Adi Damanhuri, Adi
Program Studi Ilmu Falak Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

DESAIN SISTEM PENGAMATAN SABIT BULAN DI SIANG HARI Adi Damanhuri
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Astronomi sebagai ilmu yang tertua di muka Bumi, telah berperan sangat besar bagi kehidupan manusia. Khususnya di Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim, peran astronomi yang nyata adalah kontribusi dalam penentuan waktu-waktu ibadah, arah kiblat dan penentuan bulan baru hijriyah. Khusus dalam penentuan bulan baru hijriyah, dilakukan dengan mengamati Bulan muda atau sabit Bulan, dan bangsa Indonesia telah melakukan sejak lama. Kini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengamatan  sabit Bulan  tidak lagi dilakukan dengan mata telanjang, tetapi juga sudah menggunakan teleskop bahkan telah menggunakan detektor dan perangkat lunak untuk mengolah citra yang di dapat.Umumnya pengamatan  sabit Bulan  yang dilakukan di Indonesia menggunakan sistem mobile atau portable. Dengan sistem ini, terdapat beberapa kelemahan diantaranya waktu untuk perakitan perangkat pengamatan yang tidak sebentar. Penulis mencoba membuat sebuah sistem pengamatan  sabit Bulan dengan sistem kontrol gerak menggunakan perangkat lunak yang tersedia gratis di internet. Pengamatan dilengkapi dengan penunjang pengamatan berupa rumah teleskop yang di desain khusus untuk pengamatan  sabit Bulan  di siang hari. Demikian pula selongsong penghalang (baffle) dibuat untuk meningkatkan kontras dan mengurangi hamburan cahaya yang masuk ke teleskop. Hasil uji coba pengaruh penggunaan baffle menunjukkan peningkatan kontras sebesar 13 %. Desain rumah teleskop dan manual penggunaan sistem pengamatan sabit Bulan akan dapat diakses oleh masyarakat. 
Sistem Kontrol Teleskop Meade LX-600 Dengan Aplikasi Open Source Adi Damanhuri
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.04 KB) | DOI: 10.30596/jam.v5i2.3758

Abstract

Now, astronomical observations including hilal observations are easier and simpler because of instruments equiped with computer-based technology. One of them is a telescope that is equipped by a automatical motor drive and computerized. Telescope control is now easier to do with applications based on open source operating systems, one of them is KStars application. With Meade LX-600 telescope owned by the departement of Ilmu Falak, Islamic Studies and Law Faculty UIN Sunan Ampel Surabaya, a control system was built using the KStars application based on open source, which has the advantage of no need to install additional drivers for connectivity with cables.           
Sistem Pengamatan Hilal ISRN UHAMKA Adi Damanhuri
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.867 KB) | DOI: 10.30596/jam.v4i1.1931

Abstract

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi dampak yang luar biasa diberbagai sendi kehidupan. Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam, sebagian besar masyarakatnya masih melakukan pengamatan hilal untuk memastikan masuknya awal bulan baru hijriah. Penngamatan yang dilakukan bermacam-macam, dari yang sederhana hanya menggunakan mata telanjang hingga pengamatan yang sudah menggunakan berbagai teknologi penunjang. The Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA teah membangun sistem pengamatan hilal yang menggunakan teknologi terkini yang terdiri dari teleskop William Optic Zenith Star 71ED, kamera CCD Skyris 274M, dudukan teleskop tipe iOptron CEM60, dan filter Baader 685nm. Sebagai instrumen pembantu, sistem teleskop ditambah dengan baffle untuk menapis kuatnya cahaya Matahari pada saat pengamatan.Keyword: Teleskop, Hilal.
Implementation of the New MABIMS Crescent Visibility Criteria: Efforts to Unite the Hijriyah Calendar in the Southeast Asian Region maskufa maskufa; Sopa Sopa; Sri Hidayati; Adi Damanhuri
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v22i1.22275

