Rocky Wilar
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi / RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado

Published : 37 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN DIARE PADA ANAK BALITA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO Soentpiet, Marlina G. O.; Manoppo, Jeanette I. Ch.; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.10157

Abstract

Abstract: Diarrhea is still a health problem in the world which can be seen from the high rates of morbidity and mortality due to diarrhea in children worldwide. In patients with diarrhea, nutrients needed by the body are excreted along with the occurence of body dehydration. Therefore, when a child under five years has diarrhea oftenly, then his/her growth can not be optimal. This was an analytical observational study with a cross sectional approach, conducted in Tondano Watershed during November to December 2014. Subjects were 70 children under five years old. Data were collected by using questionnaires and then were analyzed with the chi-square test. The results showed that there was no correlation between sociodemographic factors (education, occupation, and ages of the mothers), sources of drinking water, and house floors with the occurence of diarhhea (P > 0.05). However, there was a correlation between excreta disposal sites and the occurence of diarrhea (P = 0.003). Conclusion: There was a correlation between excreta disposal site with diarrhea in Tondano watershed and there was no correlation between the level of education, parents’ occupation, maternal age, source of drinking water, and the type of floor house and diarrhea.Keywords: diarrhea, children under five years, sociodemographic factors, environmental factorsAbstrak: Diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Masalah tersebut terlihat dari tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat diare pada anak di seluruh dunia. Pada penderita diare, zat-zat makanan yang masih diperlukan tubuh terbuang bersamaan dengan dehidrasi. Oleh karena itu, bila anak balita sering mengalami diare, maka pertumbuhannya tidak akan berlangsung secara optimal. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan potong lintang, dilakukan di Daerah Aliran Sungai Tondano selama bulan November-Desember 2014. Subyek penelitian sebanyak 70 orang anak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan data dianalisis dengan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara faktor sosiodemografi yang meliputi tingkat pendidikan ibu (p=0,146), jenis pekerjaan ibu (p= 0,089), dan umur ibu (p=0,053). Untuk faktor lingkungan yang meliputi sumber air minum (p=0,349) tidak berhubungan, jenis tempat pembuangan tinja (p= 0,003) berhubungan, dan jenis lantai rumah (p=0,264) tidak berhubungan. Simpulan: Terdapat hubungan antara tempat pembuangan tinja dengan diare di Daerah Aliran Sungai Tondano dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan orang tua, usia ibu, sumber air minum dan jenis lantai rumah dengan diare.Kata kunci: diare, anak balita, faktor sosiodemografi, faktor lingkungan
HUBUNGAN APGAR SKOR DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN SEPSIS NEONATORUM Carolus, Winny; Rompis, Johnny; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 1, No 2 (2013): Jurnal e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v1i2.3271

Abstract

Abstract: Neonatal sepsis is still a major problem in the field of neonatal care and services. The incidence of sepsis in developing countries is high at 1.8 to 18 per 1000 live births with a mortality rate of 12-68%. This happens because many risk factors for infection in the perinatal period that can not be prevented and addressed. Some of the risk factors associated with sepsis are Apgar scores and birth weight. The purpose of this study was to determine the relationship between Apgar scores and birth weight with sepsis. The research method used is analytic observational prospective study conducted in the department of Prof.Dr.RD Kandou Neonati Subdivision Manado during November 2012 to January 2013. Research subjects are babies with sepsis and not sepsis. The result showed 50 infants suspected sepsis. 40 infants with proven sepsis and 10 infant sepsis. By using the Fisher Exact test and multiple logistic regression analysis found (p = 0.999> α = 0.05 (R) = 0.377). The conclusion of this study is that the data obtained from infants with neonatal sepsis have low Apgar scores and low birth weight with the highest percentage. With a statistical test there was no correlation between Apgar scores and birth weight with neonatal sepsis. Keywords: neonatal sepsis, Apgar scores, birth weight   Abstrak: Sepsis neonatorum masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Angka kejadian sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1,8-18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12-68%. Hal ini terjadi karena banyak faktor risiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan sepsis yaitu Apgar skor dan berat badan lahir. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan antara apgar skor dan berat badan lahir dengan sepsis. Metode penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan studi prospektif yang dilakukan di Sub Bagian Neonati RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado selama bulan November 2012 sampai Januari 2013. Subjek penelitian ialah bayi dengan terbukti sepsis dan tidak sepsis. Hasil penelitian didapatkan 50 bayi tersangka sepsis. 40 bayi dengan terbukti  sepsis dan 10 bayi tidak sepsis. Dengan menggunakan uji Fisher Exact dan analisis regresi logistik multipel didapatkan  (p = 0,999 > α = 0,05  (R) = 0,377). Kesimpulan penelitian ini ialah dari data  diperoleh bayi dengan sepsis neonatorum memiliki apgar skor rendah dan berat badan lahir rendah dengan persentase terbanyak. Dengan uji statistik tidak terdapat hubungan antara Apgar skor dan berat badan lahir dengan sepsis neonatorum. Kata kunci : sepsis neonatorum, Apgar skor, berat badan lahir
HUBUNGAN SIRKUMSIS DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK SEKOLAH DASAR Batara, Algi Reafanny; Umboh, Adrian; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v1i3.3591

