Rocky Wilar
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi / RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado

Published : 37 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Hubungan Kadar Neuron-Specific Enolase Serum dengan Mortalitas pada Sepsis Neonatorum Ricky Hartanto; Nurhayati Masloman; Johnny Rompis; Rocky Wilar
Sari Pediatri Vol 17, No 6 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.6.2016.450-4

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatorum menyebabkan respons inflamasi berlebih sehingga terjadi kerusakan sawar darah otak, disfungsiserebrovaskular dan oksigenasi, gangguan neurotransmiter, degenerasi sel neuron, edema serebral yang berakhir pada kematian sel.Penelitian sebelumnya mendapatkan peningkatan kadar NSE serum pada pasien anak dengan sepsis berat dan syok septik.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar NSE serum dengan mortalitas pada sepsis neonatorum.Metode. Digunakan metode analitik observasional kohort prospektif dari bulan Agustus 2015 sampai November 2015. Sampeldiambil secara konsekutif dan didapatkan 42 bayi dengan sepsis neonatorum. Analisis statistik diuji dengan regresi logistik dan korelasiPearson. Orang tua atau wali diminta menandatangani informed consent. Penelitian ini dilaksanakan dibawah persetujuan komite etik.Hasil. Terdapat hubungan antara kadar NSE serum dengan mortalitas (koefisien korelasi rpb =0,738 dengan nilai p<0,001). Cutt-offpoint kadar NSE serum yaitu 21,9 μg/L dengan sensitivitas 91,3% dan spesifisitas 94,7% dalam menentukan mortalitas pada sepsisneonatorum.Kesimpulan. Semakin tinggi kadar NSE serum maka semakin besar peluang bayi dengan sepsis akan meninggal
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Episode Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Rocky Wilar; J. M. Wantania
Sari Pediatri Vol 8, No 2 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.137 KB) | DOI: 10.14238/sp8.2.2006.154-8

Abstract

Latar belakang. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang seringdiderita oleh anak-anak. Gangguan hemodinamik pada penyakit jantung bawaan (PJB)dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang berulang. Banyak faktor risiko yangberhubungan dengan terjadinya ISPA.Tujuan penelitian. Mengetahui episode dan lamanya ISPA pada anak dengan PJBdan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ISPA tersebut.Metoda. Jenis penelitian ini adalah studi longitudinal (prospektif), sejak 10 Nopember2004 sampai 10 Juni 2005 pada 47 anak yang menderita PJB (29 tipe non sianotik dan18 tipe sianotik) yang berusia 6 bulan sampai 12 tahun. Diagnosis PJB berdasarkan atasanamnesis, pemeriksaan fisik, EKG dan ekokardiografi. Diagnosis ISPA berdasarkananamnesis dan pemeriksaan fisik. Dilakukan kunjungan rumah tiap bulan pada pasienuntuk mengevaluasi episode dan lamanya ISPA. Kriteria inklusi tidak menderita kelainanbawaan yang lain (misalnya bibir sumbing), berdomisili di kota Manado dan mendapatpersetujuan dari orang tua/wali. Analisis statistik menggunakan analisis deskriptif, regresilinear sederhana dan multipel.Hasil. Terdapat perbedaan episode dan lamanya ISPA antara PJB non sianotik dan PJBsianotik (p<0,001). Terdapat hubungan antara episode ISPA dengan umur dan statusgizi (p<0,001). Terdapat hubungan antara lamanya ISPA dengan tipe PJB (p<0,01).Kesimpulan. Episode ISPA pada pasien PJB lebih sering dibandingkan dengan anak normal.Episode ISPA pada PJB sianotik lebih sering dibandingkan PJB non sianotik. Pasien PJBsianotik apabila mengalami ISPA lebih lama dibanding PJB non sianotik. Umur danstatus gizi sangat berhubungan dengan episode ISPA pada anak-anak dengan PJB.
Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini Rocky Wilar; Ellen Kumalasari; Diana Yuliani Suryanto; Stefanus Gunawan
Sari Pediatri Vol 12, No 4 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.4.2010.265-9

