Supriharyono Supriharyono
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 25 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

HUBUNGAN KERAPATAN LAMUN DENGAN KELIMPAHAN BAKTERI HETEROTROF DI PERAIRAN PANTAI KARTINI KABUPATEN JEPARA Ariyanti, Vera Nabila; Supriharyono, Supriharyono; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.93 KB)

Abstract

ABSTRAK Perairan pantai Kartini merupakan salah satu pantai yang ada di jawa tengah tepatnya di kabupaten Jepara. Perairan pantai Kartini tumbuh beberapa lamun, namun yang paling mendominasi adalah spesies Thalassia sp. Lamun yang merupakan produsen primer atau yang menempati trofik satu dalam sistem rantai makanan dimanfaatkan oleh biota herbivora namun lebih banyak dimanfaatkan oleh detritus feeder. Salah satu detritus feeder yang penting bagi kelangsungan ekosistem lamun yaitu bakteri heterotrof yang merupakan bakteri pengurai. Oleh karena itu perlu diketahui hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof di perairan pantai Kartini kabupaten Jepara. Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah mengetahui kerapatan lamun perairan pantai Kartini kabupaten Jepara, mengetahui total bakteri heterotrof pada lamun di perairan pantai Kartini kabupaten Jepara, dan mengetahui hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem lamun dan sampel daun lamun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan cara sampling purposive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2016. Hasil yang diperoleh Kerapatan lamun yang terdapat di perairan pantai Kartini, kabupaten Jepara adalah rata rata 67 tegakan/m2, dengan kerapatan tertinggi adalah 102 tegakan/m2 dan kerapatan terendah adalah 29 tegakan/m2. Kelimpahan total bakteri heterotrof pada lamun di perairan pantai Kartini, kabupaten Jepara yang tertinggi pada pengenceran 104 adalah 173333 x104 upk/ml dan yang terendah adalah 33333 x104 upk/ml. Kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof pada perairan pantai Kartini, kabupaten Jepara memiliki hubungan yang kuat karena nilai koefisien korelasi lebih dari 0,600 (r = 0,618). Kelimpahan bakteri dipengaruhi oleh kepadatan lamun, semakin padat lamun maka akan semakin melimpah jumlah bakteri heterotrofnya.Kata kunci: Lamun, Bakteri Heterotrof, Pantai Kartini Kabupaten Jepara.  ABSTRACT The coastal waters of Kartini is one of the coast located in Central Java, Kabupaten of Jepara. Seagrass at the coastal waters dominated by Thalassia sp. As seagrass as a primary producer and the first trophic level organism in the food chain is usually feed by herbivores but it is mostly used by detritus. One of the more important detritus in the ecosystem are the heterothropic bacterias who function as a decomposer. This is why it is important to figure out the correlation between the density of seagrass with the amount of heterothropic bacterias in the waters at the coast of Kartini in Jepara. The purpose of this study is to know the density of seagrass in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara, to know the investigate of heterothropic bacterias on Seagrass in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara and to analyse the correlation between the density of seagrass with the amount of heterothropic bacterias in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara. Materials used for this research are seagrass and samples of seagrass leaves. This research has been conducted in Februari to March 2016. The method used is a descriptive method with purposive sampling. The results obtained were the density of seagrass in the waters at the coast of Kartini was an average of 67 sprouts of seagrass/m2, with the highest density of 102 sprouts of seagrass/m2 and the lowest density of 29 sprouts of seagrass/m2.The total amount of heterothropic bacterias on seagrass in the waters at the coast of Kartini kabupaten Jepara was found at the most of 173333 x 104 upk/ml (diluted at 104) and at the least of 33333 x 104 upk/ml. Density of seagrass has a strong correlation with the amount of heterothropic bacterias in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara with a correlation coefficient high than 0,600 (r = 0,618). The amount of bacterias are influenced by the density of seagrass, the higher the density will also increase the amount of heterotrophic bacterias. Key words: Seagrass, Heterotrophic Bacterias, Coast of Kartini Kabupaten Jepara.
KANDUNGAN N DAN P HASIL DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE PADA SEDIMEN DI MARON MANGROVE EDU PARK, SEMARANG The Content of N and P Results of Decomposition of Litter of Mangrove Leaves in Sediments at Maron Mangrove Edu Park, Semarang Kanti, Hafidha Murti; Supriharyono, Supriharyono; Rahman, Arif
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 3 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.491 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i3.24260