Abstract

Abstrak: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih yang meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuri bermakna yaitu ≥ 100.000 koloni / ml urin segar, infeksi ini sering di temukan pada anak dan merupakan penyebab kedua terbanyak mordibitas penyakit infeksi pada anak sesudah infeksi saluran napas. Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki sedangkan setelahnya anak perempuan lebih dominan, rasio ini terus meningkat hingga di usia sekolah. Salah satu faktor penyebab ISK adalah  sirkumsisi, dimana anak laki-laki yang sudah disirkumsisi resiko ISK menurun dari 0,2 - 0,05% dari anak laki-laki yang tidak disirkumsisi. Anak laki-laki yang tidak di sirkumsisi, ISK terjadi karena daerah di bawah kulit prepusium sangat peka terhadap mikrolesi dan lingkungan yang lembab sehingga dapat memudahkan terjadinya infeksi. Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini mengenai hubungan sirkumsisi dengan infeksi saluran kemih pada anak sekolah dasar Madrasah Ibtidayah yang menggunakan uji chi-square (x2) dan koefisien korelasi pada tingkat kemaknaan 95% (α0,05). Kesimpulan: Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara sirkumsisi dengan kejadian ISK pada anak sekolah dasar. Kata kunci: Sirkumsisi, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Siswa     Abstract: Urinary Tract Infection (UTI) is an infection state (there is growth and development of bacteria) in the urinary tract which include in the kidney parenchyma to infection in the bladder with a significant amount of bacteria that is ≥ 105 colonies / ml of fresh urine, this infection is often found in children and is the second most common cause of infectious disease morbidity in children after respiratory infection. Before the age of 1 year, UTI is more common in boys, while girls are more dominant thereafter, this ratio continued to increase until at school age. One of the causes of UTI is circumcision, where the boys were already circumcised risk of  UTI decreased 0,2 to 0,05% of the boys who are not circumcised. The boys who are not circumcised, UTI occurs because the area under the foreskin is very sensitive to mikrolesi and humid environment so as to facilitate the infection. The type of study is observational analytic cross sectional design. The study about a circumcision relationship with Urinary Tract Infections (UTI) in primary school children Madrasah Ibtidayah with using chi-square test (x²) and the correlation coefficient at 95% significance level (α0,05). Conclusion: Based on the results of the study it can be concluded that there was no significant correlation between circumcisions with incidence of UTI in elementary school children. Keywords: Circumcision, Urinary Tract Infections (UTI), Students.
HUBUNGAN ANTARA KADAR GULA DARAH BAYI BARU LAHIR DENGAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI OBESITAS Rumangkang, Bella; Wilar, Rocky; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.11037

