Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENATAAN BALE KULKUL BANJAR KERTA AMPURA DESA PAKRAMAN PERASI DESA PERTIMA KECAMATAN KARANGASEM KABUPATEN KARANGSEM N.M Swanendri; I.N Susanta
Buletin Udayana Mengabdi Vol 15 No 2 (2016): Jurnal Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.542 KB)

Abstract

Salah satu fasilitas yang cukup penting bagi keberadaan sebuah banjar adalah kulkul dan bale kulkulnya.Pada Banjar Kerta Ampura yang merupakan salah satu banjar yang ada di Desa Pakraman Perasi, DesaPertima, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, bale kulkul yang ada saat ini menumpang disalah satu (atap dari) bale yang ada sehingga dapat dikatakan kurang baik dan tidak layak baik dari sisiestetika, struktur konstruksi dan efektivitas pemanfaatan. Krama banjar telah memutuskan untukmelakukan perbaikan, dan sehubungan dengan kepentingan tersebut Tim Udayana Mengabdi melakukanpendampingan pada proses perencanaan. Pelaksanaan dari kegiatan pengabdian ini disesuaikan dengantahapan kegiatan perencanaan dan perancangan yang meliputi tahap kegiatan permulaan, persiapan,pengajuan usul, evaluasi serta tindakan. Melalui serangkaian proses serta mengacu pada sikut dan kondisibangunan-bangunan eksisting yang ada, bale kulkul dibuat secara terpisah dan diposisikan pada arah baratdaya (di sebelah barat bale pebatan kelod) dengan ukuran bagian dasar lebih kurang 5x5 m2 dan ketinggianbangunan 10 m. Bahan yang diusulkan adalah bahan-bahan setempat yang mudah didapat serta dapatdiaplikasikan secara mudah baik dalam proses pengerjaan maupun pemeliharaannya. Hal tersebutdimaksudkan agar krama nantinya dapat terus berpartisipasi dalam tahap-tahap selanjutnya yaitupembangunan, pengawasan dan pemeliharaan.
PENDEKATAN ERGONOMI DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERENCANAAN TEKNIS PENATAAN PURA PENATARAN MUNCAKSARI PENEBEL - TABANAN I.N. Sutarja; I.W. Sukerayasa; I.N. Susanta; I.B.G. Primayatna
Buletin Udayana Mengabdi Vol 18 No 2 (2019): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.337 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2019.v18.i02.p05

Abstract

Keberlanjutan pembangunan Pura Penataran di areal Pura Muncaksari yang berlokasi di Desa Sangketan, Kecamatan Penebel - Tabanan memerlukan perencanaan teknis penataan lingkungan pura secara detail yang meliputi tata letak yang jelas, gambar detail dan rencana anggaran biaya yang dibutuhkan. Untuk kegiatan ini masyarakat membutuhkan bantuan tenaga ahli yang sesuai dari Fakultas Teknik Universitas Udayana. Dalam proses perencanaan dan perancangan pura digunakan dua buah pendekatan yaitu 1) pendekatan Ergonomi yang difokuskan pada pendekatan SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori dengan menitikberatkan pada Pemberdayaan Masyarakat yang dikaji berdasarkan teknologi tepat guna) dan 2) pendekatan kearifan lokal. Pendekatah SHIP dan teknologi tepat guna diaplikasikan dalam pemilihan sistem struktur dan bahan, sedangkan pendekatan kearifan lokal diaplikasikan dalam pemilihan tata letak dan bentuk. Perencanaan ini menghasilkan gambar denah lingkungan pura Penataran secara keseluruhan dan lingkungan pura Alas Madya yang menunjukkan tata letak pelinggih beserta bangunan pendukung lainnya, gambar detail bangunan dan rencana anggaran biayanya. Kata kunci : ergonomi, kearifan lokal, perencanaan teknis
PENATAAN PURA DESA WONOREJO KECAMATAN SILIR AGUNG KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR I.N. Susanta; I.N. Lanus; N.M. Swanendri; I.W.Y. Manik
Buletin Udayana Mengabdi Vol 16 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.978 KB)