Abstract

ABSTRAK Dekomposisi serasah daun yang disertai pelepasan nutrien merupakan fungsi yang sangat penting di perairan mangrove. Unsur hara yang diperlukan bagi lingkungan dari hasil proses dekomposisi antara lain N (Nitrogen) dan P (Phospor). Maron Mangrove Edupark merupakan salah satu ekosistem mangrove yang terletak di Tugurejo, Kota Semarang. Kawasan ini terdapat tambak dan dekat dengan pantai sehingga berfungsi sebagai pencegah abrasi. Untuk mengetahui peran vegetasi mangrove bagi lingkungan, dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan N dan P hasil dekomposisi serasah daun mangrove pada sedimen. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai tanggal 25 Maret 2019 sampai 22 April 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui kerapatan jenis mangrove yang ada, mengetahui kandungan N dan P pada hasil dekomposisi serasah daun mangrove pada sedimen dan hubungannya dengan tipe sedimen di Maron Mangrove Edupark, Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental melalui kontrol, manipulasi perlakuan di lapangan dan obervasi di lapangan. Penentuan stasiun berdasarkan jenis substrat, dan terdapat 4 stasiun penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan data kerapatan mangrove berkisar 2,72 Ind/m2 sampai 4,20 Ind/m2. Nilai suhu air berkisar 28-30°C, suhu udara berkisar 28-30°C , pH berkisar 6-7, salinitas berkisar 26-29, dan nilai DO berkisar 3,543-5,029. Kandungan nitrogen total berkisar 0,004-0,074% dan phospat berkisar 0,164-1,52%. Tekstur sedimen di stasiun A lempung berpasir, stasiun B lempung liat berpasir, stasiun C dan D substrat liat. Terdapat hubungan korelasi yang tinggi antara tekstur sedimen dengan nitrogen total, dan hubungan korelasi sedang dengan phospat. ABSTRACT Leaf litter decomposition which accompanied with releasing nutrient have an important function in mangrove waters. Nutrients needed for the environment from the results of decomposition, those are N (Nitrogen) and P (Phospor). Maron Mangrove Edupark is one of the mangrove ecosystems located in Tugurejo, Semarang City. This area has a pond and close to the beach so it serve an abrasion deterrent. To determine the role of mangrove vegetation for the environment, a study was conducted to determine the content of N and P resulting from decomposition of mangrove leaf litter in sediments. The study had been carried at from March 25, 2019 to April 22, 2019. The purpose of this study is to determine the density of existing mangrove species, determine the content of N and P in the decomposition of mangrove leaf litter in sediments and their relationship with sediment types at Maron Mangrove Edupark, Semarang. The method is an experimental method through control, manipulation of treatment in the field and observation. Station determination is based on substrate type, and there are 4 stations. The results of this study are the mangrove densities ranging from 2.72 Ind / m2 to 4.20 Ind / m2. The temperature of the water ranges from 28-30°C, the air temperature ranges from 28-30°C, pH ranged from 6-7, salinity ranged from 26-29, and DO values ranged from 3.543-5.029. The total nitrogen content ranges from 0.004-0.074% and phosphate ranges from 0.164 to 1.52%. Sediment texture in station A is a sandy loam, station B is a sandy clay loam, station C and D is a clay. There is a high correlation between the texture of sediment and total nitrogen, and a moderate correlation with phosphate.
DESKRIPSI KAWASAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN SIFAT BIOFISIK DAN FAKTOR SOSIAL DI MAROON MANGROVE EDUPARK DESA TUGUREJO SEMARANG, JAWA TENGAH (Description of Area in Mangrove Forest Based on Biophysical Properties and Social Factors in Maroon Mangrove EduPark, Tugurejo Village, Semarang, Central Java ) Sinaga, Riris Rezeki; Hendrarto, Boedi; Supriharyono, Supriharyono
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.065 KB)

