Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PERAN KETIDAKNYAMANAN KERJA TERHADAP INTENSI PINDAH KERJA Ranisya Fitta; Fransisca I. R. Dewi; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.8845.2020

Abstract

PT X is a startup company engaged in financial technology, experiencing an increased in the number of turnover. Turnover has a negative impact on the company. Company will lack human resources and need time recruiting and training new employees. Turnover intention is an accurate predictor of the number of turnover. An organization can’t eliminate the intention of employee turnover, but can reduce the level of intention. One of the factor that cause frequent employee desires to leave the company are employee insecurities at job. T test results of this study indicate that the standard value of the coefficient job insecurity is 0.189 with a significance level of 0,000. Based on the results can be concluded that job insecurity has a significant and positive effect of turnover intention. PT. X adalah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang financial technology, mengalami peningkatan angka pindah kerja. Pindah kerja memberikan dampak yang negatif bagi perusahaan. Perusahaan akan kekurangan sumber daya manusia dan membutuhkan waktu untuk merekrut serta melatih karyawan baru. Intensi pindah kerja adalah peramal yang akurat terhadap angka pindah kerja. Suatu organisasi tidak dapat menghilangkan intensi pindah kerja karyawan, namun dapat mengurangi tingkat intensi tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan sering terjadinya keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan tempat bekerja adalah perasaan tidak nyaman karyawan pada pekerjaannya. Hasil Uji T pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai standar koefisien yang diperoleh pada ketidakamanan kerja sebesar 0.189 dengan tingkat signifikansi 0.000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidaknyamanan kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap intensi pindah kerja. 
PERAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI PERUBAHAN DENGAN MODAL PSIKOLOGIS SEBAGAI MEDIATOR Cecilia Meilian; Rita Markus Idulfilastri; Fransisca I. R. Dewi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.7716.2021

Abstract

Change is a necessity because no one can reject or avoid change. This can also happen in organizations, so it is important to be able to see a person's readiness in dealing with changes with the variables that influence it. The main objective of this study was to examine the role of psychological capital as a mediators in the relationship between perceived organizational support and readiness of change in PT X. Participants were 150 employees of PT X, a subsidiary of one of the BUMN. Data were collected using a change readiness questionnaire based on the Holt scale, Armenakis (2007), the scale of the perception of organizational support by Eisenberger, Huntington, Hutchinson, & Sowa (1986) to measure perceived organizational support. Psychological capital is measured using a concept from Luthans, Youssef-Morgan, Avolio (2015) which was later developed by the Faculty of Psychology at Tarumanagara University. Data processing using linear regression has proven the perceived of organizational support directly has a positive and significant effect on readiness of changes in PT X. The contribution of the variable perception of organizational support in explaining the variable readiness of change is 30.2%. Perceived organizational support have a positive and significant effect on readiness to face change through psychological capital mediators at PT X. The contribution of readiness of change and psychological capital in explaining the variables of readiness to face change is 46.6%.  Perubahan adalah keniscayaan karena tidak ada seorang pun yang dapat menolak atau menghindar dari perubahan. Hal ini pun dapat terjadi di organisasi, sehingga penting untuk dapat melihat kesiapan seseorang dalam menghadapi perubahan dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji peran mediator modal psikologis terhadap hubungan persepsi dukungan organisasi dengan kesiapan menghadapi perubahan di PT X. Partisipan adalah 150 karyawan PT X, anak usaha salah satu BUMN. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner kesiapan berubah berdasarkan skala Holt, Armenakis (2007), skala studi persepsi dukungan organisasi oleh Eisenberger, Huntington, Hutchinson, & Sowa (1986) untuk mengukur persepsi dukungan organisasi. Variabel modal psikologis diukur dengan menggunakan konsep dari Luthans, Youssef-Morgan, Avolio (2015) yang kemudian dikembangkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Pengolahan data menggunakan regresi linear telah membuktikan persepsi dukungan organisasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi perubahan di PT X. Kontribusi dari variabel persepsi dukungan organisasi dalam menjelaskan variabel kesiapan menghadapi perubahan sebesar 30.2%. Persepsi dukungan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi perubahan melalui mediator modal psikologis di PT X. Kontribusi dari variabel persepsi dukungan organisasi dan modal psikologis dalam menjelaskan variabel kesiapan menghadapi perubahan sebesar 46.6%.
PERAN JOB DEMANDS DAN JOB RESOURCES TERHADAP WORK-FAMILY ENRICHMENT PADA GURU DI SEKOLAH X Florensia Louhenapessy; Rita Markus Idulfilastri; P. Tommy Y.S. Suyasa
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.8818.2020