Abstract

Pura Desa Wonorejo yang terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Silir Agung, Kabupaten Banyuwangi. Pura yang diemong oleh umat desa ini, eksistensinya tidak hanya terkait dengan umat Desa Wonorejo, namun juga umat di wilayah desa sekitarnya yang belum memiliki pura. Saat ini, secara umum kondisi fisik pura dapat dikatakan baik, namun dalam beberapa hal masih memerlukan penataan terkait konsep hulu-teben yang ditransformasikan pada bangunan palinggih Widhi-Dewa-Leluhur. Tidak efektifya area di bagian belakang palinggih, sedangkan di sisi lainnya natah yang ada dirasakan tidak cukup memadai dalam upacara tertentu. Kesadaran bahwa kondisi tersebut mengganggu kelancaran pelaksanaan aktivitas keagamaan, kenyamanan dan keyakinan. Kondisi demikian telah mendorong pihak pengempon, pengurus dan pemangku untuk melakukan kegiatan penataan. Kegiatan penataan itu sendiri diawali dengan perencanaan yang didukung oleh civitas akademika Jurusan Arsitektur Universitas Udayana melalui kegiatan pengabdian ‘Hibah Udayana Mengabdi’. Kegiatan perencaaan dan perancangan pada pengabdian ini terdiri dari beberapa tahap mulai dari permulaan /pengenalan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi dan tindakan. Dari proses yang diikuti disepakati dan ditetapkan bahwa semua bangunan mengambil bentuk dan corak arsitektur Jawa, sehingga dapat melestrarikan budaya dan sesuai dengan lingkungan setempat.
LAYANAN BANTUAN TEKNIS DAN BAKTI SOSIAL DI DUSUN SILIRKROMBANG DESA SENEPOREJO KECAMATAN SILIRAGUNG KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR LAYANAN BANTUAN TEKNIS DAN BAKTI SOSIAL DI DUSUN SILIRKROMBANG DESA SENEPOREJO KECAMATAN SILIRAGUNG KABUPATEN BANYUWANGI I.N. Susanta; N.M. Swanendri; G.A.M. Suartika; I.W. Yudamanik; I.N. Sutarja
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 3 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1411.458 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i03.p02

Abstract

Pura Wonorejo terletak di Dusun Silirkrombang Desa Senepoorejo Kecamatan Silir Agung Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pura ini merupakan sebuah pura yang oleh pengemongnya disebut juga dengan Pura Puja Dewata. Saat ini, walau secara umum kondisi fisik pura dapat dikatakan baik, namun dalam beberapa hal masih memerlukan penataan. Kondisi demikian telah mendorong pihak pengepong, pengurus dan pemangku untuk melakukan kegiatan penataan. Kegiatan penataan itu sendiri diawali dengan perencanaan yang telah dibuat dan atas punia dari Universitas Udayana melalui kegiatan pengabdian ‘Hibah Udayana Mengabdi 2016’. Bertolak dari kondisi tersebut, pengemong mengajukan inisiatif kembali untuk melaksanakan perbaikan/ pembangunan pada areal Pura Puja Dewata, yang mana dalam pelaksanaannya memerlukan bantuan teknis pembangunan berupa bimbingan dan pengawasan agar penataan dapat berjalan lancer, sesuai dengan tatanan filosofis, ettika dan upakara serta sesuai dengan desain rencana yang telah dibuat. Kegiatan layanan bantuan teknis bimbingan dan pengawasan pembangunan dirangkaikan juga dengan kegiatan bakti sosial untuk mensinergikan antara kegiatan tim layanan bantuan teknis dengan aktivitas sosial masyarakat setempat melalui Hibah Pengabdian Institusi periode 2017.
PENATAAN TERINTEGRASI PURA DALEM DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG I N. Susanta; I G. W. Laskara; N. M. Swanendri; G. A. M. Suartika
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 4 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.844 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i04.p23

Abstract

Pura Dalem Desa Gunaksa merupakan salah satu dari pura kahyangan tiga Desa Pakraman Gunaksa, Desa Gunaksa, Kecamayan Dawan, Kabupaten Klungkung. Pura Dalem Desa sebagai stana dan tempat pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa. Dalam kontek Tri Kona, Dewa Siwa sebagai pelebur/ pralina dari unsur-unsur kehidupan. Pura Dalem ini sebagai ulun setra, diempon dan disungsung oleh krama Desa Pakraman Gunaksa. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan meliputi: petirtan/piodalan, perayaan hari raya suci umat hindu dan kegiatan upacara yang terkait dengan manusa yadnya, butha yadnya dan pitera yadnya. Tidak efektifya area tanah pura, sedangkan di sisi lainnya natah yang ada dirasakan tidak cukup memadai dalam upacara tertentu. Kesadaran bahwa jika kondisi tersebut tidak hanya akan mengganggu kelancaran pelaksanaan aktivitas keagamaan, namun juga kenyamanan dan keyakinannya. Kondisi demikian telah mendorong pihak pengempon, pengurus dan pemangku untuk melakukan kegiatan penataan. Kegiatan penataan itu sendiri diawali dengan perencanaan yang didukung oleh civitas akademika Jurusan Arsitektur Universitas Udayana melalui kegiatan pengabdian ‘Hibah Udayana Mengabdi’. Kegiatan perencaaan dan perancangan pada pengabdian ini terdiri dari beberapa tahap mulai dari permulaan/pengenalan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi dan tindakan.
PENATAAN PURA KERTASARI DESA PAKRAMAN PERASI, DESA PERTIMA KECAMATAN KARANGASEM KABUPATEN KARANGSEM N.M. Swanendri; I.N Susanta
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 1 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (920.53 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i01.p05