Abstract

Kawasan sekitar Pantai Maron menjadi salah satu objek wisata baru di Kota Semarang bernama Maroon Mangrove EduPark (MMEP). MMEP merupakan kawasan seluas 1,5 hektar dengan kondisi hutan mangrove yang cukup luas. Rendahnya pengetahuan dan informasi pengelola merupakan permasalahan utama dalam pengelolaan. Tujuan penelitian ini mengetahui permasalahan dalam pengelolaan melalui karakteristik komunitas mangrove beserta kualitas perairan disekitarnya dari aspek nutrisi dan faktor-faktor penting dari aspek sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan metode sampling. Data terdiri atas data utama dan penunjang. Data utama meliputi biofisik lingkungan dan sosial. Data penunjang meliputi data yang sudah diukur sebelumnya. Analisa data dilakukan secara deskriptif dan pengujian menggunakan Analisa Faktor. Kawasan mangrove di Maroon Mangrove EduPark yang terdapat di Desa Tugurejo Kecamatan Tugu memiliki beberapa jenis tumbuhan mangrove tetapi yang paling dominan yaitu Rizhophora dengan nilai kerapatan berkisar antara 800-2000 P/ha. Kondisi kualitas perairan di MMEP adalah suhu dengan nilai rata -rata yaitu 33- 34 °C, Nilai pH dengan nilai rata-rata 6, Salinitas air berkisar antara 25 – 26 0/00, kandungan Nitrat berkisar antar 0,8 – 1,6 mg/L dan kandungan Fosfat berkisar antara 0,034 – 0,051 mg/L. Faktor penting untuk pengembangan wisata didapatkan dua buah yaitu faktor (1) fungsi ekosistem mangrove untuk masyarakat dan faktor (2) estetika dan kondisi hutan mangrove. Faktor penting yang didapatkan diharapkan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan. The area around Maroon Beach became one of the new tourist attraction in Semarang City named Maroon Mangrove EduPark (MMEP). MMEP is an area of 1.5 hectares with extensive mangrove forest conditions. The lack of knowledge and managerial information are a main problem in management. Purpose of this study was to know the problems in management through the characteristics of mangrove community and quality of surrounding waters from nutritional aspects and important factors from the social aspect. The research is used descriptive and sampling methods. Data consisted of main and supporting data. Primary data included environmental biophysics and social. The supporting data includes previously measured data. Data analysis were done descriptively and testing using Factor Analysis. Mangrove area in Maroon Mangrove EduPark located in Tugurejo Village Tugu District had several species of mangrove plants but the most dominant is Rizhophora with density values ranging between 800-2000 P / ha. The water quality condition in MMEP was temperature with average value of 33-34 ° C, pH value with average value 6, water salinity ranged from 25 - 26 0/00, Nitrate content ranges between 0,8 – 1,6 mg / L and Phosphate content ranges from 0,034 – 0,051 mg / L. Important factors for tourism development were two factors: (1) mangrove ecosystem function for community and factor (2) aesthetics and condition of mangrove forest. Important factors were expected to be a solution in the management.
PENYEBARAN BULU BABI (Sea Urchins) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA Afifa, Fitria Hersiana; Supriharyono, Supriharyono; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 3 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.681 KB)

