Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Borneo Journal of Medical Laboratory Technology

Hubungan Jumlah Monosit Dan Nilai Laju Endap Darah (LED) Terhadap Lama Pengobatan Pasien Tuberculosis : Correlation Of Monocyte Number And Erythrocyte Sedimentation Rate (Esr) Value Against To Duration Of Treatment In Tuberculosis Patients Kadarwati, Ari; Sukeksi, Andri; Putri, Gela Setya Ayu
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol. 6 No. 1 (2023): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v6i1.6077

Abstract

Tuberculosis (TBC) is a bacterial infection caused by Mycobacterium tuberculosis. The duration of TBC treatment is routinely 6 months; otherwise, resistance will develop. TBC can increase leukocytes, including monocytosis as an inflammatory response and an elevated ESR. The aim of this study was to determine the relationship between the number of monocytes and the ESR value on the duration of tuberculosis treatment in patients at the Respira Lung Hospital, Yogyakarta City. The study was conducted in June and July 2023 at the Respira Pulmonary Hospital in Yogyakarta City. The study sample was 32 tuberculosis patients and blood was drawn to determine the monocyte number and ESR value. The results showed that the average number of monocytes was 7% (normal), the ESR value was 41.59 mm/hour (high) with the average duration of tuberculosis treatment for respondents was 3 months. Spearman test obtained Sig p<0.05. This study concluded that there is a correlation between the number of monocytes and the ESR value on the duration of TB treatment in patients at the Respira Lung Hospital in Yogyakarta City, with the direction of the relationship reversed.
Pengaruh Penundaan Sampel Terhadap Nilai Agregasi Trombosit Darah Sitrat Pada Suhu Ruang (25ºC) Putri, Gela Setya Ayu; Ulya, Iha Himatul; Sukeksi, Andri
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol. 8 No. 1 (2025): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v8i1.10651

Abstract

Pemeriksaan agregasi trombosit merupakan pemeriksaan penting untuk mengevaluasi fungsi trombosit. Pemeriksaan ini bersifat sangat sensitif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti konsentrasi sodium sitrat, jumlah trombosit, suhu penyimpanan, dan waktu penundaan pemeriksaan. Metode pemeriksaan dapat dilakukan secara otomatis maupun manual, salah satunya menggunakan metode Velaskar. Permasalahan yang sering terjadi di laboratorium adalah penundaan pemeriksaan, yang berpotensi menyebabkan kerusakan fungsi trombosit sehingga meningkatkan persentase agregasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan persentase agregasi trombosit berdasarkan variasi waktu penundaan sampel darah sitrat pada suhu ruang (25°C). Desain penelitian yang digunakan adalah analitik eksperimental. Sampel darah vena diperoleh dari enam responden, kemudian dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan yaitu kelompok segera diperiksa (kontrol), ditunda 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Agregasi trombosit diperiksa menggunakan metode Velaskar dengan pewarnaan Giemsa. Data dianalisis dengan One-Way Anova dan Post-Hoc. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase agregasi trombosit pada kelompok kontrol, penundaan 2 jam, 3 jam, dan 4 jam berturut-turut adalah 56,3%, 59,6%, 71,5%, dan 75,5%. Analisis One-Way Anova menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), menandakan adanya perbedaan bermakna antar kelompok. Uji Post Hoc mengungkap bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan penundaan 2 jam (p>0,05), sedangkan penundaan 3 dan 4 jam menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Dengan demikian, pemeriksaan agregasi trombosit masih dapat dilakukan hingga 2 jam setelah pengambilan sampel pada suhu ruang, namun penundaan lebih dari 2 jam tidak direkomendasikan karena dapat memengaruhi akurasi hasil.