Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Hubungan antara Diabetes Melitus dengan Penyakit Arteri Perifer (PAP) Melalui Pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit di Mataram Hairu Nurul Mutmainah; Yusra Pintaningrum; I Gede Yasa Asmara
Unram Medical Journal Vol 6 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v6i3.133

Abstract

Latar Belakang: Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovaskuler dan degeneratif saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara lokal, nasional, regional, dan global, salah satunya adalah diabetes melitus. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun menderita diabetes. Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi. Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah komplikasi makrovaskuler yang mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis yang akan menjadi prediktor utama terjadinya penyakit arteri perifer (PAP). Skrining awal PAP sangatlah penting. Keparahan PAP dapat dinilai dengan nilai Ankle Brachial Index (ABI). ABI merupakan prosedur pemeriksaan non invasive dan sederhana untuk mendeteksi kemungkinan adanya PAP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara diabetes melitus dengan nilai ankle brachial index (ABI). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode crosssectional. Pengambilan sampel dilakukan di RSUD Provinsi NTB, Rumah Sakit Risa Sentra Medika Mataram dan Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram. Terdapat 105 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, kemudian dilakukan pengukuran ABI. Kadar gula darah didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil: Dari 105 sampel terdapat 38 (36,2%) mengalami diabetes melitus, 26 (24,8%) ABI tidak normal. Uji Chi Square diabetes melitus dengan ABI (p = 0,781). Uji Rasio Prevalensi diabetes melitus dengan ABI (RP = 1,102). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan penyakit arteri perifer melalui pemeriksaan ankle brachial index. Seseorang dengan diabetes melitus memiliki risiko 1,102 kali untuk memiliki nilai ABI yang tidak normal.
Faktor-Faktor Prognostik Terjadinya Stroke Associated Infection (SAI) Pada Penderita Stroke Iskemik Akut Ilsa Hunaifi; Rina Lestari; I Gede Yasa Asmara; Yusra Pintaningrum
Unram Medical Journal Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v5i2.186

Abstract

Latar Belakang: Selama perawatan penderita stroke, sering terjadi infeksi sehingga meningkatkan morbiditas penderita stroke iskemik akut (Stroke Associated Infection, SAI). Identifikasi awal terjadinya SAI sangatlah penting. Banyaknya faktor prognostik terjadinya SAI dan belum adanya model yang dapat memprediksi terjadinya SAI sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor prognosis terjadinya SAI pada penderita stroke iskemik akut. Metode: Penelitian dilakukan dengan rancangan kohort retrospektif pada penderita stroke iskemik akut di RSU Kota Mataram. Dilakukan pengumpulan data sekunder meliputi usia, jenis kelamin, derajat keparahan klinis, diabetes mellitus, gambaran foto toraks, ada tidaknya disfagia, fibrilasi atrial, gagal jantung kongestif, jumlah lekosit dan lokasi infark. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji statistik regresi logistik. Hasil: Didapatkan 125 subyek penelitian. Rerata usia 60,37 tahun, 81 orang (64,8%) laki-laki dan 44 orang (35,2 %) perempuan, 80 (64%) dengan derajat keparahan sedang, 48 (38,4%) penderita DM, Rerata jumlah lekosit 11.015,36, 60 (48%) terdapat disfagia, lokasi infark terbanyak di korona radiata (22,4%), 64,8% dengan gambaran foto toraks normal, 6 (4,8%) menderita fibrilasi atrial dan 35 (28%) menderita gagal jantung kongestif. Didapatkan hubungan usia, disfagia, lokasi stroke, kelainan foto toraks dengan terjadinya SAI. Analisis multivariat menunjukkan faktor prognostik terjadinya SAI adalah abnormalitas foto toraks, jenis kelamin, disfagia, dan gagal jantung kongestif. Didapatkan rumus untuk mempredikasi terjadinya SAI dan probabilitas SAI sebesar 16,6% Kesimpulan: Usia, derajat keparahan klinis, disfagia, lokasi stroke, abnormalitas foto toraks dan gagal jantung kongestif berhubungan dengan terjadinya SAI. Faktor prognostik terjadinya SAI adalah jenis kelamin, ada disfagia, abnormalitas foto toraks dan gagal jantung kongestif.
Bantuan Hidup Dasar Untuk Para Pesepeda Yusra Pintaningrum; Basuki Rahmat; Romi Ermawan; Yanna Indrayana; A.A.S.M. Meiswaryasti Putra
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 4 (2022): Oktober-Desember 2022
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i4.2539