Abstract

ABSTRAK Echinodermata merupakan salah satu phylum yang memiliki peranan penting di perairan terumbu karang, seperti ditemukan di Perairan Pulau Menjangan Kecil. Peranan Bulu Babi di ekosistem terumbu karang berkaitan dengan pengendalian ekspansi algae. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 dan 20 November 2016, dengan tujuan untuk mengetahui penyebaran Bulu Babi serta kelimpahan Bulu Babi pada kedalaman dan antar lokasi yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode eksplanatif. Stasiun pengukuran terdapat di zona muka dan belakang pulau yang terdapat terumbu karang, masing-masing stasiun dengan kedalaman yang berbeda. Pola penyebaran Bulu Babi dapat diketahui menggunakan formula ID= S2/  , berdasarkan rumus tersebut diketahui nilai ID (indeks dispersion) tiap kedalaman di dua lokasi yang berbeda. Hasil ID pada Lokasi A berbeda pada kedalaman 0-90cm dan 90-140cm ID < 1, sedangkan kedalaman 140-170cm dan >170cm ID > 1. Hasil ID lokasi B pada empat kedalaman yang berbeda yaitu ID>1. Berdasarkan hasil ID tersebut dapat diketahui bagaimana pola penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bulu Babi di Pulau Menjangan Kecil sebagian besar hidup mengelompok pada kedalaman yang ekosistem terumbu karang masih cukup baik. Kata Kunci: Pulau Menjangan Kecil; Penyebaran; Kelimpahan; Bulu Babi ABSTRACT Echinoderm is one of the phylum that has an important role in the waters of the coral reefs, as found in the waters of the Menjangan Kecil Island. The role of the sea urchins in the coral reef ecosystem is related to the control of algae expansion. The study was conducted in 19th  and 20th  November 2016, with the objective of knowing the spread abundance of sea urchins at different depths and locations. The method that used was explanative method. The measuring stations are located in the back and forth zones of coral reefs, each with different depths. Spread pattern of sea urchins can be known using the formula ID = S2 / x ̅, based on the formula is known value of ID (dispersion index) each depth at two different location. Result ID at Location A at 0-90 cm and 90-140 cm is ID <1, while at 140-170 cm and > 170 cm is ID> 1. The result of location ID B on four different depths is ID> 1. Based on the ID results can be known how the pattern of dissemination. This indicates that the sea urchins in Menjangan Kecil Island live mostly in groups at the depths of which coral reef ecosystems are still quite good. Keywords: Menjangan Kecil Island; Dispersal patterns; Abundanc;  Sea Urchins
PENGARUH KERAPATAN LAMUN Thalassia hemprichii TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI HETEROTROF DI PANTAI PRAWEAN, JEPARA Yunita, Isnaini Dian; Widyorini, Niniek; Supriharyono, Supriharyono
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 4 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.226 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i4.22664

Abstract

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem yang memiliki kompleksitas dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Padang lamun merupakan hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu kawasan pesisir. Selain memiliki fungsi ekonomi, lamun juga memiliki fungsi ekologis yakni berperan penting sebagai pendaur zat hara oleh mikroorganime yaitu bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan lamun, kelimpahan bakteri heterotrof yang berasosiasi dengan lamun serta pengaruh kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof di Pantai Prawean, Jepara. Metode yang digunakan yakni deskriptif eksplanatif dengan pengambilan sampel secara purposive dan dianalisis dengan IBM SPSS Statistic 22. Jenis lamun yang ditemukan di Pantai Prawean ada 5 (lima): Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis dan Halodule pinifolia. Kerapatan tertinggi didapat dari jenis Thalassia hemprichii sebesar 78 Ind/m2 dan terendah adalah Enhalus acoroides 10 Ind/m2 dan kelimpahan bakteri heterotrof tertinggi diperoleh dari tingkat kerapatan rapat di stasiun 3 yakni 29,4x108 Upk/ml dan kelimpahan terendah diperoleh dari tingkat kerapatan jarang di stasiun 2 yakni 3,3x108 Upk/ml. Korelasi antara kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof tinggi atau kuat yakni 0,896 dan korelasi ini dinyatakan sangat signifikan terbukti nilai sig. 0,001 dengan tingkat kesalahan 0,1%. Artinya bertambahnya kerapatan lamun dapat meningkatkan pula kelimpahan bakteri heterotrof. Seagrass ecosystem is one ecosytems that has high complexity and biodiversity. Seagrass beds are a stretch of seagrass vegetation that covers a coastal area. Beside its economic function, seagrass also have ecological function that play an important role of nutrient cycle for microorganism its bacteria. This study aims to determine the density of seagrass, the abundance of heterothropic bacteria and influence of seagrass density with abundance of heterotrophic bacteria at Prawean beach, Jepara. The method used in this study is descriptive explanative with purposive sampling and the data analyzed by IBM SPSS Statistic 22. There are 5 (five) species of seagrass that can be found in Prawean beach: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis and Halodule pinifolia. The highest density obtained from Thalassia hemprichii species is 78 sprouts of seagrass/m2 and the lowest density obtained from Enhalus acoroides is 10 obtained from seagrass density at station 3 its value 29,4x108Cfu/ml and the lowest abundance of heterotrophic bacteria was obtained from rare seagrass at station 2 its value 3,3x108Cfu/ml.  The corelation between seagrass density with abundance heterotrophic bacteria is high or strong that has value 0,846 and this correlation is very significantly proven has sig value 0,001 with error rate 0,1%, it can be conclude that increase of seagrass density can also increase the abundance of heterotrophic bacteria.  
HUBUNGAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DENGAN TOTAL BAKTERI DI SEDIMEN MUARA SUNGAI WISO, JEPARA Mufaidah, Zulistiana; Supriharyono, Supriharyono; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.008 KB)

