Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

EFEK PENAMBAHAN ANTIOKSIDAN TERHADAP SIFAT SENSORI DAN LAMA SIMPAN ROTI TAWAR YANG DIFORTIFIKASI DENGAN MINYAK IKAN [The Effect of Addition of Antioxidant to Sensory Characteristic and Shelf Life of Bread Fortified by Fish Oil] Sugiharto, Ribut; Koesoemawardhani, Dyah; Apriyani, Tias
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol 21, No 2 (2016): Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian
Publisher : Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.614 KB) | DOI: 10.23960/jtihp.v21i2.107 - 120

Abstract

White bread is the kind of food which contains high carbohydrates content, but it does not have omega-3 fatty acids.  The composition of omega-3 fatty acids can be increased by fortification with fish oil, as a source of omega-3 fatty acids.  However, the fish oil is very susceptible to oxidation, which causes changes in aroma and flavor, as well as affect the shelf life of the bread.  Therefore, addition of antioxidants into white bread fortified with fish oil is needed to maintain the sensory properties and extend the shelf life of the bread.  This study aimed to get the right combination of adding antioxidants to maintain the sensory properties and extend the shelf life of the white bread fortified with fish oil.  The research was arranged in Randomized Block Design Complete (RBDC) with two factors, that were combination of ascorbic acid and BHA (0% and 0,02% w/w; 0,005% w/w and 0,015% w/w; 0,01% w/w and 0,001% w/w; 0,0015% w/w and 0,005 w/w; and 0,02% w/w and 0, respectivelly), and storage time (0, 3, and 6 days).  All the data from the experiment were analyzed by Bartlett Test for equality of variance and Tukey Test for data additivity.  The data were analyzed by Analyzed of Variant to get the error variance estimators and differences between treatments.  The data were analyzed further by LSD Test to determine the best treatment.  The result showed that addition of the 0,010% w/w of ascorbic acid and 0,010% w/w of BHA into fortified bread produced the bread that had the best organoleptic properties and the lowest peroxide value.  Additionally, such treatment produced the bread that  could be stored for 3 days without changing its organoleptic properties significantly.Key words:  fish oil, fortification, omega-3, white bread.
PRODUKSI KOPI BUBUK TERINTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU PADA KELOMPOK SERBA USAHA SRIKANDI DI KABUPATEN TANGGAMUS Maria Erna Kustyawati; Sri Sri Setyani; Ribut Sugiharto; Sri Waluyo
Batoboh: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 2, No 1 (2017): Batoboh -Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bt.v2i1.346

Abstract

Produk kopi bubuk yang diproduksi oleh Kelompok Serba Usaha (KSU) Srikandi Pekon Ngarip Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus dan Pemkab Tanggamus mempunyai kelemahan dalam hal warna, aroma serta rasa. Demikian juga harga yang masih rendah. Penyuluhan teknik tahapan produksi kopi bubuk dan pelatihan serta pendampingan untuk memperoleh PIRT dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keamanan produk kopi bubuk. Target luaran yang ingin dicapai yaitu kopi bubuk dengan warna kayumanis, dan rasa khas kopi bubuk dengan harga meningkat 50%. Metode pelaksanaannya dengan penyuluhan dan pelatihan dilanjutkan dengan pendampingan pada Kelompok Serba Usaha Srikandi pada lokasi dengan jarak lebih kurang 90 km dari Bandar Lampung. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa 90% anggota mitra melakukan pengolahan kopi beras sesuai tahapan dengan baik. Sebanyak 80% anggota melakukan praktek penyiapan dan pengolahan kopi bubuk secara higien. Perolehan PIRT masih 60%. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk (100g/kemasan) adalah 87,5%. Dengan demikian peningkatan mutu dan pengemasan kopi bubuk telah tercapai. Usaha untuk memperoleh PIRT diperlukan lay out peralatan produksi di dalam rumah produksi yang sesuai dengan higienitas sehingga diperlukan rumah produksi yang sesuai
Pemberdayaan wanita Kelompok Serba Usaha Srikandi melalui diversifikasi produk kopi bubuk herbal Maria Erna Kustyawati; Ribut Sugiharto; Sri Waluyo; Erlina Erlina
Riau Journal of Empowerment Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.891 KB) | DOI: 10.31258/raje.2.1.13