Abstract

Kematian mendadak usia muda sering terjadi saat aktivitas fisik seperti olahraga, dimana orang tersebut tidak pernah mengalami sakit jantung sebelumnya. Sebanyak 15-20 persen penyebab kematian mendadak adalah karena jantung, yaitu hilangnya fungsi jantung secara mendadak, dan seringkali terjadi kurang dari satu jam. Penting sekali memahami bagaimana penyebabnya dan faktor risikonya, sehingga kita perlu waspada lebih awal. Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada tanggal 24 Juli 2022 di Rumah Sakit Universitas Mataram (RS UNRAM). Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia (PERKI) Provinsi Nusa Tenggara Barat mengadakan sejumlah kegiatan. Mulai dari bersepeda bersama dengan jarak 30 km, hingga edukasi dan pelatihan bantuan hidup dasar di RS UNRAM. kegiatan pelatihan ini diikuti oleh lebih dari 8 klub sepeda di Mataram. Materi yang diberikan adalah kematian mendadak pada pegiat olahraga, tips bersepeda yang aman dalam tinjauan kesehatan jantung, dan bantuan hidup dasar. Acara ini diampu oleh dokter-dokter spesialis jantung pembuluh darah serta dibantu oleh beberapa dokter muda Fakultas Kedokteran (FK) UNRAM. Suasana diskusi lebih hidup, peserta yang merupakan anggota perkumpulan pesepeda banyak mendapatkan pengetahuan mengenai bantuan hidup dasar. Kematian mendadak usia muda sering terjadi saat aktivitas fisik seperti olahraga, dimana orang tersebut tidak pernah mengalami sakit jantung sebelumnya dan solusinya  memberikan pengetahuan mengenai angka kematian jantung mendadak pada atlet atau pegiat pesepeda dan pentingnya pelatihan bantuan hidup dasar untuk menyelamatkan nyawa.
Optimalisasi Media Sosial Dari Hulu Ke Hilir Untuk Kampanye Kesehatan Yusra Pintaningrum; Basuki Rahmat; Romi Ermawan; Yanna Indrayana; A.A.S.M. Meiswaryasti Putra
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 2 (2023): April-Juni
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i2.4553

Abstract

Media sosial (medsos) memiliki peranan penting dalam dunia kedokteran. Hampir semua institusi menggunakan medsos untuk memberikan informasi mengenai informasi pendidikan sampai edukasi kesehatan baik untuk mahasiswa, dokter, maupun masyarakat awam. Namun, masalah etik yang bisa terjadi pada pengguna medsos diantaranya, pelanggaran privasi pasien, ketidakjelasan hubungan dokter dan pasien, pencemaran reputasi profesi, informasi tidak akurat, dan pelanggaran aspek hukum harus diwaspadai. Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat melakukan edukasi ke masyarakat untuk kampanye kesehatan, namun juga harus memahami batasan dalam penggunaan medsos. Seminar dengan judul optimalisasi media sosial dari hulu ke hilir sebagai kampanye kesehatan diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa untuk melakukan kampanye kesehatan sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit di Indonesia.
Peran Terapi Penyekat Beta Pada Takikardia Persisten Yang Disebabkan Oleh Sepsis: Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis KETUT ANGGA ADITYA PUTRA PRAMANA; BASUKI RAHMAT; YUSRA PINTANINGRUM
Hang Tuah Medical Journal Vol 22 No 1 (2024): Hang Tuah Medical Journal
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/htmj.v22i1.484

Abstract

Terdapat peningkatan minat dalam penggunaan penyekat beta untuk mengobati takikardia pada sepsis, namun umumnya penyekat beta relatif dikontraindikasikan untuk sepsis karena dapat menyebabkan penurunan aktivitas jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pengobatan penyekat beta pada pasien dengan takikardia persisten yang disebabkan oleh sepsis. Pencarian jurnal elektronik dilakukan di PubMed, ScienceDirect, dan Cochrane dari Januari 2013 hingga Mei 2023 untuk mengidentifikasi uji coba kontrol acak yang menilai peran pengobatan penyekat beta pada pasien dengan takikardia persisten yang disebabkan oleh sepsis. Penyekat beta yang dipilih pada penelitian ini adalah penyekat beta kerja pendek esmolol. Penggunaan penyekat beta pada pasien dengan takikardia persisten dan sepsis secara signifikan dikaitkan dengan rendahnya risiko semua penyebab kematian (P<0,0001; OR 0,42; 95%CI 0,27 - 0,65). Terdapat juga penurunan denyut jantung yang signifikan (P<0.00001; MD -18.34; 95%CI -25.62 - -11.06) dan peningkatan signifikan pada indeks volume sekuncup (P 0.01; MD 2.61; 95%CI 0.62 - 4.59) pada kelompok kelompok penyekat beta dibandingkan dengan kontrol. Beberapa penelitian lainnya melaporkan bahwa penurunan denyut jantung dengan esmolol secara efektif meningkatkan efisiensi kardiovaskular dengan menurunkan elastansi arteri statis dan meningkatkan volume sekuncup.
Crohn Disease: Patofisiologi, Diagnosis, dan Penatalaksanaan Nurul Utami, Herdiana; Ira Munirah; Latifah Mukhlisatunnafsi; Marwa Zileikhadira Manzalina; Yusra Pintaningrum; Jaini Rahma
Lombok Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2023): Lombok Medical Journal Volume 2 Nomor 2
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v2i1.2340