Abstract

This paper discussed the implementation of the new MABIMS hilāl visibility criteria in the unification of the Hijriyah calendar in member countries (Malaysia, Brunei, Indonesia and Singapore). This research uses the approach of Astronomy and Grindle's theory of policy implementation. The data source comes from the MABIMS Muzakarah results document and related articles. The research results indicate that the new MABIMS moon crescent visibility criteria are part of a public policy that, in its implementation, requires two mutually supportive variables. First, the content of the policy in the form of the moon crescent visibility criteria (3⁰; 6.4⁰) was accepted by all member countries through the signing of an ad referendum on 8 December 2021. This acceptance will receive public support if it is beneficial to time management. Second, the context of implementation is carried out in stages by taking into the characteristics of the institutions involved in preparing the Hijriyah calendar. At the practical level, the policy can be well received by the public, except in Indonesia, which still faces obstacles. This is due to the policy in the three countries being carried out on a top-down basis, while in Indonesia, it is carried out on a bottom-up basis. Furthermore, determining of Ramadan, Shawwal, and Zulhijjah are still waiting for confirmation of the sighting of the moon (ru’yah). It related to the domination of ru’yah, and a strong distinction between the function of the calendar in civil administration and worship practice.  Abstrak Makalah ini membahas penerapan kriteria baru visibilitas hilalMABIMS dalam penyatuan penanggalan Hijriyah di negara-negara anggota(Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura). Penelitian ini menggunakanpendekatan penerapan kebijakan Astronomi dan teori Grindle. Sumber databerasal dari dokumen hasil Muzakarah MABIMS dan artikel terkait. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kriteria baru visibilitas hilal MABIMS merupakanbagian dari kebijakan publik yang dalam pelaksanaannya membutuhkandua variabel yang saling mendukung. Pertama, isi kebijakan berupa kriteriavisibilitas bulan sabit (3⁰; 6.4⁰) diterima oleh seluruh negara anggota melaluipenandatanganan referendum pada 8 Desember 2021. Penerimaan ini akanmendapat dukungan publik jika bermanfaat hingga manajemen waktu. Kedua,konteks pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan memperhatikankarakteristik lembaga yang terlibat dalam penyusunan penanggalan Hijriyah.Pada tataran praktis, kebijakan tersebut dapat diterima dengan baik olehmasyarakat, kecuali di Indonesia yang masih menghadapi kendala. Hal inidisebabkan kebijakan di ketiga negara dilakukan secara top-down, sedangkan diIndonesia dilakukan secara bottom-up. Selanjutnya, penentuan awal Ramadan,Syawal dan Zulhijah masih menunggu konfirmasi penampakan hilal (rukyah).Ini terkait dengan dominasi ru’yah, dan perbedaan yang kuat antara fungsipenanggalan dalam administrasi sipil dan praktik ibadah.
Ideal Data to Determine Accurate Fajr Time Adi Damanhuri; Akhmad Mukarram
Jurnal Matematika MANTIK Vol. 8 No. 1 (2022): April - June
Publisher : Mathematics Department, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/mantik.2022.8.1.28-35

Abstract

Early fajr time research was carried out by various parties with various techniques, one of which was using a sky quality meter (SQM) photometric tool. Observational data from various regions that have varying night levels result in a varying early fajr time as well. By paying attention to the effect of sky quality represented by the night level at the observation location, this research wants to answer whether the 20 mpsas night level limit is ideal data by looking at the correlation coefficient between night level and the turning point solution. From 1068 data with varying night levels, the correlation coefficient ( ) between the night level and the turning point solution is 0,42 which means there is an effect, while for data with a minimum night level of 20mpsas the correlation coefficient is 0,07 which means there is no influence. Based on the results of the analysis, the night level of 20mpsas can be the minimum limit for conducting an ideal early fajr time research. From 241 ideal observation data from 6 LAPAN observation stations, early fajr time presents when the Sun's elevation angle is -16,51°. Early fajr time is also the beginning of subuh prayer time, with its standard used in Indonesia, which is -20° or 3,49° different from the analysis results, if it is converted there is a difference of 13 minutes 57 seconds.
Pengaruh Level Malam terhadap Solusi Titik Belok pada Data Sky Quality Meter Adi Damanhuri; Mochammad Zidni Ilman Nafiah Say'ri; Achmad Nurfathoni Arifudin
Ma’mal: Jurnal Laboratorium Syariah dan Hukum Vol. 2 No. 3 (2021): Juni
Publisher : Laboratorium Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1821.653 KB) | DOI: 10.15642/mal.v2i3.90

