Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

EFEKTIVITAS PELATIHAN “MATH AND ME” BERLANDASKAN PRINSIP ATTRIBUTIONAL FEEDBACK DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI AKADEMIS Monica Gunawan; Sri Tiatri; Sesilia Monika
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 8, No 2 (2016): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.275 KB) | DOI: 10.24912/provitae.v8i2.216

Abstract

Previous research showed that attributional feedback could enhance academic self-concept in targeted subject. However, research in Indonesia about intervention to academic self-concept is still limited (Wahyuningsih, 2010) and had been done with special need participants (Tarmidi & Akbar-Hawidi, 2009). This research aimed to test the effectiveness of “Math and Me” training based on attributional feedback in enhancing academic self-concept, especially on mathematic subject among grade 7 student at Junior High School. The participants of this research were 3 students in grade 7 with low score of academic self-concept. The research design was one group pretest-posttest design. Pretest-posttest conducted on academic self-concept scores. Based on data analysis, academic self-concept scores significantly enhance after training. Participants also show more positive attitude, such as more open and actively involved in the mathematic learning processes. The result indicates that “Math and Me” training based on attributional feedback is effective in enhancing academic self-concept, especially on mathematic subject among grade 7 student at junior high school.Keywords: "Math and Me” training with attributional feedback, academic self-concept
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENGAJARAN MEMBANGUN MODEL MENTAL BACAAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR Sri Tiatri; Jap Tji Beng; Claudia Fiscarina; Hartinah Dinata
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.11348.2021

Abstract

Building Mental Models Teaching during reading is beneficial to improve students' reading and thinking skills. However, this teaching was not popular because the implementation was complicated. Efforts to develop learning models to build mental models for teachers are continuously being pursued. This study examines the factors that can affect the effectiveness of teacher training. Data is collected through documentation of the entire training process, starting from preparation, implementation, and completion. Interviews and in-depth observations were held in this in-house training process. Participants of this in-house training are a group of primary school teachers in Salatiga (10 teachers) and Tanjungpandan (10 teachers). The results show, there are 5 factors that need to be considered to achieve the effectiveness of in-house training of building mental models: (a) principal support, (b) association with certification, (c) training implementation time, (d) teachers' prior knowledge, (e) teacher habits when teaching in classroom, especially regarding assessment. Based on the evaluation of this training, the material presented was considered quite easy by the teacher. However, there is a tendency that teachers' habits in assessment affect the learning to build mental models that are carried out. There are habits that have the potential to interfere with the freedom of thought that are being developed. Based on the results of this study, it is hoped that the teaching carried out by the teacher can encourage students to think independently, not solely focusing on academic achievement. Pengajaran Membangun Model Mental saat membaca bermanfaat meningkatkan kemampuan membaca dan berpikir siswa. Namun pengajaran ini tidak populer karena pelaksanaannya yang tidak sederhana. Upaya mengembangkan model pembelajaran membangun model mental bagi para guru terus diupayakan. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelatihan guru. Data dikumpulkan melalui dokumentasi seluruh proses pelatihan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Wawancara dan observasi mendalam dilaksanakan dalam proses in house training. Partisipan in house training dalam penelitian ini adalah kelompok guru SD di Salatiga (10 guru) dan Tanjungpandan (10 guru). Hasil penelitian menunjukkan 5 faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai keefektifan in house training pembelajaran membangun model mental: (a) dukungan kepala sekolah, (b) pengaitan dengan sertifikasi, (c) waktu pelaksanaan pelatihan, (d) pengetahuan awal para guru, (e) kebiasaan guru dalam pengajaran di kelas, khususnya mengenai penilaian. Berdasarkan evaluasi terhadap pelatihan ini, materi yang disampaikan dianggap cukup mudah oleh guru. Namun ada kecenderungan bahwa kebiasaan guru dalam penilaian mempengaruhi pembelajaran membangun model mental yang dilaksanakan.  Ada kebiasaan yang berpotensi mengganggu kemerdekaan berpikir yang sedang dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pengajaran yang dilakukan guru dapat mendorong siswa untuk merdeka berpikir, tidak semata-mata berfokus pada prestasi akademik saja.
KECEMASAN MAHASISWA SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 Hartinah Dinata; Sri Tiatri; Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11786.2021