Abstract

The teacher plays two main roles in his life, namely the role in work and in the family. The implementation of these two roles does not always cause conflict, but can improve the quality of life of teachers. Teacher job conflicts are closely related to job demand and job resources. Therefore, the purpose of this study is to see how the role of job demands and job resources on work-family enrichment in teachers. Work-family enrichment is enrichment obtained from individual experiences at work towards the welfare of family life, or vice versa. Job demands are defined as identical job demands with various pressures on the job (job stressor). Examples of job demands on teachers are the number of students who exceed the capacity in the classroom, the addition of subject matter outside of the teacher's interest / competence, the demand to adjust science to the times. Job resources are physical, social, and organizational aspects that serve as support or resources to achieve work goals. With the existence of job resources, job demands can be resolved. Psychologically, solving work demands based on available resources will stimulate the individual to grow and develop personally, in this case the personal growth of the individual has implications for increasing his welfare in working / family life. Participants in this study were 43 teachers in School X. Analysis of research results using multiple regression showed that job demands and job resources together played a role in predicting an increase in work-family enrichment by 12.5%. The implication of the results of this study is that various demands on work supported by resources at work can improve welfare in working life / family life. Guru menjalankan dua peran utama dalam kehidupannya yaitu peran di pekerjaan dan keluarga. Menjalankan dua peran tersebut tidak selalu menimbulkan konflik, namun justru bisa meningkatkan kualitas hidup guru. Konflik pekerjaan guru sangat berhubungan dengan job demand dan job resources. Oleh karena itu, tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana peran job demands dan job resources terhadap work-family enrichment pada guru. Work-family enrichment merupakan pengayaan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman individu di pekerjaan terhadap kesejahteraan kehidupan berkeluarga, atau sebaliknya. Job demands didefinisikan sebagai tuntutan-tuntutan pekerjaan yang indentik dengan berbagai tekanan dalam pekerjaan (job stressor). Contoh dari job demands pada guru adalah jumlah siswa yang melebihi kapasitas di dalam kelas, penambahan materi pelajaran di luar minat/kompetensi guru, tuntutan untuk menyesuaikan ilmu pengetahuan dengan perkembangan zaman. Job resources adalah aspek-aspek fisik, sosial, maupun organisasi yang berfungsi sebagai pendukung atau sumber daya untuk mencapai tujuan pekerjaan. Dengan adanya job resources maka job demands dapat terselesaikan. Secara psikologis, penyelesaian job demands berdasarkan job resources yang dimiliki akan menstimulasi individu untuk bertumbuh dan berkembang secara personal, dalam hal ini pertumbuhan personal yang dimiliki individu berimplikasi pada work-family enrichment. Partisipan pada penelitian ini adalah guru yang berjumlah 43 orang di Sekolah X. Analisis hasil penelitian yang menggunakan multiple regression menunjukan bahwa job demands dan job resources bersama-sama berperan memprediksi peningkatan work-family enrichment sebesar 12,5%.  Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa berbagai tuntutan dalam pekerjaan yang di dukung dengan sumber daya dalam pekerjaan dapat meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan berkerja dan berkeluarga. 
DAMPAK IMPLEMENTASI MBKM PADA KOGNITIF MAHASISWA UNIVERSITAS X: REKOMENDASI PENINGKATAN MBKM DI PTS Jap Tji Beng; Keni Keni; Nafiah Solikhah; Rita Markus Idulfilastri; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Mira Bella; Nina Perlita; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.16077.2022