Abstract

ABSTRAK Muara merupakan salah satu ekosistem yang berada di pesisir, yang merupakan tempat terjadinya siklus dekomposisi unsur – unsur hara.Ketersediaan unsur hara didalam suatu perairan dapat menjadi indikator kesuburan perairan tersebut. Dalam hal ini, unsur hara yang dilihat adalah bahan organik sedimen yang terendap di  perairan dasar Muara Sungai Wiso, Jepara. Zat hara tersebut sangat berperan penting terhadap kelangsungan hidup organisme didalamnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April 2016 dengan tujuan untuk mengetahui total bakteri, kandungan bahan organik dan hubungan antara total bakteri dan kandungan bahan organik total di sedimen Muara Sungai Wiso, Jepara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatif.Pengambilan sampel pada Muara Sungai Wiso dilakukan pada tiga stasiun pengamatan. Stasiun I merupakan bagian hulu aliran air Muara Sungai Wiso. Stasiun II merupakan bagian tengah aliran air Muara Sungai Wiso. Stasiun III merupakan bagian aliran air Muara Sungai Wiso yang berbatasan langsung dengan pantai.Total bakteri di sedimen dasar Muara Sungai Wiso, Jepara berkisar antara 3,3 x 105 cfu/ml hingga 1,2 x 107 cfu/ml. Kandungan bahan organik di sedimen dasar muara Sungai Wiso, jepara berkisar antara 7,12 % hingga 16,57 %. Bahan organik dengan total bakteri yang terdapat di sedimen dasar Muara Sungai Wiso Jepara tidak memiliki hubungan yang nyata (P > 0,05). Kata Kunci: Muara Sungai Wiso; Total Bakteri; Bahan Organik; Sedimen ABSTRACT Estuary is one of the important ecosystem located on the coast. Where of the decomposition cycle nutrient. The available of nutrients in the waters can be an indicator of water fertility. In this case, the element nutrient which is visible content of organic matter in sediment Wiso Estuary, Jepara. The nutrients are crucial to the survival of organism. The reseach was conducted on March – April 2016 in order to determine the total bacteria, the amount organic matter and relations between total bacteria and organic matter in the sediment Wiso estuary, Jepara. The method used in this research is descriptive explanation. Sampling was conducted at Wiso estuary at three observation stations. Station I is the  upstream of Wiso estuarine stream. Station II is a center part of Wiso estuarine stream. Station III is the final part of Wiso estuarine stream which is directly adjacent to the beach. Total bacteria in bottom sediment Wiso estuarine, Jepara ranged between 3,3 x 105 cfu/ml up to 1,2 x 107 cfu/ml. Content of Organic Matter in bottom sediment Wiso estuarine, Jepara ranged between 7,12 %  up to 16,57 %. Organic matter was not correlation with total bacteria (P > 0,05)  in bottom sediment Wiso estuarine Jepara. Keywords:Wiso estuary; Total bacteria; Organic Matter; Sediment
VALUASI EKONOMI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN KANDANG PANJANG KOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH Economic Valuation of Mangrove Ecosystem Utilization in Kandang Panjang Village, Pekalongan City, Central Java Province Maulida, Gita; Supriharyono, Supriharyono; Suryanti, Suryanti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 3 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.143 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i3.24247