Abstract

Abstract: Nowadays, obesity has gotten serious concerns because of the increasing number of sufferers including the number of obese people in pregnant women. The number of obese pregnant women has increased by approximately 18.5% to 38.3%. Obesity is a condition that indicates an imbalance between the height and the weight due to the fat tissue in the body resulting in weight excess beyond the ideal weight. The obesity is nearly always harmful to the mother and fetus, and it can come down to the infants. While in the womb, the fetus receives all the energy and glucose which are obtained from the mother. After the birth, the amount of glucose, that is stored in the baby's body in the form of liver and muscle glycogen, is only enough to supply the needs of the baby for a few hours, so the baby's blood sugar levels decreases and hypoglycemic occurs.Objectives: This research intends to determine correlation between the blood sugar levels of newborn babies and pregnant women who experience obesity.Material Methods: This research is a prospective analytical study conducted in pregnant women through direct data collection by measuring the weight and height, and the measurement of the blood sugar levels in the newborn babies in RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, RS R.W Monginsidi Teling Manado, RSU Pancaran Kasih Manado, and Puskesmas Bahu Manado during the months of November 2015 to January 2016.Result: The study result of the 38 respondents found out that pregnant women who are obese to the obese category I as many as 30 people (78.9%), 5 people (13.2%) in obese II , and 3 people (7.9%) in obese III. The distribution according to the frequency of food consumption of mothers in which 36 of them (94.7%) with a frequency of ≥ 3x meals a day and 2 (5.3%) with a food frequency ≤ 3 times a day. The distribution according to the activity of the mother that the majority of mild activity as many as 31 people (81.6%), 4 people (10.5%) having tough activities, and 3 people (7.9%) having light activities. The distribution according to the mother's knowledge about obesity there were 14 people (36.8%) who knew about obesity and there were 24 people (63.2%) who did not know about obesity. According to the mother's knowledge on maternal blood sugar, they all (100%) knew. Based on the distribution according to the sex of a newborn babies, there were 23 male infants (60.5%) and 15 female infants (39.5%). According to the baby's weight distribution; there were 14 infants (36.8%) with a body weight between 3100 to 3500 grams, 13 infants (34.2%) with a body weight between 2,500 to 3,000 grams, and 11 infants (29%) by weight between 3600 to 4000 grams. The distribution according to the blood sugar levels that the majority of newborn infants with low blood sugar levels were between 15-20 mg / dL totaling 21 infants (55.3%), blood sugar levels between 26-30 mg / dL were 9 infants (23.7 %), while blood sugar levels between 21-25 mg / dL and 36-40 mg / dL obtained a similar number that is 4 infants (10.5%).Conclusion: The research result which was done has two different conclusions. Based on the theory, there was H1 which has relationship between all pregnant women who are obese and low blood sugar levels in the newborn babies. Based on the statistical test, there was H0 which has no significant correlation between blood sugar levels of newborn babies and mothers who are obese.Keywords: obesity, pregnant women, blood sugar levels, newborn babies, hypoglycemia.Abstrak: Saat ini obesitas mendapat perhatian yang serius karena jumlah penderitanya yang semakin meningkat termasuk jumlah penderita obesitas pada ibu hamil. Jumlah penderita obesitas pada ibu hamil meningkat sekitar 18,5% sampai dengan 38,3%. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui berat badan ideal. Obesitas hampir selalu berbahaya bagi ibu dan janinnya, dan dapat menurun pada bayi. Selama dalam kandungan, janin memperoleh semua energi dan glukosa yang didapat dari ibu. Setelah kelahiran, jumlah glukosa yang disimpan dalam tubuh bayi dalam bentuk glikogen hati dan otot hanya cukup untuk menyuplai kebutuhan bayi beberapa jam saja, sehingga kadar gula darah bayi menurun dan terjadi hipoglikemia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar gula darah bayi baru lahir dengan ibu hamil yang mengalami obeistas.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif yang dilakukan pada ibu hamil melalui pengambilan data secara langsung dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan dan pengukuran kadar gula darah pada bayi baru lahir di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, RS R.W Monginsidi Teling Manado, RSU Pancaran Kasih Manado, dan Puskesmas Bahu Manado selama bulan November sampai Januari 2016.Hasil: Hasil peneilitian dari 38 responden di dapatkan ibu hamil yang mengalami obesitas dengan kategori obese I sebanyak 30 orang (78,9%), obese II sebanyak 5 orang (13,2%), dan obese III sebanyak 3 orang (7,9%). Distribusi menurut frekuensi konsumsi makanan dari ibu diperoleh 36 orang (94,7%) dengan frekuensi makanan ≥ 3x sehari dan 2 orang (5,3%) dengan frekuensi makanan ≤ 3x sehari. Distribusi menurut aktivitas ibu bahwa mayoritas beraktivitas ringan sebanyak 31 orang (81,6%), aktivitas berat didapatkan 4 orang (10,5%) dan aktivitas ringan didapatkan 3 orang (7,9%). Distribusi menurut pengetahuan ibu tentang obesitas terdapat 14 orang (36,8%) yang mengetahui tentang obesitas dan terdapat 24 orang (63,2%) yang tidak mengetahui tentang obesitas. Menurut pengetahuan ibu tentang gula darah didapatkan semua ibu (100%) mengetahuinya. Berdasarkan distribusi menurut jenis kelamin bayi baru lahir didapatkan laki-laki berjumlah 23 bayi (60,5%) dan perempuan berjumlah 15 bayi (39,5%). Distribusi menurut berat badan bayi didapatkan 14 bayi (36,8%) dengan berat badan antara 3100 sampai 3500 gram, 13 bayi (34,2%) dengan berat badan antara 2500 sampai 3000 gram, dan 11 bayi (29%) dengan berat badan antara 3600 sampai 4000 gram. Distribusi menurut kadar gula darah bayi baru lahir bahwa mayoritas bayi dengan kadar gula darah terendah antara 15 – 20 mg/dL berjumlah 21 bayi (55,3%), kadar gula darah antara 26 – 30 mg/dL berjumlah 9 bayi (23,7%), sedangkan kadar gula darah antara 21 – 25 mg/dL dan 36 – 40 mg/dL diperoleh jumlah yang serupa yaitu 4 bayi (10,5%).Simpulan: Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh 2 simpulan yang berbeda. Berdasarkan teori, didapatkan H1 yaitu ada hubungan antara semua ibu hamil yang mengalami obesitas dengan kadar gula darah yang rendah pada bayi baru lahir. Berdasarkan uji statiska, didapatkan H0 yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah bayi baru lahir dengan ibu yang mengalami obesitas.Kata kunci: obesitas, ibu hamil, kadar gula darah, bayi baru lahir, hipoglikemia.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI YANG DIRAWAT DI RUANG NIFAS RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Susanto, Hery; Wilar, Rocky; Lestari, Hesti
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.6758