Abstract

Pura Kerta Sari (Kerta Sari temple) is one of temples located in Desa Pakraman Perasi, Karangasem (Perasivillage). Its existence is not only linked to the community of Perasi village, but also outside of the village.Nowadays, physical condition of the temple is moderate, but some parts have a condition that are quitealarming, i.e. : barrier wall collapsed, less structured and less organized in worship area and bad accesscondition. These circumstances will not only interfere with the implementation of religious activities, but alsosustainability and sanctity of the temple building. It has encouraged the committee (pengempon and prajuru)to conduct a planning activity (building and environmental improvements) assisted by Community ServicesTeam of Architecture department UNUD that lasted from March - November 2016. Through a series ofprocesses (data collection, discussion, ideas presentation etc.), it was decided that building andenvironmental improvements of Pura Kerta Sari will be included access improvement, reinforce templeboundary area and its barrier wall, repair and rebuilding shrine buildings that includes palinggih padmasari,palinggih anglurah, palinggih apit lawang, tahaban banten, bale pesandekan and bale sakenem.
Sistem Penghawaan Pada Bangunan Tinggi (High Rise Building) Studi Kasus : Kuningan Tower I Nyoman Susanta
Jurnal Energi Dan Manufaktur Vol 4, No.2 Oktober 2010
Publisher : Department of Mechanical Engineering, University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1292.709 KB)

Abstract

Pembangunan di perkotaan semakin pesat seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta kebutuhan akan wadahberaktivitas. Keterbatasan sumber daya alam yang terkait dengan kelangkaan lahan di perkotaan dan sumber daya energimerupakan masalah yang mengikutinya. Menjawab tantangan itu maka di perkotaan berlomba-lomba didirikan bangunanberlapis banyak (High Rise Building). Pembangunan dapat memunculkan permasalahan-permasalahan yang memerlukanpemecahan secara sistematis, holistik, interdisipliner dan partisifatif. Sistem Penghawaan pada bangunan tinggi umumnyadilakukan dengan pengkondisiaan/tata udara buatan untuk mendapatkan ventilasi udara yang memadai sesuai dengankebutuhan manusia dan peralatannya. Pemilihan sistem penghawaan udara yang tepat tidak hanya memberikan kenyamanan,tetepi juga mampu memberikan efisiensi energi, sumber daya dan produktivitas.Penelitian pada sistem penghawaan bangunan tinggi menjadi tuntutan dan kebutuhan untuk dapat lebih memahamidan mengidentifikasi permasalahan dan upaya-upaya pemecahannya. Bangunan Menara Kuningan salah satu bangunanberlapis banyak di perkotaan yang dicoba diangkat untuk dapat dipahami permasalahan dan pemecahan yang telah diupayakan.Integrasi dan kolaborasi antara pemilik proyek, kontraktor, konsultan, dan cost konsultan telah mencoba merumuskan danmemutuskan sistem tata udara yang dapat diterapkan. Bangunan Menara Kuningan terlaetak di Jakarta dibangun diatas lahan5000 M2, berlantai 31 lapis diatas tanah dan 3 lantai basement sedalam 10 M dari permukaan tanah, luas lantai total 58.915M2.Tenaga listrik yang dipergunakan suplai dari PLN sebesar 3500 KVA, dilengkapi 2 unit genzet, masing-masing genzetberkapasitas 1920 KVA dan 1420 KVA. Sistem penghawaan yang digunakan pada Bangunan Kuningan Tower berupapengkondisian/tata udara buatan terdiri dari : Air Conditioning (AC) langsung Fan Coil Unit (FCU) dengan sistem PresureRadius Valve (PRV) sebanyak 476 buah dengan kapasitas masing-masing 10 pk., Intake Fan dan Execourse Fan pada basement,serta Kitchen Hood pada area dapur.Penelitian ini sebagai suatu gambaran dan informasi awal tentang sistem penghawaan yang diterapkan pada salahsatu bangunan tinggi di Jakarta. Informasi awal ini masih memerlukan pendalaman-pendalaman dan penambahan kasus-kasusproyek agar dapat merumuskan secara kualitatif dan kuantitif tentang permasalahan dan solusinya.
Transformasi Permukiman Bali Aga di Desa Pakraman Timbrah Kabupaten Karangasem Ni Made Swanendri; I Nyoman Susanta
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 2 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1479.57 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2018.v05.i02.p08