Abstract

ABSTRAK Ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem di kawasan pesisir memiliki peran penting dalam aspek ekologi dan ekonomi. Ekosistem mangrove yang terletak di Kelurahan Kandang Panjang memiliki luas lahan 60 ha. Mengingat pentingnya peranan ekosistem mangrove tersebut maka diperlukan suatu kajian yang mampu mengestimasi besarnya nilai sumberdaya pada ekosistem mangrove dengan valuasi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan nilai ekonomi total pemanfaatan ekosistem mangrove. Metode analisis yang digunakan yaitu travel cost method, market price method, replacement cost method dan benefit transfer method. Nilai ekonomi manfaat langsung ekosistem mangrove di Kelurahan Kandang Panjang, meliputi: a) ekowisata; b) perikanan tangkap dan c) perikanan budidaya dengan total nilai Rp. 6.824.069.600,00 per tahun. Nilai ekonomi manfaat tidak langsung ekosistem mangrove di Kelurahan Kandang Panjang, meliputi: a) penahan abrasi dan b) tempat mencari makan (feeding ground), tempat pengasuhan (nursery ground) dan tempat pemijahan (spawning ground) dengan total nilai Rp. 886.842.900,00 per tahun. Nilai ekonomi manfaat pilihan ekosistem mangrove di Kelurahan Kandang Panjang, meliputi nilai biodiversitas dengan total nilai Rp. 224.084.000,00 per tahun. Nilai ekonomi total pemanfaatan ekosistem mangrove di Kelurahan Kandang Panjang dengan total nilai Rp. 7.934.996.500,00 per tahun. ABSTRACT Mangrove ecosystem as an ecosystem in coastal area with has an important role in ecologic and economic aspects. The mangrove ecosystem which is located in Kandang Panjang Village has 60 hectares area. Considering the important role of the mangrove ecosystem, there should be a study which is able to estimate the amount of resources value in mangrove ecosystem with economic valuation. The aims of this study is calculating the value of a direct economic benefits, an indirect economic benefits, an economic benefits of choice and a total economic benefit of the utilization of mangrove. An analytical method used in this study are travel cost method, market price method, replacement cost method and benefit transfer method. The direct economic benefits of mangrove ecosystem in Kandang Panjang Village, include: a) ecotourism b) catching fish and c) aquaculture with a total value of Rp. 6,824,069,600.00 per year. The indirect economic benefits of mangrove ecosystem in Kandang Panjang Village, includes: a) abrasion resistance and b) feeding ground, nursery ground and spawning ground with a total value of Rp. 886,842,900.00 per year. The economic value of choice of mangrove ecosystem in Kandang Panjang Village, includes: biodiversity value with a total value of Rp. 224,084,000.00 per year. The total economic value of the utilization of mangrove ecosystem in Kandang Panjang Village with a total value of Rp. 7,934,996,500.00 per year.
BIOEKOLOGI BINTANG LAUT (ASTEROIDEA) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA Setyowati, Desy Andaru; Supriharyono, Supriharyono; Taufani, Wiwiet Teguh
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.965 KB)

Abstract

Kepulauan Karimunjawa secara geografis, terletak di sebelah Barat Laut Kota Jepara. Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa memiliki fungsi utama yaitu sebagai kawasan konservasi. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Perairan Pulau Menjangan Kecil memiliki banyak biota laut salah satunya yaitu Bintang Laut (Asteroidea). Pentingnya mempelajari Bintang Laut ini yaitu bahwa Bintang Laut memiliki fungsi sebagai pembersih serasah detritus di zona intertidal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang, sebaran Bintang Laut, letak kedalaman Bintang Laut dan hubungannya. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 dan bulan Mei 2017. Materi dari objek penelitian ini adalah data persentase tutupan terumbu karang dan sebaran Bintang Laut yang terletak pada sisi barat dan sisi timur Pulau Menjangan Kecil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik sampling yang digunakan yaitu Random Sampling. Hasil pengukuran parameter fisika–kimia yang didapat pada penelitian ini yaitu normal. Hasil persentase tutupan terumbu karang masih dalam kondisi yang cukup baik. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini Bintang Laut yang ditemukan yaitu Linckia laevigata pada kedalaman 100-450 cm dengan kisaran diameter 20–30 cm, Nordoa tuberculata  pada kedalaman 50-150 cm dengan kisaran diameter 1–20 cm dan Culcita novaeguinae pada kedalaman 100–200 cm dengan kisaran diameter 20–25 cm. Letak sebaran bintang laut yaitu berada pada karang hidup, karang mati, pecahan karang, substrat pasir dan lamun. Hubungan sebaran Bintang Laut dengan kedalaman yaitu dipengaruhi oleh faktor makanan. Adapun kondisi perairan di Pulau Menjangan Kecil saat malam hari yaitu banyak biota laut yang muncul menampakkan diri seperti ikan hiu, ular laut, ikan buntal, dan zooplankton yang dapat mengeluarkan cahaya berwarna biru. Karimunjawa Islands, located in north west of Jepara. Taman Nasional Karimunjawa region has a main function for conservation area. Most of the population are fishermen. The waters of Menjangan Kecil Island have many marine biota, one of them is starfish (Asteroidea). So important for studying about starfish, because it has function for detritus litter in the intertidal zone. The purpose of this research is to identify starfish distribution, vertically, relationships of them and condition of coral reefs and they relationships. The research was do in November 2016 and May 2017. Materials of this research are percentage of coral reef covers, and the distribution of starfishon the east and west sides of Menjangan kecil island. This research uses descriptive method. Random sampling were used in this study. The comparison of physical-chemical parameters in this research on temperature and depth data are slightly different. The percentage in coral reef is in good condition. The result of starfish is founded Linckia laevigata in depth 100-450 cm with diameter 20-30 cm, Nordoa tuberculata in depth 50-150 cm with diameter 1-20cm and Culcita novaeguinae in depth 100-200 cm with diameter 20-25 cm. The location of starfishs are on living coral, dead coral, fractions of coral, sands, and seagrass. The relation beetween the distribution of starfishs and the deeps is influented by food habit factor. As for the condition of Menjangan Kecil Island on night so many nocturnal biota such as shark, sea snake, fish, and zooplankton wich can glows blue light.
ANALISIS TOTAL BAKTERI COLIFORM DI PERAIRAN MUARA KALI WISO JEPARA Widyaningsih, Wiwid; Supriharyono, Supriharyono; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.796 KB)