Abstract

The community service was aimed to improve the quality and enhance the marketing of ground coffee owned by Business Group of Srikandi (KSU Srikandi), a group of women coffee farmers located in Sidorejo, Pekon Ngarip, Ulu Belu Subdistrict, Tanggamus Regency of Lampung. KSU Srikandi has produced ground coffee since 2015. However, the group has problems on limited market and low quality of coffee beans. The community services have been done to overcome the issues. The actions are counselling, demonstrations on constructing production house to enhance the sanitizing program, labelling system, and achieving household industrial food production certificate (P-IRT). The result indicated that the production increase 19.1% in a month due to the labelling system, achievement of P-IRT, and construction of production house, which enhanced sanitizing, staff coordination, and direct product selling. Also, product development of ground coffee with cinnamon aroma helped to expand the market. In the future, KSU Srikandi hopes to make the coffee plantation area and its ground coffee products become a tourism coffee spot.
Penyuluhan dan Pelatihan Diversifikasi Olahan Ubi Ungu di Kelompok Pengajian Nurul Huda Kelurahan Kotabaru Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung Novita Herdiana; Maria Erna; Ribut Sugiharto; Deary Amethy
Jurnal Pengabdian Dharma Wacana Vol 3, No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Dharma Wacana
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dharma Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37295/jpdw.v3i1.264

Abstract

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var Ayumurasaki) atau biasa disebut Ipomoea batatas L. merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak tumbuh di Negara Indonesia. Ubi ungu ini memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu pekat).Selain ubi ungu, ubi juga memiliki beberapa jenis yaitu ubi putih, merah, dan kuning. Ubi jalar ungu menjadi sumber vitamin C dan betakaroten (provitamin A) yang sangat baik. Kandungan betakaroten ubi jalar ungu lebih tinggi dibandingkan ubi jalar kuning. Selain vitamin C, betakaroten, dan vitamin A, komponen yang terpenting adalah kandungan antosianin (Nurdjanah dan Yuliana, 2016). Salah satu diversifikasi dari olahan ubi ungu adalah donat. Donat (Donut) adalah sejenis cake mini ataupun kue kering dengan bentuk yang khas, yaitu berlubang di tengah seperti cincin dan berbentuk bulat jika diisi sesuatu.Donat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bread doughnut dan cake doughnut. Cake doughnut adalah jenis donat yang dibuat dengan tepung kue dan mengembang dengan bantuan baking powder sementara bread doughnut adalah donat yang dibuat dengan tepung khusus roti dan difermentasi dengan bantuan ragi (Pratiwi, 2020). Kelompok Pengajian Nurul Huda Kelurahan Kotabaru Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung terdiri dari kaum ibu –ibu yang kebanyakan berprofesi sebagai ibu rumah tangga.Secara umum perekonomian Kelompok Pengajian Nurul Huda Kelurahan Kotabaru Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung termasuk ekonomi sedang. Dimana rata – rata latar belakang pendidikan kelompok pengajian ini umumnya hanya tamatan SMP dan SMA namun ada juga yang Sarjana. Tujuan dari kegiatan ini adalah Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok Pengajian Nurul Huda Kelurahan Kotabaru mengenai keamanan pangan, pembuatan donat ubi ungu, sanitasi dan higiene analisis usaha pembuatan diversifikasi produk olahan ubi ungu yaitu donat ubi ungu. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : Universitas lampung, yaitu sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya memberikan sumbangan bagi pelaksanaan pembangunan sedangkan untuk kelompok Pengajian Nurul Huda Kelurahan Kotabaru, yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam membuat diversifikasi produk olahan ubi ungu (donat ubi ungu)
Effect of Spontaneous Lactic Acid Fermentation on Physico-Chemical Properties of Sweet Potato Flour NETI YULIANA; SITI NURDJANAH; RIBUT SUGIHARTO; DEARY AMETHY
Microbiology Indonesia Vol. 8 No. 1 (2014): March 2014
Publisher : Indonesian Society for microbiology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1032.252 KB) | DOI: 10.5454/mi.8.1.1