Abstract

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah suatu program yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) sejak tahun 2020. Universitas Tarumanagara telah berkomitmen dalam menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai bagian dari kurikulum sejak tahun 2020. Sejalan dengan kebijakan MBKM, upaya Kemendikbudristek menjaga mutu Perguruan Tinggi adalah dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU). Salah satu sub indikator yang keberhasilan terdapat pada IKU-7, yaitu mahasiswa terlibat dalam kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Penelitian ini bertujuan melihat dampak implementasi kelas kolaboratif dan partisipatif pada mahasiswa yang teribat dalam MBKM, khususnya dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kabupaten Belitung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu qualitative descriptive dengan pendekatan participatory ethnography. Peneliti terdiri atas 7 dosen dan 6 mahasiswa pelaksana 3 PKM di Kabupaten Belitung. Partisipan yang menjadi sasaran  penelitian ini adalah  6 Mahasiswa MBKM yang terlibat dalam Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi dan wawancara sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan acara PKM di Kabupaten Belitung. Penelitian menghasilkan tiga temuan dalam aspek kognitif yaitu: (a) kegiatan pembelajaran kolaboratif dan partisipatif meningkatkan pengetahuan mahasiswa MKBM mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat; (b) meningkatkan kemampuan analisis pada mahasiswa; dan (c) meningkatkan kemampuan dalam hal problem solving pada mahasiswa. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran dampak pelaksanaan MBKM, dan selanjutnya dapat menjadi rekomendasi untuk peningkatan MBKM di perguruan tinggi swasta.
PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI TERHADAP MINAT BELI PRODUK TEH SIAP MINUM PADA DEWASA AWAL Nabilah Umami; Rita Markus Idulfilastri; Meike Kurniawati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.12880.2021

Abstract

Celebrities, especially those who appointed to promote certain products must have high credibility in order to effectively influence consumer purchase intentions and purchase decisions. Celebrity’s credibility is the ability of celebrities  to convince  consumers and create effective promotions to increase consumer purchases of certain products. Purchase intention is a measurable psychological drive in an individual to determine the possibility of someone buying a product/service. This study aims to examine the effect of celebrity’s credibility on purchase intention for ready-to-drink tea products in early adulthood. This study involves 436 participants consisting of 10 men and 426 women. This research uses quantitative research methods with sampling techniques that are non probability sampling. The measuring instruments used are The Source Credibility Scale (Ohanian, 1990) adapted by Stephanie et. al (2013), Purchase Intention Scale by Osei-frimpong (2019). The results of data analysis used a simple linear regression technique whose regression equation was Celebrity’s Credibility = 3,416 + 0,623 Purchase Intention, R2 = 38,7% with p = 0,000 < 0,05. These results indicate that celebrity’s credibility affects purchase intention with a determination (R2) 38,7. In other words, the celebrity’s credibility influences purchase intention in ready-to-drink tea products for early adulthood. Selebriti, terutama yang ditunjuk untuk mempromosikan produk tertentu harus memiliki kredibilitas yang tinggi agar dapat dengan efektif memengaruhi minat beli konsumen. Kredibilitas selebriti merupakan kemampuan selebriti untuk meyakinkan konsumen dan membuat promosi yang dilakukan efektif untuk meningkatkan pembelian konsumen terhadap produk tertentu. Minat beli adalah dorongan psikologis pada individu yang dapat diukur untuk mengetahui kemungkinan seseorang untuk membeli suatu produk atau jasa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kredibilitas selebriti terhadap minat beli produk teh siap minum pada dewasa awal. Penelitian ini melibatkan 436 partisipan yang terdiri dari 10 laki-laki dan 426 perempuan.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik sampling yaitu non probability sampling. Alat ukur yang digunakan adalah The Source Credibility Scale (Ohanian, 1990) yang diadaptasi oleh Stephanie et.al (2013) dan Purchase Intention Scale oleh Osei-frimpong (2019). Hasil analisis data menggunakan teknik regresi linear sederhana yang persamaan regresinya yaitu Kredibilitas Selebriti = 3,416 + 0,623 Minat Beli, R2=38,7% dengan p = 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kredibilitas selebriti mempengaruhi minat beli dengan determinasi (R2) sebesar 38,7. Dengan kata lain, kredibilitas selebriti mempengaruhi minat beli produk teh siap minum pada dewasa awal.
STUDI META ANALISIS EFEKTIVITAS CBT UNTUK KECEMASAN PADA GANGGUAN BIPOLAR Ivana Jessline; Monty P. Satiadarma; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.12203.2021