Abstract

Abstract: Increased formula feeding was caused by lack of knowledge about the benefits of breastfeeding, low education, aggressive promotion of infant formula, and support from health care professionals. The are several cases where the infants given formula due to several conditions, like mother is unable to produce milk, small amount of milk production, absence of nipple appearance, post-op pain, pain during breastfeeding. The following study aims to determine what factors affecting Giving Infant Formula Milk Treated in Postpartum Room Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This study is a descriptive design with direct interview approach. The population in this research were all treated in the maternal postpartum Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Conclusion: The results obtained from 50 respondents show that 66% has a good knowledge about the benefits of breastfeeding, 66% says that health care professional support given infant formula, 100% says that their closest relatives support given breastfeeding, 34% is affected the promotion of infant formula, and 34% are women without complaints of breastfeeding hindrance factor. This study recommends that mothers / parents cooperate with health care professionals cooperation in order to increase the success rate of breastfeeding.Keywords: infant formula, breastfeedingAbstrak: Meningkatnya pemberian susu formula disebabkan pengetahuan kurang mengenai manfaat ASI, pendidikan yang rendah, agresifnya promosi susu formula, dukungan petugas kesehatan. Adapun bayi yang diberikan susu formula karena beberapa kondisi ibu yang mengeluh tidak keluarnya ASI, ASI kurang, puting tidak muncul, sakit bekas operasi, nyeri saat menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Apa yang mempengaruhi Pemberian Susu Formula pada Bayi yang Dirawat di Ruang Nifas RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan wawancara langsung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkan dirawat di ruang nifas RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Kesimpulan: Hasil penelitian yang diperoleh dari 50 responden diketahui bahwa 66% pengetahuan baik mengenai manfaat ASI, 66% petugas kesehatan mendukung pemberian susu formula, 100% orang terdekat mendukung pemberian ASI, 34% terpengaruh promosi susu formula, 34% kondisi ibu dengan tanpa keluhan. Penelitian ini merekomendasikan agar ibu/orang tua dengan petugas kesehatan adanya kerjasama dalam keberhasilan pemberian ASI.Kata kunci: susu formula, ASI
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP HEPATITIS B DI RSUP PROF. R. D. KANDOU MANADO Hutapea, Elia A. P.; Umboh, Adrian; Wilar, Rocky; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 2, No 3 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.2.3.2014.5745