Abstract

ABSTRAK Kali Wiso merupakan sungai yang berada di tengah kota Jepara. Perairan ini menjadi tempat pembuangan limbah-limbah secara langsung. Limbah tersebut diantaranya limbah domestik, limbah pasar, limbah kapal, serta limbah TPI. Berdasarkan masukan limbah tersebut menjadikan muara ini tercemar. Perairan yang tercemar dapat dilihat dari pengamatan secara fisika, kimia, maupun biologis. Kondisi perairan yang tercemar secara biologis dilihat dari keberadaan bakteri patogen yang ada di perairan. Indikator bakteri yang digunakan yaitu bakteri coliform, karena sifatnya yang berkorelasi positif dengan bakteri patogen lainnya. Pemanfaatan perairan ini digunakan untuk kegiatan pelabuhan, tempat bersandar kapal nelayan, serta kegiatan perikanan yang ada di sekitar perairan Jepara. Oleh karena itu perlu diketahui kepadatan bakteri coliform sehingga dapat bermanfaat sesuai dengan peruntukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total bakteri coliform serta mengetahui adanya bakteri Escherichia coli. Penelitain ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Muara Kali Wiso dengan dua kali pengulangan dalam kondisi pasang dan surut. Metode yang digunakan yaitu survei dengan teknik sampling purposive sampling. Metode analisa laboratorium yang digunakan berdasarkan SNI -01-2332-1991. Kepadatan bakteri coliform pada perairan muara Kali Wiso yaitu >110.000 sel/100ml dan bakteri Escherichia coli sebesar >110.000 sel/100ml. Pada kondisi pasang dan surut kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli memiliki nilai perikaraan yang sama, namun tidak menandakan bahwa total bakteri keduanya sama. Kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli telah melebihi batas kriteria mutu air yang telah ditetapkan. Keberadaan bakteri patogen ini bisa mengkontaminasi biota-biota yang ada di perairan. Sehingga jika biota tersebut dikonsumsi oleh manusia bisa menyebabkan gangguan kesehatan secara tidak langsung. Kata kunci: Muara Kali Wiso; Bakteri Coliform; Bakteri Escherichia coli ABSTRACT Kali Wiso is the river in the middle of Jepara. This river receives wastes disposal from surrounding across. The waste including domestic waste, market waste, ship waste, and waste from fish market. Based on the inputs of the waste that made the estuary polluted. Polluted waters can be seen from the observation of physical, chemical, and biological. The conditions of the waters which biologically polluted are recognized from the pathogenic bacteria existing in these waters. The indicator of bacteria used, namely coliform bacteria, because of its positive correlation with other pathogenic bacteria. The utilization of these waters is used for the activities of the port, fishing pout, and fishing activities in the waters around Jepara. Therefore, its important to know the density of coliform bacteria so that can be advantageous according to its purpose. The purpose of this study to determine total of coliform bacteria and the existence of Escherichia coli bacteria. This research conducted in March 2016 at Kali Wiso estuary with on the condition of ups and downs with two repetitions. The method used is a survey with purposive sampling technique. Laboratory analysis method used by ISO -01-2332-1991. The density of coliform bacteria in the waters of the Kali Wiso estuary is >110.000 cells/100ml and Escherichia coli bacteria is >110.000 cells/100ml. On the condition of ups and downs density of coliform bacteria and Escherichia coli have the same approximate value, but it does’nt signify that the total of bacteria both are the same. The density of coliform bacteria and Escherichia coli have exceeded the water quality criteria that have been set. The existence of these pathogenic bacteria can contaminate the biota in aquatic. Therefore, this biotics are consumed by humans, it can cause health problem indirectly. Keywords: Kali Wiso Estuary; Coliform Bacteria; Escherichia coli Bacteria
Konsentrasi Nitrat dan Fosfat pada Sedimen dan Hubungannya dengan Kelimpahan dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Sungai Kreo Semarang Relationship of Nitrate and Phosphate Consetration in Sediments with Macrozoobhentos Abundance and Diversity in Kreo River Semarang Indrayani, Wiwin Try; Haeruddin, Haeruddin; Supriharyono, Supriharyono
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 9, No 1 (2020): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.733 KB) | DOI: 10.14710/marj.v9i1.27752