Abstract

Bipolar affective disorder (bipolar) is a multicomponent disease involving episodes of severe mood disorders, neuropsychological deficits, immunological and physiological changes, and impairments in functioning.In addition to being characterized by episodes of mania, hypomania, depression, and a mixed state of the three, often followed by high rates of comorbidity with other mental illnesses.One of the therapeutic alternatives offered is with psychotherapy with cognitive behavior therapy (CBT). CBT is best form of psychoteraphy choosen that is used to treat anxiety in people with bipolar disorder. Nevertheless, the results obtained are still not consistent and can be generalized. The purpose of this study was to determine the overall difference in anxiety disorders in bipolar patients after being given CBT and the significance effect. The research method is a meta-analysis. The articles used are searched from various databases and selected using PRISMA. The results of the synthesis and processing of data showed that there were differences in symptoms of anxiety disorders after being given CBT and the overall point effect size estimate was 0.89 with p<0.05 indicating a high effect, thus giving a conclusion that CBT was effective for use as a therapy to overcome anxiety in bipolar disorder. Limitations and suggestions for further research, especially control of sampling. Strengths, limitations, and the need for future research are discussed. Gangguan afektif bipolar (bipolar) adalah penyakit multikomponen yang melibatkan episode gangguan mood yang parah, defisit neuropsikologis, perubahan imunologis dan fisiologis, dan gangguan dalam keberfungsian. Selain ditandai dengan adanya episode mania, hipomania, depresi, serta keadaan campuran dari ketiganya, seringkali diikuti oleh tingginya angka komorbiditas dengan penyakit mental lainnya. Salah satu alternatif terapi yang ditawarkan adalah dengan psikoterapi dengan cognitive behavior therapy (CBT). CBT menjadi salah satu pilihan psikoterapi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan pada penderita bipolar. Namun demikian, hasil yang didapatkan masih belum konsisten dan dapat digeneralisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara keseluruhan perbedaan gangguan kecemasan pada pasien bipolar setelah diberikan CBT dan seberapa besar efeknya. Metode penelitian adalah meta analisis. Artikel yang digunakan dicari dari berbagai database dan dipilih dengan menggunakan PRISMA. Hasil sintesis dan pengolahan data menunjukan ada perbedaan gejala gangguan kecemasan setelah diberi CBT. Hasil statistik menunjukan signifikansi yang tinggi dan estimasi poin effect size menyeluruh adalah 0,89 dengan signifikansi p<0.05 mengindikasikan efek yang tinggi, sehingga memberi kesimpulan CBT efektif untuk digunakan sebagai terapi mengatasi kecemasan pada bipolar. Keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya yaitu control yang dilakukan pada saat melakukan sampling. Kekuatan, keterbatasan, dan kebutuhan untuk penelitian masa depan juga dibahas.
Pengaruh Beban Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Burnout pada Karyawan Startup X Amira Mayariza Ghina; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10718

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada karyawan Startup X. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-probability sampling dengan teknik purposive sampling yang melibatkan subjek 169 karyawan Startup X. Instrumen alat ukur yang digunakan dalam mengukur variabel penelitian yaitu Maslach Burnout Inventory - General Scale (MBI-GS) untuk mengukur burnout dengan reliabilitas ?=.956, National Aeronautics and Space Administration - Task Load (NASA-TLX) untuk mengukur beban kerja dengan reliabilitas ?=.627, dan Social Provision Scale (SPS) untuk mengukur dukungan sosial dengan reliabilitas ?=.901. Data diperoleh merupakan data non-linear dan diolah menggunakan regresi non-linear dengan persamaan quadratic dengan bantuan IBM SPSS Statistics 26. Jenis korelasi yang digunakan yaitu spearman rho untuk melihat bagaimana hasil korelasi antar variabel yang ada. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapatnya pengaruh yang signifikan antara beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout pada karyawan Startup X.
Peran Beban Kerja terhadap Burnout Pada Karyawan PT X Marsha Zaki Anggraini; Rita Markus Idulfilastri
Journal on Education Vol 5 No 2 (2023): Journal on Education: Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i2.1081