Abstract

Native sweet potato flour is usually has low whiteness index and limited application to food systems due to its  inherent functional properties. Therefore,  it needs modification process  to  improve  this property. In  this study, sweet potatoes cubes were  lactic spontaneously fermented for 120 h before being processed  to flour  to modify  its properties. Selected physico-chemical properties of flour were then determined and compared with the control (without fermentation). The results showed that lactic acid fermentation significantly caused more changes on flour properties. The lactic acid fermentation caused an alteration in the starch granules as evident by Scanning Electron Microscopy. When compared to the control flour, spontaneous fermented flour had lower solubility, higher swelling power, and paste viscosity.  The results suggested lactic spontaneous fermentation within 120 h period of  time could provide a greater extent of  flour modification.
Penyuluhan dan Pelatihan Pengembangan Produk Olahan Cabai Dalam Rangka Peningkatan Gizi dan Ekonomi Masyarakat Di Kelompok Wanita Tani Sido Lestari Pekon Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Novita Herdiana; Sugiharto, Ribut; Satyajaya, Wisnu; Sartika, Dewi
Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Inovatif Vol. 1 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Inovatif
Publisher : Research and Social Study Institute (RESSI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70110/jppmi.v1i1.1

Abstract

Cabai termasuk bahan makanan yang mudah busuk, maka untuk mengawetkannya sering dibuat cabai kering dan saus cabai. Selain itu untuk mengawetkan dan meningkatkan nilai ekonomisnya, cabai biasa dibuat dalam bentuk manisan maupun abon. Pembuatan manisan maupun abon cabai merupakan salah satu alternative untuk memperpanjang daya simpan pangan. Dengan demikian pembuatan manisan dan abon cabai dapat memperpanjang umur cabai, menyelamatkan panen dan menambah khasanah pengawetan cabai. Masyarakat di pekon Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus, umumnya memiliki mata pencarian sebagai petani sayuran namun ada beberapa petani yang menanam cabai, sedangkan kalangan ibu – ibunya lebih banyak berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok wanita tani Sido Lestari mengenai cara pembuatan diversifikasi olahan cabai (abon dan manisan). Tujuan dari kegiatan ini adalah Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok wanita tani sido lestari mengenai sanitasi dan higiene selama proses pembuatan diversifikasi produk olahan cabai (abon dan manisan), Meningkatkan pengetahuan kelompok Wanita Tani Sido Lestari mengenai wirausaha dan analisis usaha pembuatan diversifikasi produk olahan cabai (abon dan manisan). Kegiatan ini Manfaat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : Universitas lampung, yaitu sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya memberikan sumbangan bagi pelaksanaan pembangunan,Kelompok Wanita Tani Sido Lestari, yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan gizi keluarga dan meningkatkan pendapatan dengan membuat diversifikasi produk olahan cabai (abon dan manisan)
Modifikasi dan Uji Kinerja Mesin Pemasak Semi Otomatis Gula Semut Puspita Yuliandari; Erdi Suroso; Latifa Indraningtyas; Sugiharto, Ribut; Elhamida Rizkiea Amin; Supiatun; Tawarina Br. Siregar
Berkala Ilmiah Pertanian Vol. 8 No. 2 (2025): Mei 2025
Publisher : Jember University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bip.v8i2.53701