Abstract

Latar belakang. Insiden sepsis neonatorum masih tinggi, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus padadeteksi dini untuk tata laksana lebih dini.Tujuan. Mengetahui faktor risiko potensial yang menyebabkan sepsis awitan dini.Metode. Studi retrospektif kohort dilaksanakan pada Bagian Neonatologi RS Prof DR RD Kandou daribulan Januari - Juli 2009. Kriteria inklusi adalah bayi yang dilahirkan di RS Prof. R.D. Kandou yang memilikifaktor risiko sepsis. Faktor risiko sepsis apabila terdapat dua faktor risiko mayor atau satu faktor risikomayor dengan dua faktor risiko minor. Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinis danfaktor risiko sepsis serta pemeriksaan laboratorium. Data dievaluasi dengan Pearson chi-square dan Fisher’sexact test, dianalisis dengan SPSS 17. Dikatakan berhubungan signifikan antara faktor risiko dengan sepsisbila p<0,05.Hasil. Dari 72 kasus bayi dengan faktor risiko sepsis, 58 bayi didiagnosis sepsis. Hanya ketuban pecah dini>18 jam yang merupakan salah satu faktor risiko mayor berhubungan signifikan dengan sepsis (p=0,002,IK95% 1,2 4;1,59). Faktor risiko mayor lain yaitu demam intrapartum >38oC, korioamnionitis, ketubanberbau, denyut jantung janin >160x/menit dan faktor risiko minor yang meliputi ketuban pecah dini >12jam, demam intrapartum >37,50C, skor APGAR rendah, bayi berat lahir sangat rendah, kembar, usia kehamilan<37 minggu, keputihan, infeksi saluran kemih tidak berhubungan dengan sepsis.Kesimpulan. Ketuban pecah dini >18 jam berhubungan dengan sepsis awitan dini.
Kadar Neuron-Specific Enolase Serum dan Derajat Ensefalopati Hipoksik Iskemik pada Asfiksia Neonatorum Agus Wijata; Rocky Wilar; Sarah M. Warouw; Johnny Rompis
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.1-5

Abstract

Latar belakang. Ensefalopati hipoksik iskemik (EHI) merupakan komplikasi asfiksia neonatorum yang mengenai sistem saraf pusat berupa disfungsi serebrovaskular dan oksigenasi, gangguan neurotransmiter, degenerasi sel-sel neuron, edema serebral yang berakhir pada kematian sel. Penelitian sebelumnya mendapatkan peningkatan kadar neuron specific enolase (NSE) cairan serebrospinal pada bayi dengan EHI. Masih belum banyak penelitian mengenai kadar NSE serum pada bayi dengan EHI.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar NSE serum dengan derajat EHI pada asfiksia neonatorum.Metode. Penelitian analitik observasional pendekatan potong lintang dilakukan dari bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Sampel adalah bayi asfiksia yang mengalami EHI, diambil secara konsekutif. Analisis statistik diuji dengan korelasi Spearman. Orang tua atau wali diminta menandatangani informed consent.Hasil. Kami mendapatkan 39 bayi asfiksia yang mengalami EHI, terdiri atas 20 bayi laki-laki dan 19 perempuan. Terdapat hubungan bermakna antara kadar NSE serum dengan derajat EHI pada asfiksia neonatorum (koefisien korelasi r =0,893 nilai p<0,001).Kesimpulan. Terdapat korelasi positif antara kadar NSE dengan derajat EHI pada asfiksia neonatorum.
Peran Interleukin-6 Dalam Menilai Respon Pengobatan Pada Sepsis Neonatorum Awitan Dini Rudy Ciulianto; Max F. J. Mantik; Rocky Wilar; Suryadi N.N. Tatura
Sari Pediatri Vol 19, No 1 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.1.2017.32-5

Abstract

Latar belakang. Interleukin-6 memiliki potensi untuk menilai respon pengobatan selain sebagai biomarker sepsis.Tujuan. Menentukan peran IL-6 dalam mengevaluasi respon pengobatan pada sepsis neonatorum awitan dini (SNAD).Metode. Kami melakukan penelitian potong lintang dengan sampel SNAD yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 40 bayi dan mendapatkan informed consent dari orang tua serta persetujuan komite etik RSUP Kandou. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan uji t berpasangan.Hasil. Dari 40 sampel, terdapat 12 bayi laki-laki dan 3 bayi perempuan mengalami respon buruk. IL-6 sebelum dan sesudah terapi antibiotik pada kelompok respon baik memiliki nilai median 16,32 (Qd 5,23) dan 0,56 (Qd 0,46). Kelompok respon buruk memiliki nilai rerata IL-6 120,89 (SB 87,35) dan 503,71 (SB 479,97). Hasil uji Wilcoxon menyatakan penurunan IL-6 yang sangat bermakna terhadap kelompok respon baik (p<0,0001), begitu juga pada kelompok respon buruk terjadi peningkatan yang sangat bermakna dengan hasil uji t berpasangan (p=0,004). Kesimpulan. IL-6 merupakan biomarker yang dapat dipertimbangkan untuk menilai respon pengobatan pada SNAD, IL-6 akan menurun jika diberikan antibiotik yang tepat.
Toxoplasma gondii immunoglobulin G in paired infant-and-mother sera Ayling Sanjaya; Nurhayati Masloman; Rocky Wilar; Josef Tuda
Paediatrica Indonesiana Vol 49 No 2 (2009): March 2009
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.829 KB) | DOI: 10.14238/pi49.2.2009.65-8