Abstract

This article studies the transformation of homes of Timbrah Settlement, a Bali Aga Community of Karangasem Regency. It focusses on two fundamental elements, namely spatial formation and built forms which are, by tradition, two unique features characterizing the built environment of Timbrah. These spatial elements symbolize complex socio-cultural systems of belief, subsistence, gender, knowledge, defend, time, territoriality, etc. In its development, the community has to inevitably interrelate with various congencies brought in by modernity - taking place globally, and other forces driven from within. Some observed consequences brought by these influences include (not limited to) modifications in value systems, way of people live their life, and demographic formations. This observation has constituted an inspiration to the conduct of this whole study, in which qualitative approaches were put into practice. Study findings demonstrate that almost all Timbrah homes (karang paumahan) have been transformed in one way or another. This condition is mainly due to a need for more living space, efficiency in spatial utilization, social status, self actualization, and to accommodate changes of inhabitants' lifestyle. The transformation of Timbrah homes has been carried out in a gradual manner, directed by a conscious understanding to maintain local knowledge and values, especially of those associated with the governance of space exist in both domestic and communal spheres. In consequence, attempts to keep Timbrah's identity as a unique Bali Aga community have been indirectly imposed on, at any given opportunity. Kata kunci: spatial formation, traditional settlement, narrow lane, bale agung, Timbrah Community
Makna dan Konsep Arsitektur Tradisional Bali dan Aplikasinya dalam Arsitektur Masa Kini I Nyoman Susanta
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 4 No 2 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.32 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2017.v04.i02.p08

Abstract

This is a study of principles and meanings encompassing the traditional Balinese Architecture. Its conduct is underlined by a deep concern that Balinese practices in the built form will not survive, as many determining circumstaces have inevitably changed overtime. This article aims at providing an understanding in regard to non-physical aspects which would be crucial when changes and transformations of the Balinese architectural tradition are seen necessary. It proposes continuous modification and repetition related practice as a strategy to uphold meanings, concepts, and values contained within this tropical architecture. This research was carried out using qualitative research approach. Data collection was done by conducting a field survey and literature study. Discussions and analyses presented within have been enriched by author's practical experiences in the field. Keywords: meaning, principle, traditional architecture, modifikation, transformation
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN ALAT PERAGA KUBUS DI SMA Susanta, I Nyoman
Suluh Pendidikan : Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Vol 17 No 2 (2019): SULUH PENDIDIKAN : Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan
Publisher : IKIP SARASWATI TABANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.029 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa KelasXII IPA.1 SMA Negeri 1 Tegallalang Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui pembelajaranmodel Discovery Learning berbantuan alat peraga model kubus. Subjek penelitianini adalah siswa Kelas XII IPA.1 SMA Negeri 1 Tegallalang yang memiliki prestasibelajar matematika masih belum mencapai ketuntasan belajar minimal yang ditetapkansekolah sebesar 75. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan duasiklus tindakan, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanana(action), pengamatan (observation), evaluasi (evaluation) dan refleksi (Refektion). Datadikumpulkan dengan metode observasi dan metode tes, selanjutnya dianalisis denganmetode deskriptif dan kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa melalui pembelajaranmodel discovery learning berbantuan alat peraga model kubus hasil belajar matematikasiswa meningkat. Penigkatan ini dapat terlihat dari keadaan nilai rata-rata awal sebesar 68,10 dengan ketuntasan awal sebasar 46,67%, meningkat pada siklus I rata-raa sebesar79,20 dengan ketuntasan belajar 83,337%, meningkat lebih besar pada siklus II sebesarrata-raa 83,43 dengan ketuntasan belajar 96,67% dari Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75.