Abstract

Abstract: Hepatitis is the process of inflammation and or necrosis of liver tissue that can be caused by infections, drugs, toxins, metabolic disorders, and autoimmune disorders. Hepatitis is a world problem as it attacks billion of people, especially in developing countries. Based on Indonesia’s Health Profile, the coverage of hepatitis B immunization in Indonesia is around 59.19%, but the incidence of hepatitis B in various areas is still growing every year. WHO states that, Indonesia is included in a group with moderate and severe epidemic. Wiharta and friends reports that in Jakarta, there is 1 in 20 pregnant women that has positive HBsAg and the sufferer has high infectiousness. It requires proper knowledge of public health from the officers such as doctors, nurses, and co-ass to reduce the number of mortality due to these diseases. The purpose of this study is to acknowledge the comprehension description of health officers and it’s relation to education, training, and work experience at Prof. R. D. Kandou hospital, Manado. Methods: This study is conducted using a cross sectional design with observational approach, in this case it is done by observation and questionnaires. Data analysis used in this study is univariate analysis. Samples of 60 people. Results: In the results obtained from 60 health officers, there are 56 people of them have good knowledge on hepatitis B. As for the other health officers with sufficient knowledge on Hepatitis B consists of 4 people. Conclusion: Health officers at Prof. R D Kandou hospital have a good knowledge on hepatitis B. Keywords: Knowledge, Hepatitis B, Health Officer, Mortality.   Abstrak: Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Hepatitis adalah masalah dunia karena menyerang miliaran manusia, terutama di negara berkembang.Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, cakupan imunisasi hepatitis B di Indonesia sebesar 59,19%, namun angka kejadian hepatitis B di berbagai daerah masih meningkat setiap tahunnya. WHO menyatakan  bahwa, Indonesia termasuk kelompok daerah dengan epidemisitas sedang dan berat. Wiharta dkk. melaporkan, di Jakarta 1 di antara 20 ibu hamil mengandung HBsAg positif dan pengidap tersebut mempunyai daya tular tinggi. Untuk itu diperlukan pengetahuan dari petugas kesehatan seperti dokter umum, perawat, dan co-ass untuk menekan angka morbilitas dari penyakit ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas kesehatan dan hubungan penegtahuan petugas kesehatan yaitu tentang pendidikan, pelatihan, dan  pengalaman kerja di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan observasional, dalam hal ini dilakukan dengan pengamatan dan pengisian kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Sampel berjumlah 60 orang. Hasil: Darihasilyang didapatkan dari 60 orang petugas kesehatan terdapat 56 orang yang memiliki pengetahuan baik tentang Hepatitis B. Sedangkan untuk petugas kesehatan dengan penegetahuan yang cukup terhadap Hepatitis B berjumlah 4 orang. Simpulan: Petugas kesehatan di RSUP Prof. R.D.Kandou memiliki pengetahuan yang baik terhadap penyakit Hepatitis B. Kata kunci: Pengetahuan, Hepatitis B, Petugas Kesehatan, Morbilitas.
Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala Manado Gunawan, Gregorius; Manoppo, Jeanette I. Ch.; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.6.2.2018.22128

Abstract

Abstract: Stunting is a condition where height is not in accordance with age. It is due to chronic malnutrition which causes nonoptimal brain development that can affect children’s cognitive development, performance at school, and learning ability, as well as consequently influences learning achievement at school. This study was aimed to identify the correlation between stunting and learning achievement of elementary school students at Tikala Manado. This was an analytical study with a cross sectional design. Respondents were elementary school students at Tikala Manado aged 7-13 years that had their average grades. Data were analyzed by using unpaired T-test. The results showed that there were 232 students as respondents. Stunting was found in 103 students (44%) and not stunting in 129 students (56%). The average grade of stunting students was 67.16 and of not stunting students was 68.53. Statistical analysis showed that there was no significant difference between the average student grade in stunting students and not stunting students (P=0.215; α=0.05). Conclusion: There was no significant correlation between stunting and learning achievementKeywords: stunting, learning achievement Abstrak: Stunting merupakan keadaan dimana tinggi badan tidak sesusai dengan usia. Hal ini dapat menyebabkan perkembangan otak tidak optimal sehingga berpengaruh pada perkem-bangan kognitif dan performance anak di sekolah, serta kemampuan belajar, yang selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar anak di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stunting dan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala Manado. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Responden ialah siswa sekolah dasar di Kecamatan Tikala Manado yang berusia 7-13 tahun dan rerata nilai rapor siswa. Analisis uji statistik yang digunakan ialah uji T-test tidak berpasangan. Hasil penelitian mendapatkan 232 siswa sebagai responden. Stunting didapatkan pada 103 siswa (44%) dan yang tidak stunting 129 siswa (56%). Rerata nilai rapor pada siswa stunting 67,16 dan yang tidak stunting 68,53. Hasil uji analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata prestasi belajar antara siswa stunting dan tidak stunting (P=0,215; α=0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara stunting dan prestasi belajar.Kata kunci: stunting, prestasi belajar
Hubungan enuresis dengan kejadian leukosituria pada siswa sekolah dasar Roring, Angie G.; Umboh, Adrian .; Wilar, Rocky .
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11687