Abstract

Proses pemasakan dan kristalisasi gula semut, selama ini masih dilakukan dengan metode konvensional. Metode tersebut memiliki kelemahan karena gula yang dihasilkan mengandung kadar air yang tinggi dan memerlukan waktu untuk proses pembuatan yang lama. Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi dan menganalisis mesin semi otomatis gula semut untuk menghasilkan gula semut dengan kadar air yang lebih rendah. Alat yang digunakan adalah Mesin Pemasak Semi Otomatis Gula Semut. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari frekuensi dan kecepatan pengaduk. Perlakuan kontrol mesin meliputi kecepatan pengaduk dengan penambahan inverter, alat pengaduk, blower (pengganti kipas), dan alat penggerus dengan perlakuan pengaturan 3 (tiga) frekuensi yaitu 20 Hz, 30 Hz, dan 40 Hz dan kecepatan putaran alat pengaduk yaitu 12 rpm, 18 rpm dan 24 rpm. Kedua perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Pengujian mesin menggunakan bahan baku nira kelapa sebanyak 20 l. Peubah dilakukan dengan memperhitungkan penurunan kadar air, kecepatan pengaduk, torsi, kecepatan bahan bakar (LPG), dan biaya listrik. Modifikasi mesin pemasak semi otomatis dengan perubahan kipas menjadi blower dan penambahan inverter menghasilkan durasi pemasakan yang lebih cepat dibanding mesin pemasak sebelum modifikasi. Waktu yang digunakan mesin pemasak setelah modifikasi adalah 119,7 menit pada proses evaporasi dan 12 menit pada proses kristalisasi, sedangkan sebelum modifikasi, waktu yang digunakan untuk proses evaporasi adalah 150 menit dan 40 menit pada proses kristalisasi. Kadar air yang dihasilkan setelah modifikasi berkisar 2,17 – 2,81 % sedangkan sebelum modifikasi 2,96 – 4,56 %. Selain itu, ukuran partikel gula semut yang dihasilkan jauh lebih seragam dimandingkan dengan mesin pemasak sebelum modifikasi (berbentuk bongkahan).
Pengenalan Oven Surya untuk Pengeringan Gula Semut dalam Rangka Peningkatan Produksi dan Mutu Produk pada KWT Putri Handayani di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung Sugiharto, Ribut; Herdiana, Novita; Anungputri, Pramita Sari; Fadhallah, Esa Ghanim
Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Vol 2 No 2, September
Publisher : Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpfp.v2i2.7634

Abstract

Kondisi cuaca yang tidak stabil menyebabkan hambatan dalam proses produksi gula semut dan menimbulkan ketidakpastian terhadap mutu produk. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tujuan untuk mengenalkan dan memberikan pelatihan penggunaan alat pengering surya guna meningkatkan produksi dan mutu gula semut. Metode pelaksanaan kegiatan ini melibatkan ceramah, diskusi, dan tanya jawab sebagai sarana pemahaman materi dan diskusi terkait pengembangan produksi gula semut. Selanjutnya, dilakukan praktek penggunaan alat pengering surya. Kegiatan pengabdian ini berlangsung selama 4 bulan. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa anggota KWT Putri Handayani antusias dan memiliki minat untuk menggunakan oven surya dalam proses pengeringan gula semut, dan setelah mengadopsi metode ini, mereka merasakan peningkatan mutu produk dan percepatan proses pengeringan. Selain itu, anggota KWT Putri Handayani mampu memproduksi oven surya sendiri setelah pelatihan. Rekomendasi untuk masa mendatang adalah melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat lanjutan yang melibatkan pelatihan peningkatan mutu produk dan kemasan gula semut, evaluasi pasar, dan metode pemasaran, termasuk penjualan online.
PENGARUH PERLAKUAN AWAL DAN CARA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT SENSORI BUBUK CABAI DAUN JERUK PURUT (Citrus hystric D.C) Citra, Meitriliana; Suharyono, Suharyono; Sugiharto, Ribut; Koesoemawardani, Dyah
Jurnal Agroindustri Berkelanjutan Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jab.v2i1.7227