Abstract

The COVID-19 pandemic (Coronavirus Disease 2019) is an epidemic that is occurring worldwide and causing a number of psychological reactions and mental health. In response to the outbreak, the government established ‘Pembelajaran Jarak Jauh’ (PJJ). However, PJJ has had a number of negative effects. In addition, students are also prone to experiencing anxiety. There is increasing attention to the mental health of students at the higher education due to the COVID-19 situation. This study aims to determine the impact of the COVID-19 pandemic on student mental health, especially anxiety among students in Indonesia. The study was conducted using an online survey, with an anxiety scale from the DASS (Depression Anxiety Stress Scale), and a questionnaire related to the anxiety. The participants were 166 active undergraduate (S-1) students who were doing PJJ. The results showed that most students experienced extremely severe level of anxiety (44%). The anxiety that students experience might come from the COVID-19 pandemic situation, and the PJJ situation. Most of the students were worried that they would be infected by COVID-19 (83.13%). In addition, students also experience anxiety about the PJJ activities. They feel more anxious about carrying out academic activities compared to the period before the pandemic (76.5%). In addition, there are several conditions that affect student anxiety, such as: (a) feeling bored and less enthusiastic about online learning activities (78.31%); (b) the signal is bad, the quota runs out (68.67%), and (c) there is a lot of disturbance to the surrounding environment when online classes (67.47%). This state of academic anxiety is considered disturbing for students. Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) merupakan epidemi yang terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan sejumlah reaksi psikologis dan kesehatan mental. Dalam menanggapi adanya wabah yang sedang merebak, pemerintah menetapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun demikian, PJJ menyebabkan sejumlah dampak negatif. Selain itu, mahasiswa juga rentan mengalami kecemasan. Terjadi peningkatan perhatian terhadap kesehatan mental siswa pada tingkat pendidikan tinggi karena situasi COVID-19. Penelitian ini berusaha mengetahui dampak pandemi COVID-19 pada kesehatan mental mahasiswa, khususnya kecemasan pada mahasiswa di Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan online survey, dengan skala kecemasan dari DASS (Depression Anxiety Stress Scale), dan survey terkait kecemasan yang mahasiswa rasakan yang diciptakan peneliti. Partisipan berjumlah 166 mahasiswa aktif Strata 1 (S-1) yang sedang melakukan PJJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kecemasan dengan tingkat sangat parah (44%). Kecemasan yang dialami siswa dapat berasal dari situasi pandemi COVID-19 dan situasi PJJ. Sebagian besar mahasiswa cemas akan terjangkit COVID-19 (83,13%). Selain itu, mahasiswa juga mengalami kecemasan mengenai kegiatan PJJ yang berlangsung. Mereka merasa lebih cemas dalam menjalankan kegiatan akademik dibandingkan dengan masa sebelum pandemi (76,5%). Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa, seperti: (a) perasaan bosan dan kurang antusias mengenai kegiatan belajar online (78,31%); (b) sinyal buruk, kuota habis (68,67%), dan (c) banyaknya gangguan lingkungan sekitar ketika sedang kelas online (67,47%). Keadaan kecemasan akademik ini dianggap mengganggu bagi mahasiswa.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PRESTASI AKADEMIK DENGAN JOB PERFORMANCE PADA MAHASISWA AKTIF ORGANISASI KEMAHASISWAAN Talissa Carmelia; Sri Tiatri; Erik Wijaya
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.918

Abstract

Kecerdasan emosional adalah kemampuan menerapkan daya dan kepekaan emosi. Prestasi akademik adalah hasil proses belajar. Job performance adalah penilaian dan evaluasi tugas. Belum ada penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan emosi, prestasi akademik, dan job performance pada konteks organisasi kemahasiswaan di Indonesia sehingga tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan ketiga variabel di organisasi kemahasiswaan. Penelitian ini melibatkan 284 mahasiswa yang terlibat di organisasi kemahasiswaan (DPM dan BEM). Hasil penelitian ini menunjukkan tiga temuan utama. Pertama, ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan job performance ditinjau dari diri sendiri (r=0,338, p=0,013) tetapi tidak ada hubungan ditinjau dari rekan kerja (r = 0,080, p = 0,177), maupun dari ketua (r= -0,108, p= 0,069). Kedua, ada hubungan antara prestasi akademik dengan job performance ditinjau dari ketua organisasi kemahasiswaan (r = 0,147; p= 0,00), tetapi tidak ada hubungan jika ditinjau dari diri sendiri (r= -0,013, p = 0,830), maupun rekan kerja (r= 0,056, p= 0,352). Ketiga, tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi akademik pada mahasiswa yang terlibat di organisasi kemahasiswaan (r= -0,13, p= 0,83).
PENERAPAN PROGRAM THE GOOD BEHAVIOR GAMES (GBG) UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL PADA BYSTANDER Yunike Putri; Sri Tiatri; Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7712.2020