Abstract

Abstract: Enuresis refers to the involuntary excretion of urine that occurs during urination which is expected to have already been attained. Enuresis is divided into nocturnal enuresis and diurnal enuresis. Nocturnal enuresis (sleep wetting) is enuresis which occurs at night while enuresis diurnal (awake wetting) is enuresis which occurs during the day. The presence of leukocytes in urine that exceeds the normal value is called leukocyturia which is a sign of inflammation of the urinary tract (kidneys, ureter, bladder, and urethra). This study aimed to obtain the relationship between leukocyturia and enuresis among primary school students aged 5-10 years in SDN 4 and SDN 8 Wawalintouan Tondano. This was an observational analytical study with a cross sectional approach. Samples were obtained by using purposive sampling method. There were 60 urine samples of children of SDN 4 and SDN 8 Wawalintouan, Tondano. The results showed that of the 60 students, there were 34 males (56.7%) and 26 females (43.3%). Based on gender, there were 29 males (61.7%) with negative leukocyturia and 5 males (38.5%) with positive leukocyturia; among females there were 18 females (38.3%) with negative leukocyturia and 8 females (61,5%) with positive leukocyturia Based on enuresis, the distribution of leukocyturia showed 7 students (53,8%) with enuresis and positive leukocyturia, meanwhile of those without enuresis there were 6 students (46,2%) with positive leukocyturia. Conclusion: There was no relationship between the incidence of enuresis and leukocyturia among primary school students aged 5-10 years in SDN 4 and SDN 8 Wawalintouan Tondano.Keywords: enuresis,leukosituria,urinalysis. Abstrak: Enuresis merupakan pengeluaran air kemih yang tidak disadari yang terjadi pada saat proses berkemih diharapkan sudah tercapai. Enuresis di bagi atas enuresis nokturnal dan enuresis diurnal. Enuresis nokturnal (sleep wetting) merupakan enuresis yang terjadi pada malam hari sedangkan enuresis diurnal (awake wetting) adalah enuresis yang terjadi pada siang hari. Terdapatnya leukosit dalam urin melebihi nilai normal disebut leukosituri yang merupakan salah satu tanda adanya peradangan pada saluran kemih (mencakup ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara enuresis dengan kejadian leukosituria pada siswa sekolah dasar usia 5-10 tahun di SDN 4 dan SDN 8 Wawalintouan Tondano. Jenis penelitian ini analitik observasional dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling yang dilaksanakan dengan mengambil sampel urin anak-anak sekolah dasar di SDN 4 dan SDN 8 Wawalintouan Tondano. Hasil penelitian memperlihatkan dari 60 sampel terdapat 34 anak laki-laki (56,7%) dan 26 anak perempuan (43,3%). Dari distribusi leukosituria berdasarkan jenis kelamin didapatkan anak laki-laki dengan leukosituria negatif berjumlah 29 anak (61,7%) dan dengan leukosituria positif 5 anak (38,5%), sedangkan anak perempuan dengan leukosituria negatif berjumlah 18 anak (38,3%) dan yang leukosituria positif 8 anak (61,5%). Distribusi leukosituria berdasarkan enuresis didapatkan 7 anak (53,8%) yang enuresis dengan leukosituria positif, sedangkan yang tidak enuresis didapatkan 6 anak (46,2%) dengan leukosituria positif. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara enuresis dengan kejadian leukosituria pada siswa sekolah sekolah dasar usia 5-10 tahun di SDN 4 dan SDN 8 Wawalintouan Tondano. Kata kunci: enuresis, leukosituria, urinalisis
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelainan bawaan pada neonatus di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado Polii, Evan G.; Wilar, Rocky; Umboh, Adrian
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14466