Abstract

This study aims to find out and analyze how workload influences burnout in PT X’s employees. This research is a non-experimental quantitative study and uses non-probability sampling method with a purposive sampling type involving 317 PT X’s employees. The instruments used in this study are the Maslach Burnout Inventory-General Survey (MBI-GS) to measure burnout variables and the Carga Mental Questionnaire (CarMen-Q) to measure workload variables. The analysis used is non-parametric analysis and uses Spearman rho correlation with testing through IBM SPSS Statistics version 26. The results of this study are that there is a significant effect of workload on burnout in PT X’s employees.
PENGARUH TUNTUTAN PEKERJAAN TERHADAP CYBERLOAFING DENGAN KEBOSANAN KERJA SEBAGAI MEDIATOR PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DARI RUMAH Elfira Pipit Kurniawati; Rostiana Rostiana; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Psikologi Vol 16, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/psi.2023.v16i1.4381

Abstract

The policy of working from home during the COVID-19 pandemic caused changes in the work environment and job demands that were suspected of causing cyberloafing. This study aims to determine the role of job boredom in mediating the effect of job demands on cyberloafing. Data were collected through online questionnaires to measure cyberloafing, job boredom and job demands from 116 participants who work as administrative staff. Data processing was carried out through regression techniques. The results showed that job demands had a significant effect on cyberloafing (β = 0.427, p = 0.000). After entering job boredom as a mediator, the results showed that the effect of job demands on cyberloafing decreased (β = 0.251, p = 0.004). These results indicate that job boredom can mediate (partially) the effect of job demands on cyberloafing. So, the effect of job demands on cyberloafing is even greater when those demands lead to work boredom. The  correlation between demographic data and research variables show that position, working hours and length of using internet  have a positive correlation with job demands; age, tenure, and working hours have a negative correlation with job boredom; age and tenure are negatively correlated with cyberloafing.
GAMBARAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TENAGA KEPENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI X PADA MASA PANDEMI COVID-19 Patrick Nugroho Nicktow; Zamralita Zamralita; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.15310.2022

Abstract

Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi pendidikan yang saat ini dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan industri dalam masa pandemi COVID-19. Khususnya di Indonesia banyak kebijakan baru terkait proses belajar mengajar selama masa pandemi. Kinerja perguruan tinggi dapat memiliki hasil yang baik dengan sumber daya yang mendukung. Salah satunya adalah tenaga kependidikan yang ikut membantu dalam proses administrasi kegiatan belajar mengajar dosen dan mahasiswa. Kualitas kehidupan kerja adalah salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap kinerja. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran kualitas kehidupan kerja dari para tenaga kependidikan. Kualitas Kehidupan Kerja mengacu pada perubahan yang meningkatkan pengalaman terkait pekerjaan seseorang atau menurunkan harga yang harus dibayar dalam bentuk psikologis atau sosial dalam menghasilkan barang dan jasa (Walton, 1980) Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020, menggunakan alat ukur kualitas kehidupan kerja dan pengolahan data statistik deskriptif. Wawancara dan observasi juga dilakukan untuk memperoleh data pendukung. Partisipan penelitian sebanyak 115 tenaga kependidikan PT X yang memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukan tenaga kependidikan memiliki kualitas kehidupan kerja yang tinggi >3.8 (skala 1 – 5). Seluruh dimensi kualitas kehidupan kerja juga memiliki skor yang tinggi, antara lain (tertinggi – terendah) coworker; work culture; work condition; supervisor; job characteristics; pay benefits; social relevance of employer; personal development; work life balance; dan promotion. Melalui dimensi-dimensi ini kondisi kualitas kehidupan kerja karyawan dapat dipertahankan dalam kondisi yang baik.