Abstract

Bullying is not only affects victims of bullying, but it can also affect students who witness bullying (bystander). The role of the bystander becomes very important because as someone who often witnesses the bullying, they can prevent the incident. A bystander who is often passive in stopping bullying has been found to have a low quality prosocial behavior. In doing prosocial behavior, one of very important thing to do is to give reinforcement to children. In the Good Behavior Games (GBG) program, students in groups will be given instructions in a game to do various prosocial behavior. Students will be given reinforcement, which is the compilation of rewards if they can show the expected behavior. The purpose of this research is to examine whether the implementation of the Good Behavior Games (GBG) program can increase prosocial behavior of bystander in 6th grade students. This study used an experimental design of one group pre-test post-test involving 27 participants who were identified as bystanders. The sampling technique in this study used purposive sampling. Measurements in this study used a Prosocial Behavior measurement tool developed by Knafo Noam et al. The GBG implementation was carried out in 22 sessions. The results showed that the Good Behavior Games intervention program was able to increase prosocial behavior of bystanders. Kejadian bullying tidak hanya mempengaruhi korban bullying, tetapi hal tersebut juga dapat memengaruhi siswa-siswa yang menyaksikan kejadian bullying (bystander). Peran bystander menjadi sangat penting, karena sebagai seseorang yang seringkali menyaksikan bullying, mereka dapat mencegah kejadian tersebut. Seorang bystander yang seringkali bersikap pasif dalam menghentikan bullying ditemukan memiliki kualitas perilaku prososial yang rendah. Dalam mengajarkan perilaku prososial, salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan yaitu dengan memberikan reinforcement atau penguatan pada anak. Dalam program the Good Behavior Games (GBG) para siswa dalam kelompok diberikan instruksi untuk melakukan berbagai perilaku prososial dalam suatu permainan. Siswa diberi reinforcement, yaitu berupa reward ketika berhasil menunjukkan perilaku yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah penerapan program the Good Behavior Games (GBG) dapat meningkatkan perilaku prososial pada bystander pada siswa kelas 6 SD. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen one group pre-test post-test dengan melibatkan 27 partisipan yang teridentifikasi sebagai seorang bystander. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Perilaku Prososial yang dikembangkan oleh Knafo Noam dkk. Pelaksanaan the GBG dilaksanakan sebanyak 22 sesi. Hasil penelitian menunjukkan pemberian intervensi program the Good Behavior Games dapat meningkatkan perilaku prososial pada bystander.
DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI MEDIATOR PENGARUH RASA SYUKUR TERHADAP KEPUASAN HIDUP GURU PADA SAAT PEMBELAJARAN DARING Yulia Lestari Tarihoran; Pamela Hendra Heng; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.12102.2021