Abstract

Abstract: Nowadays, problems of the quality of the child life is the main priority in national health program, inter alia congenital anomaly which is defined as structural or functional anomaly (example metabolic disorders) that occurs during intrauterine life and can be identified before birth, at birth, or after birth. This study was aimed to find out the risk factors that related to the occurrence of congenital anomalies in the neonati at Prof . Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive retrospective study. Total samples were 66 neonates that fulfilled the inclusion criteria as follows: neonates who were born and taken cared at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The results showed that maternal risk factors had a major role to the occurrence of congenital anomalies. Conclusion: Maternal infection during pregnancy was the most common risk factor, however, several congenital anomalies had unknown risk factor.Keywords: neonates, congenital anomalies, maternal risk factor Abstrak: Pada zaman sekarang ini masalah kualitas hidup anak merupakan prioritas utama bagi program kesehatan nasional. Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas hidup anak ialah adanya kelainan bawaan yaitu anomali struktural atau fungsional (misalnya gangguan metabolisme) yang terjadi selama hidup intrauterin dan dapat diidentifikasi sebelum lahir, saat lahir, atau di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelainan bawaan pada neonatus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Sampel sebanyak 66 neonati dengan kriteria inklusi neonatus yang lahir dan dirawat di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa faktor risiko ibu berperan penting terhadap kejadian kelainan bawaan. Simpulan: Infeksi ibu selama kehamilan merupakan faktor risiko ibu yang paling sering ditemukan pada kelainan bawaan. Walalupun demikian, terdapat juga faktor-faktor yang tidak diketahui yang memengaruhi kejadian kelainan bawaan. Kata kunci: neonatus, kelainan bawaan, faktor risiko ibu
Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pemberian Asi pada Bayi yang Dirawat pada Beberapa Fasilitas Kesehatan di Kota Manado Deafira, Angel; Wilar, Rocky; Kaunang, Erling D.
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18524

Abstract

Abstract: Breast milk is the first natural food for the baby that provides all the energy and nutrients the baby needs for the first months of life. Studies show that breastfeeding is influenced by several factors, internal and external. This study was aimed to determine the factors that influence the success of breastfeeding in infants at several health facilities in Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. By using consecutive sampling method, 96 respondents were obtained according to inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed by using SPSS 16. The results showed several related factors to directly breastfeeding, as follows: mother age of 20-35 years old in 26 respondents (26.8%); experience of breastfeeding in 24 respondents (24.7%); low income in 26 respondents (26.8%); support of health officer in 21 respondents (21.6%); husband support in 36 respondents (37.1%); good psychological condition of mother in 36 respondents (37;1%); good maternal knowledge of breast milk in 21 respondents (21.6%); unemployed mother in 32 respondents (33%); and not exposed to incessant promotion of formula milk in 27 respondents (27.8%). Conclusion: The factors that influenced the success of breastfeeding in infants were: mother age of 20-35 years old, psychological factor of mother, maternal knowledge about breastfeeding, unemployed mother, and not exposed to the promotion of infant formula.Keywords: breast milk, breastfeeding, postpartum mother Abstrak: ASI ialah makanan pertama alami bagi bayi yang menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupan. Berbagai studi menunjukkan pemberian ASI di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI pada bayi yang dirawat di beberapa fasilitas kesehatan di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Dengan menggunakan metode consecutive sampling, didapatkan 96 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dengan menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal berkaitan dengan pemberian ASI secara langsung, yaitu: usia ibu 20-35 tahun pada 26 responden (26,8%); adanya pengalaman menyusui pada 24 responden (24,7%); penghasilan ibu rendah pada 26 responden (26,8%); adanya dukungan petugas kesehatan pada 21 responden (21,6%); adanya dukungan suami pada 36 responden (37,1%); tidak terguncangnya faktor psikologis ibu pada 36 responden (37,1%); pengetahuan ibu yang tinggi terhadap ASI pada 21 responden (21,6%); ibu dengan status tidak bekerja pada 32 responden (33%); dan ibu yang tidak terpapar gencarnya promosi susu formula pada 27 responden (27,8%). Simpulan: Faktor- faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI pada bayi ialah usia ibu 20-35 tahun, pengalaman menyusui, penghasilan ibu rendah, dukungan petugas kesehatan, dukungan suami, faktor psikologis ibu yang tidak terganggung, pengetahuan ibu yang tinggi tentang ASI, ibu dengan status tidak bekerja, serta ibu yang tidak terpapar oleh gencarnya promosi susu formula.Kata kunci: ASI, faktor keberhasilan pemberian ASI, ibu pasca melahirkan