Abstract

Abstract: Research using a simple photometric device, namely the Sky Quality Meter (SQM), is widely carried out for various purposes. Research of determining subuh prayer time using SQM in Indonesia is also widely carried out, by various groups and produces observational data from various locations. Each observation location has a different sky quality, the quality of the sky is represented by the night level obtained from observations using SQM. The beginning of subuh prayer time is obtained by determining the inflection point of the SQM data. From 460 observational data from LAPAN Pasuruan station and LAPAN Pontianak station, to determine the night level that represents the quality of the sky and the turning point solution, this research uses product moment correlation. The calculation shows that there is a correlation between the night level and the turning point solution with r = -0.77 in the strong or high correlation category, besides that the correlation pattern shows a negative correlation or reverses which indicates that the higher the night level, the deeper the turning point results. This also shows that researchers who want to make observations with SQM to determine turning points should be done in locations that have good or high night levels. Keywords: subuh prayer time, SQM, correlation, night level, turning point. Abstrak: Penelitian menggunakan alata fotometri sederhana yaitu Sky Quality Meter (SQM) marak dilakukan untuk berbagai keperluan. Penelitian awal waktu subuh menggunakan SQM di Indonesia juga marak dilakukan, oleh berbagai kalangan dan menghasilkan data pengamatan dari berbagai lokasi. Tiap-tiap lokasi pengamatan memilki kualitas langit berbeda, kualitas langit direpresentasikan oleh level malam yang diperoleh dari hasil pengamatan menggunakan SQM. Awal waktu subu diperoleh dengan menentukan titik belok dari data SQM. Dari 460 data pengamatan yang berasal dari stasiun LAPAN Pasuruan dan stasiun LAPAN Pontianak, untuk menentukan antara level malam yang merepresentasikan kualitas langit dengan solusi titik belok, penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Perhitungan menunjukkan adanya korelasi antara level malam dengan solusi titik belok dengan r= -0.77 masuk pada kategori korelasi yang kuat atau tinggi, selain itu pola korelasinya menunjukkan korelasi negatif atau berbalik arah yang menunjukkan bahwa makin tinggi level malam maka hasil titik belok akan semakin dalam. Hal ini juga menunjukkan bahwa para peneliti yang ingin melakukan pengamatan dengan SQM untuk menentukan titik belok, sebaiknya dilakukan di lokas-lokasi yang memiliki level malam baik atau tinggi. Kata kunci: waktu subuh, SQM, korelasi, level malam, titik belok.
Implementasi Uji Mann-Whitney Dalam Evaluasi Prestasi Hasil Belajar Kegiatan Pelatihan SAILS Fakultas Syariah Dan Hukum UINSA Adi Damanhuri; Agus Solikin
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol 7 No 1 (2022): JULY
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/must.v7i1.12554

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur prestasi hasil belajar dalam kegiatan pelatihan SAILS-UINSA di Fakultas syariah dan Hukum dengan menggunakan Mann-Whitney. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan pengumpulan data menggunakan angket, data dianalisis secara diskriptif dan menggunakan Mann-Whitney. Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, diperoleh kesimpulan bahwa pelatihan SAILS-UINSA di Fakultas Syariah dan UINSA secara diskripsi memberikan kenaikan rata-rata hassil prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelatihan yaitu sebesar 1,14, dengan peserta yang mengalami kenaikan prestasi belajar sebesar 57,14%. Namun, jika dianalsiis dengan mann-whitney pelatihan tersebut tidak memberikan kenaikan prestasi belajar.
IMPLEMENTASI UJI MANN-WHITNEY DALAM EVALUASI PRESTASI HASIL BELAJAR DALAM KEGIATAN PELATIHAN SAILS-UINSA DI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UINSA Adi Damanhuri; Agus Solikin
Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Vol 23 No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/didaktis.v23i1.12571