Abstract

The Covid-19 pandemic resulted in new policies, one of which was to maintain physical distance.The application of maintaining physical distance has a huge impact in the world of education.This is due to the introduction of an online learning system. Teachers are the most affected.In desperate circumstances, teachers are required to transform face-to-face learning systems into online learning.Changes that occur suddenly affect the satisfaction of the teacher's life as a professional educator.No exception occurs in elementary school teachers.The difficulties experienced with the implementation of online learning systems cause discomfort.One way to reduce teacher discomfort is to practice gratitude.This study examined whether social support acted as a mediator of the influence of gratitude on the life satisfaction of elementary school teachers in South Tangerang.Life satisfaction measurements use the Satisfaction with Life Scale (SWLS) adaptation scale.Social support uses the Multidimentional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) adaptation scale Zimmet (1988).The adaptation scale of the Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) is used to measure gratitude.The results proved that social support mediated the influence of gratitude on life satisfaction in 125 elementary teachers in South Tangerang.The results support previous research in Korea (You et al., 2018), conducted on settings (COVID-19 pandemic) and different cultures. Pandemik Covid-19 menghasilkan kebijakan baru, salah satunya adalah menjaga jarak fisik. Penerapan menjaga jarak fisik sangat memiliki dampak dalam dunia pendidikan. Hal ini berimbas dengan diberlakukannya sistem pembelajaran daring. Guru merupakan pihak yang paling terkena dampak. Dalam keadaan terdesak, guru dituntut untuk mentransformasi sistem pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba memengaruhi kepuasan hidup guru sebagai tenaga pendidik profesional. Tidak terkecuali terjadi pada guru Sekolah Dasar. Kesulitan yang dialami dengan pemberlakuan sistem pembelajaran daring mengakibatkan ketidaknyamanan. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan guru adalah melatih rasa syukur. Penelitian ini menguji apakah dukungan sosial berperan sebagai mediator pengaruh rasa syukur terhadap kepuasan hidup guru SD di Tangerang Selatan. Pengukuran kepuasan hidup menggunakan skala adaptasi Satisfaction with Life Scale (SWLS). Dukungan sosial menggunakan skala adaptasi Multidimentional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) Zimmet (1988). Skala adaptasi dari Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) digunakan untuk mengukur rasa syukur. Hasil penelitian membuktikan bahwa dukungan sosial memediasi pengaruh dari rasa syukur terhadap kepuasan hidup pada 125 guru SD di Tangerang Selatan. Hasil penelitian mendukung penelitian sebelumnya di Korea dilakukan pada setting (pandemik COVID-19) dan budaya berbeda.
EFEKTIVITAS BIBLIOTERAPI UNTUK MENINGKATKAN KETANGGUHAN AKADEMIK SANTRI (STUDI PADA PESANTREN X, BOGOR, JAWA BARAT) Ade Ubaidah; Sri Tiatri; Heni Mularsih
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i2.2292

Abstract

Bibliotherapy is a method that uses literature to help clients to be able to express the problems they face and change their thinking perspective as an effort to help them overcome emotional problems, unstable mental conditions to overcome changes in their lives. Many bibliotherapy studies reveal that bibliotherapy is effective in dealing with problems, including reducing aggressiveness in adolescents. However, researchers have not found a study of bibliotherapy improving academic resilience in adolescent students. This study aims to examine the effectiveness of bibliotherapy in improving students’ academic resilience, a study of 7th grade students of SMPIT, X Islamic Boarding School, Bogor, West Java. The application of bibliotherapy was carried out on five experiment participants selected through purposive sampling, which was carried out in eleven meetings, which were divided into four stages based on the theory of the stages of bibliotherapy according to Pardeck (1993), namely identification, selection, presentation, and follow-up. The research method used was experiment, with randomized pretest-posttest control group design. Academic resilience measurement data of the control and experimental groups was processed with SPSS using the Independent Sample T-test method shows that bibliotherapy is ineffective in increasing the academic resilience of students of Islamic boarding school (t = -, 17, p = 0.87, p> 0.05). It is suspected that one of the causes is inadequate participant involvement in the vicarious learning process during bibliotherapy.  Biblioterapi adalah  suatu metode yang menggunakan literatur dalam membantu klien agar mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan merubah cara pandang berpikirnya sebagai upaya membantunya mengatasi masalah emosi, kondisi mental yang tidak stabil untuk mengatasi perubahan dalam hidupnya. Banyak penelitian biblioterapi yang mengungkapkan bahwa biblioterapi efektif dalam mengatasi masalah, diantaranya dalam menurunkan agresivitas pada remaja. Akan tetapi, peneliti belum mendapati kajian penelitian biblioterapi untuk meningkatkan ketangguhan akademik pada siswa remaja. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas biblioterapi untuk meningkatkan ketangguhan akademik santri pesantren, suatu studi pada santri kelas 7 SMPIT, Pesantren X, Bogor, Jawa Barat. Penerapan biblioterapi dilakukan pada lima partisipan eksperimen yang dipilih secara purposive sampling, yang dilaksanakan dalam sebelas kali pertemuan, yang dibagi menjadi empat tahap berdasarkan teori tahapan biblioterapi menurut Pardeck (1993) yaitu identifikasi, seleksi, presentasi, dan follow-up. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan randomized pretest-posttest control group design. Data pengukuran ketangguhan akademik pada kelompok kontrol dan eksperimen diolah dengan SPSS menggunakan metode Independent Sample T-test menunjukkan biblioterapi tidak efektif untuk meningkatkan ketangguhan akademik santri pesantren(t = -,17, p = 0,87, p > 0,05),. Hal ini dikarenakan keberhasilan biblioterapi sangat dipengaruhi oleh kesiapan partisipan untuk terlibat dalam proses vicarious learning selama mengikuti biblioterapi.
DAMPAK IMPLEMENTASI MBKM PADA KOGNITIF MAHASISWA UNIVERSITAS X: REKOMENDASI PENINGKATAN MBKM DI PTS Jap Tji Beng; Keni Keni; Nafiah Solikhah; Rita Markus Idulfilastri; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Mira Bella; Nina Perlita; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.16077.2022