Abstract

ABSTRAK Penyakit Crohn adalah kondisi radang usus idiopatik kronis, ditandai dengan lesi, yang dapat memengaruhi seluruh saluran cerna mulai dari mulut hingga anus. Insiden tahunan penyakit crohn mencapai 3 hingga 20 kasus per 100.000 dengan usia rata-rata 30 tahun. Patofisiologi penyakit crohn didasarkan pada peradangan jaringan oleh respons imun yang tidak dapat dikendalikan terhadap antigen bakteri. Penegakan diagnosis dengan Computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), dan ultrasonografi menjadi standar diagnosis dari penyakit crohn. Prognosis dari penyakit crohn ini tergantung dari komplikasi yang muncul seperti fistula dan bowel obstruction usus serta kondisi remisi dari pasien, ataupun tingkat respon tiap pasien terhadap pengobatan sehingga dalam menangani penyakit crohn adalah mengobati kondisi peradangan aktif hingga cepat mengalami remisi dan mempertahankannya selama mungkin. Kata Kunci: crohn disease; patofisiologi; diagnosis; penatalaksanaan; prognosis ABSTRACT Crohn's disease is a chronic idiopathic inflammatory bowel condition, characterized by lesions, which can affect the entire gastrointestinal tract from the mouth to the anus. The annual incidence of Crohn's disease is 3 to 20 cases per 100,000 with a median age of 30 years. The pathophysiology of Crohn's disease is based on tissue inflammation by an uncontrollable immune response to bacterial antigens. Computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), and ultrasonography have become the standard for the diagnosis of Crohn's disease. The prognosis of Crohn's disease depends on complications such as enteric fistula and intestinal neoplasia and the condition of remission of the patient, or the level of response of each patient to treatment so that in treating Crohn's disease is to treat the active inflammatory condition until it goes into remission quickly and maintain it as long as possible. Keyword: crohn disease; pathophysiology; diagnosis; treatment; prognosis
Enterokolitis Nekrotik: Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana Iftinan, Yumna; Ranti Filarma Negara Purnama; Lale Srigading Udayanti; Izza Ahmad Muharis; Jannatul Cahya Admiyanti; Yusra Pintaningrum
Lombok Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2023): Lombok Medical Journal Volume 2 Nomor 2
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v2i1.2390

Abstract

Enterokolitis nekrotik (EKN) merupakan kondisi peradangan pada usus dan lebih banyak ditemukan pada bayi lahir prematur. Kejadian EKN meningkat pada anak dengan berat badan lahir <1500 gram dan usia kehamilan <28 minggu. Patofisiologi EKN belum dipahami sepenuhnya, namun mekanisme yang dapat berkaitan dengan terjadinya penyakit yaitu invasi bakteri intraluminal melalui TLR-4 dan mengaktifkan reaksi inflamasi. Selain itu, gangguan mikrosirkulasi usus serta disbiosis juga dikatakan berkaitan dengan proses terjadinya penyakit. Penegakan diagnosis dan stadium penyakit dilakukan dengan Bell’s Modifed Staging Criteria, terdiri dari fase ringan, sedang dan parah. Akibat buruknya prognosis EKN, pemberian tatalaksana harus dilakukan secara adekuat.
Heart-type Fatty Acid-binding Protein (H-FABP) sebagai Diagnostik Awal dan Prognostik Infark Miokard Akut Ni Made Utami Wulandari; Putu Wika Pramesti Iswari; Yusra Pintaningrum
Lombok Medical Journal Vol. 2 No. 3 (2023): Lombok Medical Journal Volume 2 Nomor 3
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v2i2.2622