Abstract

Background  Toxoplasmosis  is  a worldwide zoonotic diseasecaused  by  Toxoplasma  gondii.  Congenital toxoplasmosis (CT)is  the  result  of  vertical transmission  during  pregnancy  thatmay cause pathologic effects  on  the newborn such  as  classicaltriad  of  congenital toxoplasmosis.  Newborn  humans  are  notimmunologically  competent  and the infant must be protected  by passive lgG antibodies  that  are selectively transported across the placenta during development.  We  studied the transfer  of  passive lgG from the  mother  to developing infant using blood specimen taken from the infant within one  month  of  birth.Objective  To  determine the seropositivity  of  lgG to  T.  gondii  in paired sera  of  infants and mothers.Methods  A cross sectional study was carried  out  on  50 pairedsera  of  infants  of  less  than  one  month  of  age and their mothers. The  study was carried  out  between November 2007 and January 2008  at  Prof.  R.  D.  Kandou Hospital in Manado.  T.  gondii  lgG was detected using the Latex Agglutination method.  The  seropositivity ofT.  gondii  lgG was analyzed descriptively.Results  A total  of  28 mothers from 50 infant-mother pairs wereseropositive for  T.  gondii  IgG.  Of  the 28 seropositive mothers, 22  of their paired infants were seropositive.  The  remaining six seropositive mothers  had  infants  that  were  not  seropositive for T.  gondii.Conclusions  The  identification  of  seropositive lgG for  T.  gondii in infants less  than  one  months  age indicates  that  the lgGs in infants are mostly derived from their mothers.  CT  must be considered  and  further  examinations  are needed.
Platelet-to-lymphocyte ratio in early onset neonatal Rocky Wilar; Johnny Lambert Rompis; Gregory Joey; Raynald Octavianus Takumansang; Hesti Lestari
Paediatrica Indonesiana Vol 63 No 3 (2023): May 2023
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi63.3.2023.202-7

Abstract

Objectives Neonatal sepsis is a major contributor to morbidity and mortality worldwide. Although blood culture is the gold standard of sepsis diagnosis, it often lacks sensitivity and diagnostic speed. Platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) is a widely available, effective, simple, and affordable marker that can predict early onset neonatal sepsis (EONS). Objective To assess the correlation between PLR and EONS as well as the diagnostic value of PLR for predicting EONS. Methods This study included all inpatient neonates with suspected early-onset neonatal sepsis at Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado, North Sulawesi, Indonesia. Neonates were categorized into sepsis (confirmed by positive blood culture results) and non-sepsis (negative blood culture results) groups. Bivariate analysis, including the chi-square test for categorical data and independent t-test for numerical data, was performed to identify any significant associations between the platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) and EONS. The sensitivity, specificity, and area under the receiver operating characteristic (ROC) curve were calculated to determine the optimal PLR cut-off point to predict EONS. Results In this study, we investigated the relationship between PLR and early-onset neonatal sepsis (EONS) in 176 neonates with suspected EONS. Blood cultures confirmed sepsis in 84 neonates (47.7%), with Klebsiella pneumoniae being the most common causative organism. We found a significant positive correlation between PLR and EONS (p<0.001), and a PLR cut-off point of 61.806 was identified to predict EONS with high sensitivity (90.2%) and specificity (85.7%) Conclusion Our study demonstrates a strong positive correlation between PLR and EONS, and a PLR cut-off point of 61.806 can be used as a valuable marker for predicting EONS in neonates with suspected sepsis. These findings could aid in the early identification and treatment of neonates with sepsis, ultimately improving patient outcomes.