Abstract

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah suatu program yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) sejak tahun 2020. Universitas Tarumanagara telah berkomitmen dalam menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai bagian dari kurikulum sejak tahun 2020. Sejalan dengan kebijakan MBKM, upaya Kemendikbudristek menjaga mutu Perguruan Tinggi adalah dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU). Salah satu sub indikator yang keberhasilan terdapat pada IKU-7, yaitu mahasiswa terlibat dalam kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Penelitian ini bertujuan melihat dampak implementasi kelas kolaboratif dan partisipatif pada mahasiswa yang teribat dalam MBKM, khususnya dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kabupaten Belitung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu qualitative descriptive dengan pendekatan participatory ethnography. Peneliti terdiri atas 7 dosen dan 6 mahasiswa pelaksana 3 PKM di Kabupaten Belitung. Partisipan yang menjadi sasaran  penelitian ini adalah  6 Mahasiswa MBKM yang terlibat dalam Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi dan wawancara sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan acara PKM di Kabupaten Belitung. Penelitian menghasilkan tiga temuan dalam aspek kognitif yaitu: (a) kegiatan pembelajaran kolaboratif dan partisipatif meningkatkan pengetahuan mahasiswa MKBM mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat; (b) meningkatkan kemampuan analisis pada mahasiswa; dan (c) meningkatkan kemampuan dalam hal problem solving pada mahasiswa. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran dampak pelaksanaan MBKM, dan selanjutnya dapat menjadi rekomendasi untuk peningkatan MBKM di perguruan tinggi swasta.
PERAN PERCEIVED STRESS DAN SELF-EFFICACY TERHADAP TEACHER BURNOUT GURU TK PADA MASA PANDEMI COVID-19 Supi Catur Nadyastuti; Heni Mularsih (Almh); Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.12097.2021

