PT. Duwa Atmimuda is a furniture company with metal raw materials. The company has a series of processes involving stakeholders to achieve company goals. Companies need to compile performance indicators and measure them to find out achievement of the company's goals their supply chain performance. Approach that used in assessing supply chain performance is SCOR (Supply chain Operation References) that includes plan, source, make, deliver, and return processes. The initial hierarchical model is adapted to the SCOR, each level is weighted using the AHP. The initial SCOR hierarchical model is adjusted to the company's conditions to measure its supply chain performance. The Snorm De Boer normalization is used to equate the value matrix of measurement indicator from AHP. Then grouping indicators to provide recommendations for improvement using the Traffic Light System (TLS). It was found that the company's performance assessment was 76.68 out of 13 company supply chain performance indicators. The value of supply chain performance is in good condition, but there are 10 performance indicators that still have not reached the maximum target. This is because the company does not have an optimal plan related to the process of material procurement, production, to product delivery, and coordination between stakeholders. PT. Duwa Atmimuda adalah perusahaan mebel dengan bahan baku metal. Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki serangkaian proses yang melibatkan beberapa stake holder saling berkaitan untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan perlu menyusun indikator kinerja dan mengukurnya untuk mengetahui apakah tujuan perusahaan telah tercapai dilihat pada kinerja rantai pasoknya. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam menilai kinerja rantai pasok adalah SCOR (Supply chain Operation References). SCOR merupakan pengukuran kinerja rantai pasok yang mencakup proses plan, source, make, deliver, dan return. Sebelum menggunakan SCOR dilakukan pembobotan tiap level menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Model hierarki awal SCOR disesuaikan dengan kondisi perusahaan untuk mengukur kinerja rantai pasoknya, sedangkan normalisasi Snorm De Boer digunakan untuk menyamakan nilai matriks yang digunakan sebagai indikator pengukuran. Kemudian dilakukan pengelompokan indikator untuk memberikan rekomendasi perbaikan menggunakan Traffic Light System (TLS). Dari hasil penelitian didapatkan penilaian kinerja perusahaan adalah 76,68 dari 13 indikator kinerja rantai pasok perusahaan. Nilai kinerja rantai pasok yang diperoleh termasuk dalam kondisi baik, tetapi terdapat 10 indikator kinerja yang masih belum mencapai target yang maksimal. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan belum memiliki perancanaan yang matang terkait proses pengadaan material, produksi, hingga pengiriman produk, serta koordinasi antar stake holder belum maksimal.