Abstract

Tujuan penelitian dalam paper ini adalah mengukur prestasi hasil belajar dalam kegiatan pelatihan SAILS-UINSA di Fakultas syariah dan Hukum dengan menggunakan Man-Whitney. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan pengumpulan data menggunakan angket, data dianalisis secara diskriptif dan menggunakan mann-whitney. Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, diperoleh kesimpulan bahwa pelatihan SAILS-UINSA di Fakultas Syariah dan UINSA secara diskripsi memberikan kenaikan rata-rata hassil prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelatihan yaitu sebesar 1,14, dengan peserta yang mengalami kenaikan prestasi belajar sebesar 57,14%. Namun, jika dianalsiis dengan mann-whitney pelatihan tersebut tidak memberikan kenaikan prestasi belajar.
Hifz Al Aql dan Penerapan Open-Ended Question dalam Materi Konsep Arah Kiblat Pada Mata Kuliah Matematika Astronomi Agus Solikin; Siti Tatmainul Qulub; Adi Damanhuri; Novi Sopwan; Holillur Rohman
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 12, No 02 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i02.3243

Abstract

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan langkah-langkah penerapan pendekatan open ended question pada materi konsep arah kiblat di mata kuliah matematika astronomi dalam rangka menjaga semangat hifz al aql. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan di prodi Ilmu Falak Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya Semester Gasal Tahun Akademik 2022/2023. Langkah - langkah  penerapan pendekatan pada kajian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama persiapan yang meliputi penyusunan lembar kerja mahasiswa yang memuat masalah tentang konsep arah kiblat dengan pendekatan open ended question. Tahap kedua pelaksanaan, dimulai dengan dosen pengampu menyampaikan motivasi, tujuan perkuliahan dan metode perkuliahan yang dilakukan. Kemudian dilanjutkan mahasiswa membentuk kelompok, bersama kelompoknya mahasiswa mendiskusikan penyelesaian masalah yang ada dalam lembar kerja mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan satu atau beberapa kelompok mewakili satu kelas untuk mempresentasikan hasil kinerjanya, sedangkan kelompok yang lain diminta untuk memberi tanggapan. Tahap kedua ini ditutup dengan kegiatan mahasiswa secara bersama-sama dengan dosen pengampu, membuat refleksi dan kesimpulan atas solusi penyelesaian masalah tersebut. Tahap ketiga yaitu evaluasi, pada tahap ini dosen melakukan penilaian terhadap hasil perkuliahan,
ANALISIS KORELASI DAN REGRESI ANTARA TAHUN BERDIRI DENGAN NILAI DEVIASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SE-JAWA TIMUR Agus Solikin Agus; Adi Damanhuri
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol 9 No 1 (2024): JULY
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/must.v9i1.22536

Abstract

This research aims to determine the correlation and regression between the year the Majid Agung was founded in East Java and the deviation value in the direction of the Qibla. The research method used is quantitative with simple correlation analysis which is based on guidelines for interpreting the correlation between the independent variable and the dependent variable. This research also uses linear regression. The deviation value of the Qibla direction of the Great Mosque is the dependent variable, and the year of its establishment is the independent variable. Correlation and linear regression calculations using Microsoft Excel. Based on the research that has been carried out, it was found that there was a very low correlation between the year it was founded and the deviation value in the Qibla direction of the Great Mosque building, namely 0.016, with the regression equation y=0.0009x+6.7736 and the variable the year the Great Mosque was founded only affected the Qibla direction deviation value by 0.03%,. based on the classification of great mosques into 4 (four) categories of centuries of existence, it shows that category 1, category 2, and category 3 have a negative correlation and each has a very low correlation, namely -0.128026886 for categories 1 and -0, 048713168 for category 2. Meanwhile, category 3 has a moderate correlation, namely -0.419826395, with the coefficient of determination of the year of establishment on the Qibla direction deviation value of 17.64% while 82.46% comes from other variables. Category 4 has a positive correlation and includes low correlation with a correlation coefficient of 0.24422172 and a coefficient of determination for the year of establishment with a Qibla direction deviation value of 5.96% while 94.04% comes from other variables