Abstract

This study aims to determine whether there is a role for perceived stress and self-efficacy on kindergarten teacher burnout in Jakarta during the Covid-19 pandemic. This research uses a quantitative approach and multiple linear regression analysis. This study uses the MBI-ES (Maslach Burnout Inventory-Educators Survey) measuring instrument developed by Maslach and Jackson (1996) to measure teacher burnout, and the PSS (Perceived Stress Scale) measurement tool developed by Cohen (1983) is used to measure perceived stress. Meanwhile, to measure teachers' self-efficacy against teacher burnout, the GSES (General Self-Efficacy Scale) measurement tool was used which was built following Bandura's social cognitive theory (Bandura, 1997), developed by Schwarzer and Jerusalem, 1995. The subjects of this study were 362 teachers from public and private kindergartens in Jakarta. The results of this study have a very significant relationship between perceived stress and self-efficacy variables on teacher burnout of kindergarten teachers in Jakarta during the Covid-19 pandemic. p = 0.000 (p <0.01). The R square is 0.927 which when proxied (0.927 x 100% = 92.7%) means that the amount of perceived  stress and self-efficacy towards teacher burnout was 92.7% and the remaining 7.3% was influenced by other factors not examined in this study.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peran perceived stress dan self-efficacy terhadap teacher burnout guru TK di Jakarta pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis regresi linear berganda. Menggunakan alat ukur MBI-ES (Maslach Burnout Inventory-Educators Survey) yang dikembangkan oleh Maslach dan Jackson (1996) untuk mengukur teacher burnout, dan alat ukur PSS (Perceived Stress Scale) yang dikembangkan oleh Cohen (1983) untuk pengukuran perceived stress. Sedangkan untuk mengukur self-efficacy terhadap teacher burnout digunakan alat ukur GSES (General Self-Efficacy Scale) yang dibangun mengikuti teori kognitif sosial Bandura (Bandura, 1995), dikembangkan oleh Schwarzer dan Jerusalem (1995). Subjek penelitian ini adalah 362 guru dari TK Negeri dan Swasta di Jakarta. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang sangat signifikan antar variabel perceived stress dan self efficacy terhadap teacher burnout guru TK di Jakarta pada masa pandemi Covid-19. Hal tersebut ditunjukkan dengan diperoleh nilai F = 2264,757 dengan p = 0,000 (p<0,05). R square sebesar 0,927 yang apabila dipresentasikan (0,927 x 100% = 92,7%) artinya besar sumbangan perceived stress dan self-efficacy terhadap teacher burnout sebesar 92,7% dan sisanya 7,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 
EFEKTIVITAS PROGRAM PSIKOEDUKASI PENGEMBANGAN SELF-ESTEEM UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM REMAJA KELAS 1 DI SMP X Beta Oktalia; Sri Tiatri; Heni Mularsih
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i2.2301

Abstract

The transition period of adolescents from elementary school to junior high school is a stage of development full of changes and challenges. During this transition period, adolescents become vulnerable and the level of self-esteem tends to decrease. The transition period to junior high school is the right period of development for primary low self-esteem preventive interventions, and to improve self-esteem of adolescents with low self-esteem. Self-esteem is an individual's positive or negative attitude in assessing and accepting him/herself holisitically which describes an individual's belief in his/her own sense of worth. The purpose of this study is to determine the effectiveness of the psychoeducation program for the development of self-esteem to improve self-esteem of first grade adolescent students in junior high school X. The participants of this research are eight first grade junior high school students ranging from 12-13 years old at X school Jakarta who had self-esteem issues. The method used is quantitative research that is quasi-experimental with one group pre-post-test research design. The result of the participants' pre- test and post-test paired sample T-Test shows (Z = 0.17, p> 0.05). The result shows that despite an increase in the Self-Esteem score after intervention, this increase is not statistically significant. Thus, the psychoeducation program for the development of self-esteem carried out in this study is ineffective in improving self-esteem of first-grade adolescent students in X junior high school.  Masa transisi remaja dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama adalah tahap perkembangan yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Selama masa transisi ini, remaja menjadi rentan dan tingkat self-esteem cenderung menurun drastis. Masa transisi ke sekolah menengah pertama merupakan periode perkembangan yang tepat untuk intervensi pencegahan primer dan upaya untuk meningkatkan self-esteem remaja yang memiliki low self-esteem (Bos, Muris, Mulkens & Schaalma, 2006). Terbatasnya penelitian sebelumnya yang mengekplorasi psikoedukasi self-esteem pada mahasiswa namun, belum adanya penelitian ini terhadap remaja, maka hal ini mendasari penelitian ini dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas program psikoedukasi pengembangan self-esteem untuk meningkatkan self-esteem remaja kelas 1 SMP di SMP X. Self-esteem merupakan sikap positif atau negatif individu dalam menilai dan menerima dirinya secara holisitik yang menggambarkan keyakinan individu akan rasa berharga diri sendiri. Partisipan penelitian adalah 8 orang siswa kelas 1 SMP berusia 12-13 tahun di sekolah X Jakarta yang memiliki masalah self-esteem. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat eksperimen dengan desain penelitian one group pre test-post test. Hasil pre-test dan post-test partisipan dengan Paired Sample T-Test menunjukkan (Z=0.17, p>0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa program psikoedukasi pengembangan self-esteem tidak efektif untuk meningkatkan self-esteem remaja kelas 1 SMP di SMP X. Penelitian memperlihatkan bahwa meskipun mean skor partisipan meningkatkan setelah diberikan intervensi psikoedukasi, namun tidak ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah intervensi.