dengan diabetes mellitus, serta pasien dengan data rekam medis yang lengkap. Sedangkan kriteria eksklusi meliputi pasien hipertensi dengan komorbid penyakit jantung, serta pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap. Diperoleh data sebanyak 147 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2021 didapatkan hasil sebesar 93,88% tepat dan 6,12% tidak tepat. Ketepatan penggunaan obat meliputi tepat indikasi 100%, tepat pasien 100%, tepat obat 100% dan tepat dosis 93,88%. Regimen terapi antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu terapi antihipertensi tunggal sejumlah 84 pasien (45,40%), sedangkan terapi antihipertensi kombinasi sejumlah 101 pasien (54,60%). Candesartan merupakan obat antihipertensi tunggal yang paling banyak digunakan oleh 33 pasien (17,84%). Sementara itu, kombinasi amlodipin dengan candesartan adalah obat antihipertensi kombinasi yang paling banyak digunakan oleh 35 pasien (18,92%). Berdasarkan keberhasilan terapi antihipertensi hasilnya menunjukkan bahwa 89 pasien (60,54%) memiliki tekanan darah terkontrol, sedangkan 58 pasien (39,46%) memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol.
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEM (DRPs) PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM KLATEN PERIODE NOVEMBER 2021-OKTOBER 2022 Nabilla Marisya Affifah Putri; Tista Ayu Fortuna; Ni Nyoman Yudianti Mendra
Usadha Journal of Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2024): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/ujp.v3i2.318

Abstract

Demam tifoid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme Salmonella typhi. Ketidaktepatan pemberian terapi pada pasien dapat meningkatkan resiko kejadian Drug Related Problems (DRPs). Tingginya kejadian (DRPs) dapat mempengaruhi keberhasilan terapi pada pasien, sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kejadian DRPs yang meliputi kategori efek samping, interaksi pengobatan, dosis terlalu rendah serta dosis terlalu tinggi pada pasien demam tifoid di instalasi rawat inap periode November 2021-Oktober 2022. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif, dimana peneliti akan mengevaluasi pengobatan demam tifoid yang didapatkan oleh pasien. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi pasien meliputi usia lebih dari 18 tahun, pasien demam tifoid dengan atau tanpa penyakit penyerta dan pasien dengan rekam medis yang lengkap. Kiteria eksklusi meliputi pasien dengan data rekam medis yang tidak terbaca dan pasien dengan penyakit penyerta infeksi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 67 pasien, sebanyak 36 pasien (53,73%) mengalami DRPs dan 31 pasien (46,27%) tidak mengalami DRPs. Antibiotik yang paling banyak digunakan adalah levofloksasin 67 pasien (100%), kemudian diikuti dengan ampisilin 3 pasien (4,48%) serta sefiksim 3 pasien (4,48%). Penggunaaan terapi suportif yang paling banyak diberikan adalah parasetamol 67 pasien (100%). Jumlah DRPs yang terjadi sebanyak 65 kasus dengan rincian kategori dosis terlalu rendah 13 kasus (20%), dosis terlalu tinggi 2 kasus (3,08%), efek samping 14 kasus (21,54%), dan interaksi obat 36 kasus (55,38%).