Abstract

Bubuk cabai merah dengan campuran daun jeruk purut merupakan diversifikasi produk hasil pertanian yang saat ini sedang dikembangkan. Namun, mutu produk dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah perlakuan awal dan metode pengeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode perlakuan awal dan metode pengeringan serta interaksi keduanya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan awal; blansing pada suhu 90°C selama 6 menit (B1), blansing pada suhu 80°C selama 20 menit (B2), blansing pada suhu 90°C selama 6 menit dengan penambahan 0,2% natrium metabisulfit (B3), suhu blansing 80°C selama 20 menit dengan penambahan 0,2% natrium metabisulfit (B4) dan tanpa blansing (B5). Faktor kedua adalah metode pengeringan; pengeringan dengan sinar matahari sampai kadar air produk di bawah 12% (P1) dan pengeringan oven pada suhu 80°C selama 8 jam (P2). Data yang dihasilkan dianalisis homogenitas dengan uji Barlett, aditifitas dengan uji Tuckey, perbedaan antar perlakuan dengan analisis ragam. Selanjutnya, data dianalisis dengan perbandingan ortogonal untuk mendapatkan perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P1B4 merupakan perlakuan terbaik dengan warna bata (2,42) aroma khas daun jeruk) (2,25), rasa pedas (2,26), rasa lebih disukai panelis (2,27), penerimaan keseluruhan disukai panelis (2,26), dan kandungan vitamin C 201,48 mg/g. Seluruh perlakuan serbuk cabai daun jeruk menghasilkan kadar air tidak melebihi batas yang dipersyaratkan SNI 01-3709-1995 dan residu sulfit pada perlakuan B3 dan B4 tidak melebihi persyaratan BPOM 2013.
PURPLE SWEET POTATO BARS DENGAN PENAMBAHAN PISANG AMBON DAN KACANG HIJAU : EVALUASI SIFAT KIMIA, FISIK, DAN SENSORI Purple Sweet Potato Bars with Addition of Ambon Banana and Mung Beans: Evaluation of Chemical, Physical and Sensory Properties Sussi Agustin, Dieffa; Astuti, Sussi; Sugiharto, Ribut; Nurdjanah, Siti
Jurnal Agroindustri Berkelanjutan Vol. 2 No. 2 (2023)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jab.v2i2.8032

Abstract

The research aimed to obtain the formulation of additional ambon banana and mung beans in purple sweet potato bars with chemical, physical, and sensory properties that can accepted by consumers. The research was arranged in a Complete Randomized Block Design (CRBD) with nine treatments and three replications. Comparative treatment of ambon banana and mung beans consists of nine levels, namely F1 (10%:90%); F2 (20%:80%); F3 (30%:70%); F4 (40%:60%); F5 (50%:50%); F6 (60%:40%); F7 (70%:30%); F8 (80%:20%); and F9 (90%:10%). The data obtained were analyzed for the similarity of variance with the Bartlett test and the addition of the data tested by the Tuckey test; then, the data were analyzed by variance to determine the effect between treatments. If there is a significant effect, the data is further analyzed by Honestly Significant Difference (HSD) at the level of 5%. The results showed that the best purple sweet potato bars in the F6 treatment (60% ambon banana and 40% mung beans) were found. The best treatment of purple sweet potato bars (F6) produces moisture content of 16,88%, ash content of 2,84%, protein content of 5,72%, fat content 1,77%, crude fibre content 1,55%, and content carbohydrate 71,25%, calorical value 80,95 kkal/25 g equivalent to 97,24 kkal/30 g, water activity (aw) 0,83, and physical properties (texture) 0,85 kg.s/mm, aroma with a score of 3,58 (likes), taste with a score of 3,99 (likes), texture with a score of 3,71 (likes), and overall acceptance with a score of 3,75 (likes). Moisture content and water activity (aw) purple sweet potato bars with the addition of ambon banana and mung beans, all formulations compliant with standard Intermediate Moisture Food that is moisture content 10–40% and water activity (aw) 0,6–0,9.