Abstract

Acute myocardial infarction (AMI) remains one of the leading causes of mortality and morbidity worldwide. Early diagnosis and accurate prognosis are vital to improve patient outcomes. Heart-type Fatty Acid-binding Protein (H-FABP) has emerged as a potential biomarker for AMI. H-FABP is a cytoplasmic protein encoded by the FABP3 gene, situated on chromosome 1 in the human genome. It plays a crucial role in active fatty acid metabolism and is implicated in the absorption, cellular metabolism, and/or transport of polyunsaturated fatty acids (PUFAs). During the pathogenesis of acute coronary syndrome (ACS), H-FABP is rapidly released into the circulation when myocardial ischemic injury occurs. Its early detection, around 1-2 hours after AMI, with a peak at 5-10 hours, and normalization within 24-36 hours, makes H-FABP an ideal candidate for early diagnostic and prognostic evaluation in AMI patients. Despite its excellent prognostic value, H-FABP's diagnostic sensitivity outweighs its specificity for AMI. This review discusses the potential of H-FABP as an early diagnostic and prognostic marker for AMI and emphasizes further studies and research are needed regarding the use of H-FABP as a diagnostic and/or prognostic marker for AMI.
Varises Esofagus Shofa Rona Alya Nuha; Ratu Asyifa Sukma Ayu; Sastraningsih Setiawati; Suci Nurjanah; Yusra Pintaningrum
Lombok Medical Journal Vol. 2 No. 3 (2023): Lombok Medical Journal Volume 2 Nomor 3
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v2i2.2762

Abstract

Varises esofagus adalah pelebaran vena submucosa pada distal esofagus akibat hipertensi portal pada pasien sirosis hati. Varises esofagus merupakan salah satu bentuk komplikasi dari penyakit sirosis hati, yaitu penyakti gambaran perubahan patologis dari stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif dan ditandai dengan terbentuknya nodul regenerative. Terdapat beberapa terapi yang dapat diberikan kepada pasien dengan varises esofagus, seperti terapi farmakologi dan terapi endoskopi dilakukan terutama untuk upaya mencapai homeostatis pada kasus perdarahan varises. Terapi endoskopi terdiri dari skleroterapi dan ligasi. Skleroterapi adalah metode pengobatan dimana agen sklerosis (etanolamina oleat) akan disuntikkan ke dalam varises untuk menghambat hemodinamik. Sebaliknya, teknik ligasi dilakukan untuk memblokir aliran darah varises secara fisik dan memicu fibrosis
A Original Research Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C) dengan Tekanan Darah pada Pasien Poli Jantung di RSUD Provinsi NTB Lendi Leskia Putri; Yusra Pintaningrum; Fitriannisa Faradina Zubaidi
Lombok Medical Journal Vol. 2 No. 3 (2023): Lombok Medical Journal Volume 2 Nomor 3
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/lmj.v2i2.2959

Abstract

Hypertension is one of the leading causes of death worldwide. According to data from the World Health Organization (WHO) in 2019, hypertension affects more than 22% of the global population. The results from Riskesdas indicate an increasing prevalence of hypertension in Indonesia, from 25.8% to 34.1%. Body Mass Index (BMI) has a significant impact on the occurrence of hypertension, where individuals with excess BMI and obesity have a higher risk of developing hypertension. The increase in hypertension cases is also caused by dyslipidemia. LDL-C ratio is a strong predictor of atherosclerosis plaque formation, which can lead to increased blood vessel resistance and elevated blood pressure. This study aims to analyze the relationship between Body Mass Index (BMI) and Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C) with Blood Pressure. The design of this study was correlational research design with a cross sectional approach. The population in this study were all patients of polyclinic cardiology RSUD Provinsi NTB (November 2022-January 2023), with the sampling technique used was consecutive sampling, where size of sample is 28 peoples. Obtained data are analyzed using Spearman method. Overall there were 28 subjects. There were 4 (14.3%) subjects with underwight range, 7 (25%) with healthy weight range, 16 (57.2%) with overweight range, and obesity range. While for LDL-C levels, there were 8 (28.5%) with optimal, Fairly good, Borderline high, High, and very high. 5 (18%) out of 28 respondents have optimal BP, 7 (25%) with normal BP whereas in high BP were 57%. Stastistical analysis shows that there was no relationship between the value of BMI with blood pressure with p-value 0,765 (p>0,05; r = 0,059). there was no relationship between LDL-C with blood pressure (r = 0,044; p = 0,823).