Abstract

ABSTRAKSungai Kreo merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berinteraksi. Zat hara nitratdan fosfat biasanya terkandung di dalam air dan sedimen. Peranan nitrat dan fosfat yang terkandung dalam sedimen yang ada di sungai adalah sebagai unsur penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan mikroorganisme dasar perairan. Tujuan penelitian ini yakni mengetahui konsentrasi nitrat dan fosfat pada sedimen, mengetahui jenis tekstur sedimen, mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobentos dan menganalisis hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat pada sedimen dengan kelimpahan dan Keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Kreo Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanatif. Penentuan stasiun sampling menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda dengan software SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat berkisar 0,14 mg/l - 0,63 mg/l. Konsentrasi fosfat berkisar 0,01 mg/l - 0,11 mg/l. Jenis sedimen stasiun I: lempung liat berpasir, stasiun II: pasir berlempung dan stasiun III : pasir. Spesies Makrozoobentos yang ditemukan adalah kelas gastropoda (Sulcospira sp, Melanoides sp, Brotia sp Annetome sp, Tarebia sp). Keanekaragaman jenis termasuk dalam keanekaragaman yang rendah (0,23 - 0,25). Hubungan konsentrasi nitrat fosfat terhadap kelimpahan dan keanekaragaman termasuk hubungan kuat (r = 0,675). ABSTRACTKreo River is an ecosystem in which there are several interacting components. Nitrate and phosphate nutrients are usually contained in water and sediments. The role of nitrate phosphate contained in sediments in rivers is an important element for the growth and survival of aquatic microorganisms. The purpose of this study was to determine the concentration of nitrate, phosphate sediment and the type of sediment texture in Semarang Kreo River. As well, to investigate the abundance and diversity of macrozoobentos in the Semarang Kreo River, analyzing the relationship of nitrate and phosphate concentrations in sediments with abundance of macrozoobentos in Semarang Kreo River. The study method was used the explanatory method. Sampling was used purposive sampling technique. Data analysised were multiple linear regression test with SPSS 16 software. The results of study showed that the concentration of nitrate was around 0.14 mg/l - 0.63 mg/l. Phosphate concentrations ranged from 0.01 mg/l - 0.11 mg/l. Station I sediment types: sandy clay loam, station II: clay sand and station III: sand. Macrozoobentos genus found were the gastropod class (Sulcospira sp, Melanoides sp, Brotia sp, Annetome sp, Tarebia sp). The diversity of macrozoobentos is included in the low diversity (0,23-0,25). The strong relationship was found between nitrate phosphate concentration and the abundance and diversity (r = 675).Â